Saat ini mereka masih di dalam mobil Alicia yang berada di parkiran. Sejak 5 menit yang lalu, terjadi perdebatan sengit di antara mereka berdua. Sampai saat ini belum ada yang mengalah sehingga belum bisa diputuskan pula ke mana mobil akan dijalankan. Seperti yang sudah diketahui oleh Alicia, Lucas tidak mau diantar pulang dan ditinggal oleh Alicia di rumahnya sendiri. Alicia heran dengan pria satu itu. Rumahnya seperti istana yang pasti juga memiliki fasilitas terbaik. Yah, walaupun kelihatan sepi tapi menurutnya itu tidak menjadi masalah. Namun tentu saja bagi Lucas rumahnya tidak lengkap apabila tidak ada Alicia di dalamnya.
"Ayolah, Lucas. Kalau begini caranya kapan kita akan pulang? Aku sudah lelah, kau tau? Kita pulang saja ya, kuantar kau pulang. Please." Alicia benar-benar memohon.
"Kalau aku bilang tidak ya tidak. Pokonya kau tidak boleh menjauh dariku. Tidak bisa, oke," jawabnya kukuh dengan pendiriannya.
Alicia menghembuskan napasnya kasar. "Baiklah, kau ikut saja ke apartemenku. Tapi kalau kau sampai macam-macam, awas saja. Aku akan mengusirmu," ancamnya memelototkan matanya ke arah Lucas.
Lucas pun akhirnya tersenyum puas. 'Dasar iblis, menyebalkan sekali dia,' batinnya sambil mengeluarkan sumpah serapah yang diperuntukkan untuk Lucas.
Perjalanan yang mereka tempuh terasa sedikit terlalu lama bagi Alicia. Bagaimana tidak? Tangan Lucas tidak bisa diam dari tadi. Selalu mencoba untuk menyentuh tangan Alicia. Mengacaukan konsentrasinya. Setiap usaha Lucas selalu mencoba untuk digagalkannya, namun Lucas tidak pantang menyerah. Ia selalu menemukan cara untuk menyentuhnya.
"Lucas, lepaskan ah. Tanganmu itu menggangguku," ucapnya setengah membentak berusaha menghalau sentuhan Lucas.
Bentakannya hanya dibalas singkat dengan, "Tidak," dan meraih tangannya untuk dipegang. Untung saja ia masih bisa menyetir. Lucas mengenggam tangannya menggunakan tangan besarnya dan menggerakkan ibu jarinya untuk mengusap telapak tangan Alicia.
Sebenarnya itu sangat membuatnya kegelian, tapi melarang Lucas tidak akan ada gunanya. Jadi Alicia hanya diam dan fokus untuk mengendarai mobilnya. Alicia mulai memikirkan tentang apa yang harus dilakukannya setiba di apartemen miliknya. Setidaknya apartemen itu memiliki dua kamar sehingga Lucas bisa menempatinya. Tentu saja Alicia lebih memilih tempat tinggalnya sendiri jika pilihan lainnya adalah rumah Lucas. Bukannya ia tidak mempercayai Lucas, tapi tetap saja tinggal di rumah pria asing itu sedikit tidak biasa. Siapa pun pasti setuju. ‘Apartemenku jelas jauh lebih aman, iya kan?’ Alicia mulai meragu.
"Baiklah, sekarang aku akan bertanya kepadamu tapi kau harus menjawab pertanyaannku dengan jujur ya," ucapnya masih memandang jalan di depannya.
Lucas memandangnya, lalu mengangguk namun setelah sadar Alicia tidak melihatnya kemudian mengiyakan permintaan itu.
"Pertanyaan pertama, apakah kau tinggal sendirian di rumahmu itu dan siapa orang yang kutemui kemarin?" Jujur ia mulai penasaran dengan asal-usul Lucas.
"Aku tinggal bersama mereka sejak dulu, mereka itu Robert dan Rosalinda, yang sejak aku kecil sudah dipekerjakan oleh orangtuaku," jawabnya.
"Oh, oke. Omong-omong soal tinggal bersama mereka, di mana keluargamu yang sebenarnya? Orangtua atau saudara mungkin," tanyanya menolehkan pandangannya sejenak sebelum kembali melihat jalan.
Lucas terdiam sejenak, enggan untuk menjawab. Namun setelah Alicia mengira Lucas tidak akan menjawabnya, pria itu menghela napasnya,"Mereka sudah lama meninggal, ketika aku masih berusia 7 tahun. Dan sebenarnya, kalau boleh, aku tidak ingin membahas tentang hal ini. Ini kisah yang membuatku sedikit tidak nyaman. Namun, kalau kau bersikeras aku akan menjawabnya. Dan tidak, aku anak tunggal." Tanpa sadar Lucas membawa tangan Alicia yang masih digenggam ke atas pangkuannya yang kokoh.
