Pagi hari, Ayu bangun dengan ranjang yang sudah kosong. Dia merubah posisi dari berbaring, menjadi duduk. Wanita itu merasakan miliknya, terasa sangat linu. Dia mencengkram sprei tempat tidurnya untuk menahan rasa sakit. Wanita itu mencoba perlahan - lahan turun dari ranjang. Kemudian setelah dia berhasil berdiri, dia mencengkram meja sebagai sanggahan untuk berdiri.
"Dimana pria itu?" tanyanya lirih.
Ayu kemudian memajukan langkahnya menuju kamar mandi. Wanita itu merendam tubuhnya di bath up. Dia butuh untuk menyegarkan tubuhnya kembali. Dengan ditemani juga dengan lilin aroma terapi, wanita itu memejamkan mata, menikmati bau harum yang keluar dari aroma lilin terapi yang membuatnya sangat rileks.
Setelah cukup untuk berendam, wanita itu bangkit dan mengenakan kimononya keluar dari kamar mandi. Walau masih terasa perih, namun wanita itu mencoba untuk terbiasa. Kemudian, wanita itu menuju walk closet untuk mengganti kimononya dengan pakaian yang sudah tersedia dilemari.
Bajunya jatuh pada dress selutut polos berwarna biru dongker. Rambut wanita itu hanya diikat satu keatas. Kemudian wanita itu menatap dirinya dicermin. Tubuhnya penuh dengan bercak merah pria itu. Tangannya bergerak menyentuh bercak yang ada dileher dan dadanya. Bibir wanita itu berdecak menyentuhnya. Ada perasaan jijik, namun juga tak ada sebuah penyesalan. Karena ini adalah keputusan yang telah dia ambil.
"Mereka yang tidak bisa bertahan, bersiap untuk kehilangan," katanya sambil menyeringai.
***
Ayu menaiki taksi menuju cafe. Dia telah membuat janji dengan seseorang untuk menemuinya siang ini. Setelah sampai di cafe, wanita itu masuk ke dalam dan mencari keberadaan seseorang. Di pojokan tempat duduk, dia melihat seorang wanita pirang yang bermain ponsel. Kemudian Ayu menghampirinya.
"Mit," sapanya.
Wanita itu menoleh dan tersenyum.
"Gila, tumben telat lo."
Ayu hanya membalas tersenyum dan duduk dihadapan wanita itu.
“Maaf ya aku telat, soalnya tadi aku kesini macet jalanan Mit… Jadi nggak bisa sampai tepat waktu.”
"No problem, gue juga tadinya telat sampai sini. Eh, ternyata gue jadi keduluan nyampainya. Eh iya Yu, gimana semalam, lancar?" tanya Mita penasaran.
"Uhm,” kata Ayu sambil menganggukan kepalanya.
"Udah gue bilang, lo nggak bakal rugi. Buktinya, lo udah pake baju mahal kayak gini. Nggak sia – sia gue kenalin lo sama Putra."
Ayu menatap Mita cemas sambil memilin tangannya, "Tapi, bagaimana kalau orang tau aku jadi selingkuhan Pak Putra Mit?" tanya Ayu cemas.
Mita berdecak dan memutar bola matanya malas. Kemudian Mita menatap Ayu sambil bersedekap didepan d**a.
"Gue yang setahun jadi sugar baby biasa aja, lo yang belum ada sehari udah bingung kayak ketangkep basah sama istrinya. Chill aja, Putra nggak bakal sebego itu kali Yu," Mita tertawa menjawabnya.
Ayu menganggukan kepalanya paham. Kemudian wanita itu kembali bertanya lagi.
"Kamu mau ngelamar kerja dimana? Kita kan udah dipecat Mit," kata Ayu lesu.
"Gue sih kerja untuk nutup profesi gue sebagai sugar baby. Jadi mungkin gue agak santai carinya. Semua materi gue masalahnya udah tercukupi, jadi kerjaan itu cuma buat formalitas aja sih."
"Ah, gitu.."
"Lo udah dikasih apa aja sama si Putra?" tanya Mita langsung.
"Nggak tau, dia cuma ngasih aku kunci apartemen sama atm aja sih."
Mita melebarkan matanya dan tertawa. Kemudian wanita itu mendekat ke arah Ayu dan berbisik.
"Itu artinya dia puas sama lo. Lo harus bisa mempertahanin cowok kayak Putra. Karena lo bakal diperlakuin kayak ratu sama dia, dan gue yakin itu."
Ayu yang mendengar ucapan Mita hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Walau dia sudah menjadi sugar babby Putra, tapi dia belum terbiasa sepenuhnya.
***
Setelah bertemu Mita, Ayu kembali ke rumah. Dia bertemu dengan Ibunya terlebih dahulu. Mungkin ini adalah saat terakhir dia bisa bertemu dengan sang Ibu.
Terlihat sang Ibu, Bilal tertidur dengan meringkuk seperti bayi. Hatinya bergetar hebat melihat peluh yang jatuh didahi sang Ibu.Tangan Ayu bergerak menyeka keringat sang Ibu. Membenahi rambutnya yang jatuh didepan wajah.
"Maafin Ayu Bu.. Ayu tidak bisa bilang ke Ibu sekarang. Ayu takut Ibu benci sama Ayu.."
"Ayu janji, setelah terkumpul semua uang, Ayu akan keluar dari kubangan hitam ini.. Maafkan Ayu Bu.."
Sebelum pergi Ayu mengecup dahi Ibunya sebentar, dan memberikan amplop uang beserta surat diatasnya. Ayu tidak sanggup berpamitan langsung dengan Bilal. Walau setiap harinya, wanita itu selalu bertengkar, bagaimanapun Bilal adalah Ibu yang melahirkannya. Dia sangat menyayangi Bilal. Diapun rela menjadi wanita simpanan untuk menyenangkan hati wanita itu. Ayu menghela nafasnya dan menatap sebentar Bilal yang tertidur. Air matanya merembas jatuh ke bawah. Kemudian wanita itu pergi membawa kopernya. Mulai hari ini, dia akan tinggal di apartemen milik Putra. Perintah pria itu adalah mutlak untuknya.
Dengan bahu yang bergetar, Ayu memberhentikan taksi untuk dia naiki. Setelah mendapat taksi, dia meminta supir untuk mengantarkan ke alamat apartemen milik Putra. Didalam taksi, dia merasakan sesak sekali harus berpisah dengan sang Ibu.
"Bu, sudah sampai," kata supir.
"Ah, terimakasih Pak," kata Ayu sambil menyerahkan uang.
Kemudian Ayu turun dan masuk apartemen menaiki lift. Apartemen wanita itu berada dilantai tiga. Dia menunggu lift terbuka sambil mengusap matanya yang sembab. Saat dia masuk ke lift, sesorang wanita menabraknya dari belakang. Tas milik Ayu jatuh, dan barang - barangnya bertebaran.
"Astaga," ucapnya refleks.
Wanita itu membantu Ayu membereskan barang miliknya dan meminta maaf.
"Maafkan saya tidak memperhatikan jalan," ucapnya.
Ayu tersenyum sambil memasukan barang - barangnya kembali di tas.
"Ah tidak papa, mungkin saya juga tidak memperhatian jalan juga," ucap Ayu ramah.
Ayu melihat ponselnya yang pecah karena terjatuh. Dia merasa sedih. Wanita dihadapannya yang paham mengambil ponsel Ayu dan membuka lift.
"Ayo!"
Ayu ditarik oleh wanita itu menuju mobilnya. Ayu yang tidak tau hanya mengikuti saja kemana wanita itu akan membawanya.
Mobilnya berhenti disebuah mall besar. Setelah memarkirkan mobil, wanita itu menarik memaksa Ayu ikut dengannya.
Mereka berhenti disebuah toko electronik. Dia menarik Ayu ke tempat ponsel.
"Mbak, tidak perluh seperti ini," kata Ayu yang merasa tidak enak.
"It's okay, saya sudah merusak ponsel kamu. Saya harus menggantinya bukan?" katanya sambil tersenyum.
Ayu hanya diam tidak memilih apapun. Wanita didepan Ayu mendengus kemudian memanggil penjaga toko.
"Mbak, tolong keluarkan ponsel keluaran terbaru."
Kemudian Mbak penjaga toko mengambil sample ponsel yang sangat bagus, dan pasti sangat mahal. Wanita itu menyodorkan pada Ayu dan menyuruh Ayu untuk memilih.
"Jangan merasa tidak enak. Jika kamu tidak memilih, maka saya akan sedih," ucapnya dengan mimik sedih.
Ayu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia kemudian menghembuskan nafasnya, akhirnya terpaksa memilih random pada sample ponsel itu.
Pilihannya jatuh pada ponsel berwarna rose gold. Kemudian wanita itu membayarnya dan menyerahkan kepada Ayu.
"Ini ponselnya, saya harap kamu menyukainya. Maafkan saya ceroboh membuat ponsel kamu pecah."
"Tidak papa Mbak, lagi pula itu ponsel keluaran lama. Sekali jatuh mungkin rusak."
"Jangan panggil saya Mbak, saya masih belum terlalu tua. Panggil saya Claudia," ucapnya sambil tersenyum.
"Nama saya Ayu," balasnya.
"Yasudah Ayu, saya akan mengantar kamu pulang."
Ayu diantar kembali Claudia ke apartemennya. Dimobil, sebelum turun Ayu mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih Claudia, maaf saya merepotkan."
Claudia memegang tangan Ayu, dan tersenyum.
"No, itu kesalahan saya tidak berhati - hati. Banyak orang yang kesal karena saya ceroboh haha," candanya.
"Terimakasih sudah mengantar saya,"
"Sama - sama."
Ayu turun dan melambaikan tangan ke arah mobil Claudia yang sudah menjauh dari area apartementnya. Wanita itu kemudian naik keatas untuk masuk ke dalam.
