bc

Keseruan di SMA

book_age12+
301
IKUTI
1.0K
BACA
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Uraian

"Lo sebenernya suka sama siapa sih, Yak?"

Kebingungan teman-temannya muncul.

Arya bilang, dia suka Ayunindya. Tapi, akhir-akhir ini malah terlihat sangat dekat dengan Raina. Arya terlihat plin-plan, bukan?

Dia punya banyak masalah keluarga, dan sekarang masalah cinta? Oh, ayolah.

Arya yang broken home. Rafli yang cintanya berbeda agama. Dan Bagas yang mulai menyukai musuhnya sendiri.

Pada akhirnya, mereka hanyalah 3 anak laki-laki SMA yang dimabuk asmara.

***

Ikuti keseruan SMA dengan mereka! Cerita ringan, seru, dan tenang yang menarik dibaca.

Tap love agar cerita ini tidak hilang, thx.

chap-preview
Pratinjau gratis
Lempar Cewek
“Oper ceweknya!” Itu suara Arya—siswa banyak tingkah yang sering membuat orang lain naik darah. Laki-laki dengan seragam SMA tersebut berpose seakan-akan ingin menangkap bola dengan kedua tangan yang terangkat. “Nih! Makanya, jaga Cewek yang bener, Yak!” Bagas berseru seraya melempar Cewek yang langsung ditangkap oleh Arya dengan kedua tangan. Tersenyum puas, Arya mengacungkan jempolnya pada Bagas. “Makasih, Gas!” Bagas tidak menanggapi dan mulai berjalan mendekat ke arah Arya. Bel masuk kelas masih lama, sehingga tidak ada alasan untuk tidak bermain dan bercanda di halaman sekolah. Rafli masih menatap interaksi kedua temannya dengan tatapan lelah. “Ngapain juga bawa boneka ke sekolah!” “CEWEK! Namanya CEWEK, Raf! Kalau manggil orang, harus sopan!” Arya memeluk erat Cewek—boneka kesayangan yang sudah sejak kecil menemani. “Tapi dia bukan orang!” Rafli membantah tak mau kalah. “Cewek, ‘kan, boneka orang-orangan! CEWEK JUGA TERMASUK ORANG, RAF!” “Cewek boneka! Nyatanya dia dijual di pasar-pasar!” “TAPI CEWEK GUE INI HARGA DIRINYA MASIH TINGGI! BUNDA GUE BELINYA CASH!” “BODOAMAT!” Rafli mengalah. Tidak bisa dipungkiri jika Rafli selalu saja ingin menghilang dari keajaiban dunia saat dirinya hampir gila karena ulah Arya dan Bagas. Tapi, tetap saja masih ingin berteman dengan keduanya. Pasalnya kedua orang itu sangat asik. Solid, kreativitas, ramah, ceria, dan menyenangkan. Rafli menghela.Cuman tentu saja punya kekurangan. Tidak bisa diatur dan terlalu aktif, contohnya. Rafli melangkah lemas menuju kelas, meninggalkan Arya dan Bagas di halaman sekolah. Lebih baik dia berada di kelas dan tidur sambil menunggu bel masuk. Daripada harus berdiri di antara dua manusia random se-SMA. “Ceweknya kok nggak pake baju?” tanya Bagas dengan raut wajah keheranan. Biasanya Arya selalu memakaikan pakaian pada boneka orang-orangannya itu. Baju Cewek adalah baju Arya ketika masih bayi. Beruntung bunda tidak memberikannya ke tetangga atau sanak saudara. Jadi Cewek bisa memakainya. Untuk rok dan celana, Arya beli di pasar, tentunya dengan adegan tawar-menawar. “Biar seksi,” jawab Arya singkat sembari berjalan santai menyusul Rafli. Senyumnya mengambang, seperti yang biasa ia lakukan ketika mengawali hari. “Heh!” “Semua pakean Cewek lupa belum dicuci, Gas. Nanti gue masukin di laci aja ini Cewek.” Bagas berjalan menyusul. “Jangan sampe ketahuan Bu Andar kalau bawa Cewek. Takutnya dimarahin lagi.” “Iya, iya. Cuman sekali ini lagi aja kok.” *** Bu Ulfa menjadi guru yang mengajar murid kelas X di siang hari selepas istirahat ini. Salah satu guru yang paling digemari berdasarkan voting gibah para siswi. Alasannya? Tentu saja karena Bu Ulfa itu kalem, nggak suka marah-marah. Nggak kayak guru-guru lain yang kalau ngajar udah kayak ngajak tawuran. Itu juga berasal dari discussion opinion siswi-siswi. Sebagian murid tidak tahu, bahwa ketegasan guru-guru adalah cara mereka membangun sifat disiplin. Guru marah juga karena memang murid yang diajar kelewat batas. Semua ada alasannya, termasuk alasan orang tetap mencintai, meskipun tahu yang dicintai tak pernah ada rasa. Ini kutipan dari curahan hati Billa, perempuan yang merasa paling sad se- tanah air. “Anak-anak, sebelum