Alicia hanya diam, tidak tahu lagi harus bertanya apa. Sebenarnya banyak yang ingin ditanyakannya, tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat. Melihat perkembangan saat ini, Alicia yakin akan sering bertemu dengan Lucas. Jadi, lebih baik ia menyimpan keingintahuannya untuk nanti. Ia membalas genggaman tangan Lucas, tanpa kata-kata seolah memberitahu Lucas semua akan baik-baik saja dan ia akan berada di sampingnya jika Lucas membutuhkan seseorang untuk bersandar.
Lucas mengangkat tangan Alicia dan mengecupnya. Tanpa kata mengucapkan terima kasih karena ada di sini untuknya. 'Oh Tuhan, Lucas adalah pria termanis yang pernah kutemui dan selalu bisa membuat jantungku bergetar. Aku harus bagainana?' ucapnya dalam hati merasakan lembut bibir Lucas di tangannya sebelum Lucas mengembalikan ke atas pangkuannya.
Mereka sampai tidak lama kemudian. Alicia menunjukkan kepada Lucas kamar yang akan ditempatinya malam ini, menghiraukan protes Lucas. Ia sendiri masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Setelah semua rutinitas malamnya selesai, Alicia menuju ranjangnya dan bersiap untuk tidur. 'Uh, hari yang panjang,' pikirnya.
Saat ia sudah mulai masuk ke alam mimpi terdengar ketukan pelan di pintu, membuatnya terlonjak kaget sebelum menyadari bahwa itu hanya suara Lucas. Setelah menyadari itu, Alicia mengerang frustasi. 'Apalagi sih ini? Aku benar-benar hanya ingin istirahat.'
Alicia mencoba menghiraukan Lucas, dan mencari posisi ternyaman agar bisa kembali tidur. Ia hanya bisa bergerak gelisah dan semua itu gara-gara Lucas. Suara ketukan masih terdengar pelan begitu juga dengan kalimat, "Ali, buka pintunya please," yang diucapkan berulang-ulang. Lucas tidak mengeraskan suaranya, tapi itu tetap membuat Alicia terjaga, sulit untuk kembali tidur.
Ketika ia sudah tidak tahan lagi, dengan terpaksa, Alicia menyeret dirinya bangun dari ranjangnya yang nyaman dan berjalan menghampiri pintu. Dengan tidak sabar, ia membuka kunci pintunya. Dilihatnya Lucas yang saat ini duduk di lantai depan kamarnya dengan punggung disenderkan ke tembok samping pintu. Tangannya terangkat, setengah jalan untuk mengetuk pintu kamar Alicia. Saat tersadar bahwa pintunya terbuka, tubunya yang sedari tadi lesu seketika menjadi tegap dan dengan cepat berdiri di hadapan Alicia yang bersandar di ambang pintu, tangan bersedekap dengan kesadaran yang berkurang drastis. "Apalagi ini Lucas? Aku harus tidur."
Lucas tersenyum gugup, "Aku tidak bisa tidur," jawabnya menundukkan kepala malu.
"Lalu, aku harus bagaimana? Kau mau dinyanyikan ninabobo? Memangnya umurmu berapa sih, kelakuan seperti anak-anak saja," omelnya kepada Lucas.
Gumaman tidak jelas yang diucapkan Lucas samar-samar terdengar seperti, "Bolehkah aku tidur di sini bersamamu?" Dan jelas saja dengan tegas ditolak oleh Alicia.
Lucas mengangkat wajahnya menatap wajah Alicia dengan sendu, "Please," pintanya dengan tatapan memohon.
'Huh, tatapan pamungkas Lucas yang itu lagi,' simpulnya, mulai luluh tapi segera ditepisnya.
"Tidak, Lucas. Tidak bisa."
Penolakan Alicia semakin membuat Lucas tampak muram. Alicia memutar bola matanya. 'Oh my, seriously?" batinnya pasrah.
"Baiklah, aku akan memperbolehkanmu tidur di kamar ini dan menemanimu hanya sampai kau tertidur. Setelah itu aku pindah ke kamar lain. Tidak ada penawaran lain. Dan lagi, karena aku sudah setuju, besok kau tidak boleh mengikutiku ke rumah sakit."
"Tapi...,"
Sebelum ucapan Lucas selesai, Alicia memotongnya. "Setuju tidak? Kalau tidak aku akan menutup pintunya," bentaknya.
Lucas dengan segera menahan tangan Alicia yang hendak menutup pintu kamarnya dan menerobos masuk setelah menyetujui permintaan Alicia.
Setelah yakin Lucas tidak berniat macam-macam, Alicia masuk dan menyuruh Lucas berbaring di tempat tidur. Dan itu pun dengan nada agak tidak sabar karena sudah merasa sangat lelah.
Ia duduk di kursi sofanya dan menunggu perlahan-lahan sampai napas Lucas benar-benar stabil menandakan laki-laki itu sudah terlelap. Dengan kuap yang tertahan, Alicia mengarah ke kamar yang seharusnya ditempati Lucas dan tertidur segera setelah kepalanya menempel pada bantal.