Sampai didalam apartemennya, Ayu merebahkan badannya disofa. Hari ini sangat melelahkan, meski dia tak melakukan apapun selain berkeliling.
Ting!
Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal masuk diponsel barunya.
+62814256****
Jangan lupa simpan nomor saya, siapa tau kita berjumpa kembali.
-Claudia.
Ayu membuka dan membaca pesan singkat yang ternyata dikirim oleh Claudia, wanita yang baru saja ditemuinya. Kemudian tangannya bergerak mengetik pesan untuk membalasnya.
To Claudia.
Semoga harimu menyenangkan Claudia. Terimakasih semuanya.
Setelah terkirim, Ayu naik menuju kamarnya dan berbaring diranjang. Rasanya dia butuh memejamkan mata dan memulihkan tenaga.
****
Sudah seminggu penuh Putra Raksmana menghabiskan waktu keluar kota hanya untuk bersenang - senang dengan simpanannya. Pria itu memang melakukan perjalanan dinas ke luar kota, namun itu hanya berlangsung tiga hari. Sisanya dia habiskan untuk memadukasih dengan wanitanya.
Pria itu menjamah seluruh tubuh Ayu. Begitu merindukan hangatnya tubuh wanita muda, yang membuatnya tak akan lepas.
Selesai melakukan hubungan intim, Putra bangkit dan mengambil obat, serta segelas air untuk Ayu.
"Minum!" perintahnya.
Ayu yang lemas bangun dan meneguk pilnya.
"Kamu harus rutin meminumnya setelah kita melakukannya. Aku tidak ingin kamu ceroboh hingga menanam benihku dirahimmu."
Ayu hanya mengangguk dan kembali memejamkan mata. Sementara Putra mengangkat ponselnya dibalkon.
"Aku juga merindukanmu sayang. Setelah semua selesai, aku paati akan menemuimu langsung."
"Aku tutup panggilannya, aku ingin beristirahat."
"Aku juga mencintaimu Valerie."
Samar - samar Ayu mendengar percakapan Putra diponselnya. Kenapa dia merasa cemburu. Dia menggeleng, itu tidak boleh terjadi!
"Ingat Ayu, kamu hanya wanita simpanan. Dia pria yang sudah menikah,” batin Ayu sambil memejamkan matanya.
***
Mereka mendarat menggunakan jet pribadi milik Putra. Setelah sampai dibandara, mereka turn terpisah. Ayu yang diantar supir pribadi Putra ke apartemennya, sementara pria itu kembali ke mansionnya. Dia kembali dengan pelukan hangat seorang wanita cantik.
"Aku merindukanmu," ucapnya sambil memeluk erat Putra.
Putra membalas pelukan wanita itu dan mengecup puncak kepalanya.
"Aku juga merindukanmu Valerie."
Waniat bernama Valerie melerai pelukan mereka dan menatap pria itu sendu. Tangannya terulur menyentuh rambut halus dirahang tegasnya.
"Apa pekerjaanmu sangat padat hingga kamu lupa membersihkannya?"
Putra mengelus surai rambutnya wanita itu dan tersenyum.
"Tapi pekerjaanku begitu banyak sehingga lupa mengurusnya."
Valerie mengecup bibir Putra sekilas kemudian tersenyum.
"Pria tua, aku akan membantu untuk mencukurnya," candanya.
Kemudian Valerie menarik tangan Putra ke dalam dan mendudukan pria itu disofa. Kemudian dia mengambil beberapa alat untuk mencukur jambang.
Dengan telaten wanita itu mengoles krim terlebih dahulu sebelum akhirnya menggerakan tangannya memangkas bulu halus itu hingga bersih.
Setelah itu, membasuhnya dengan air diwastafel. Tangan mungil Valerie mengelap air yang ada diwajah suaminya hingga bersih. Kemudian dia mengecup pipinya lembut.
"Sudah tampan kembali," katanya girang.
Putra menganggukan kepala tersenyum menatap istrinya, "Terimakasih."
Valerie membalasnya tersenyum dan menautkan tangannya pada tangan kekar itu.
"Aku ingin berkencan."
"Bagaimana dengan Jena?"
"Jena kembali ke apartement, dia sudah dewasa. Lagi pula aku rasa kita butuh berkencan."
"Val, kita sudah bukan remaja kembali," kekehnya.
"Aku tau, tapi aku belum kepala empat. Bisa dikatakan masih muda bukan?" candanya.
"Baiklah, ayo kita berkencan."
"Naiklah, aku tau kamu sangat lelah. Aku yang akan mempersiapkan segalanya."
Putra mengangguk kemudian naik keatas. Sementara Valerie menatap punggung suaminya, lalu tersenyum bahagia.
"Betapa beruntungnya aku memilikimu," ucap Valerie bangga, tanpa wanita itu tau bahwa suami idamannya telah memiliki wanita lain yang lebih muda dan menarik darinya.