masuk ke pelajaran, bagaimana kalau kita main tebak-tebakkan seperti biasa?” Ucapan yang biasa Bu Ulfa lontarkan sesudah mengucap salam. Bu Ulfa cantik, umurnya baru memasuki 26 tahun. Tubuhnya ramping dan tinggi. Kulit Bu Ulfa sangat putih dan halus, setiap harinya terkena air wudhu. Memakai jilbab biru muda segi empat yang ditata menutupi sekitaran badan atas. Caranya mengajar sangat menyenangkan. Begitu lembut, halus, dan telaten. Semua murid mengangguk serempak, “Mau, Bu!” Siapa sih yang bisa menolak suara lembut yang nyaman masuk di telinga? Termasuk Arya, Bagas, dan Rafli. “Baik!” Kedua telapak tangan Bu Ulfa bertemu dengan mantap, menimbulkan suara ringan yang terdengar. Kedua mata Bu Ulfa menatap satu-persatu murid-muridnya, mencoba berpikir tentang pertanyaan apa yang akan diberikan. “Ini pertanyaan mudah, ya. Coba sebutkan enam hewan yang paling banyak membunuh manusia di dunia!” Sejenak semua murid terdiam, hingga seorang siswi mengangkat tangannya dengan percaya diri. Dia Billa—siswi ceria yang suka buat onar. Rambut hitam se–bawah bahu dengan sedikit warna merah di ujung-ujungnya. Bukan karena disemir, melainkan karena terlalu sering berada di bawah sinar matahari. Memiliki kulit kuning langsat, Billa merupakan anak ber–kepulauan Bali. “Ya, Billa? Silakan dijawab,” Bu Ulfa mempersilakan. Billa tersenyum jumawa, “Buaya, Bu!” “Kok Lu bisa tahu?!” semprot Arya begitu Bu Ulfa mengangguk. Yang artinya; jawaban Billa benar. “Ya, iyalah! Gue ini termasuk korbannya. Tapi, untunglah nggak mati. Cuma sakit hati aja.” Billa terlihat sedih sambil mengusap ujung mata yang bahkan tidak ada air mata. Dibuat-buat, jelas sekali. Sudah pasti. “Kasian banget cewek jadi-jadian satu ini,” Arya menatap iba. Dia menahan isak tersendat-sendat dan perasaan sesak. Rasa pilu yang dirasakan Billa ternyata dapat menjalar ke hati Arya. “Sok drama kali dua curut kek klean ini,” cetus Betrand—siswa asal Maluku yang nyasar ke Yogyakarta. “MASALAH BUAT LO?!” Billa mendelik sengit. “Y–ya, kagak, sih.” Betrand akhirnya menatap ke lain arah, yang penting tidak berhadapan dengan mata sengit Billa. Semua murid kelas X tahu, Billa adalah anak silat sabuk hitam. Meskipun penampilan ceria, tapi otot sekuat baja. “Yihaaaa!” Arya berseru, bermaksud ingin membuat Billa tambah ribut. Arya suka keributan. Terlebih saat posisinya menjadi tukang kompor. “Gedubrak!” Bagas ikut menimpali sembari menggebrak meja sekali, tetapi mampu menimbulkan kegaduhan. “W–woy!” Zico dengan gemetar menyikut lengan Arya. Karena cowok itu berada di samping mejanya. Arya menoleh ke arah Zico sembari berdecak, “Apa–BUKAN SALAH SAYA, BU! MAAF!” Shock. Arya menutup mulutnya dengan mata yang membulat. Di belakangnya, Bagas juga sama. Sama-sama terdiam dengan keadaan kaget. Sedangkan Billa—perempuan itu malah terlihat tenang dan biasa-biasa saja. Meski Arya dan Bagas sudah tercekat dan hampir kehilangan napas. “ARYA, BAGAS!” Kedua laki-laki yang dipanggil hanya dapat menunduk dalam. Bu guru pernah bilang, “Kalau dimarahin itu nunduk, bukan malah cengengesan.” Susah-susah Arya dan Bagas meneguk salivanya. Guru yang sedang dihadapi merupakan salah satu guru tegas di sekolah, Bu Nia. Tak disangka ternyata seruan Arya serta gebrakan meja Bagas mendatangkan masalah. Cobaan apa lagi ini? Di antara membersihkan toilet dan lari keliling lapangan hingga mual. Dan pada akhirnya, Bu Nia memberikan hadiah untuk lari keliling lapangan. Sungguh ironis, dimana Arya dan Bagas bahkan baru beberapa minggu berada di sekolah ini. Naik status dan menjadi murid SMA Permadani, setelah lulus SMP beberapa saat lalu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Marriage Aggreement

read
86.9K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Scandal Para Ipar

read
707.8K
bc

JANUARI

read
48.8K
bc

Menjadi Orang Ke Tiga

read
5.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

TERNODA

read
198.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook