"Kiran.. kemalilah!! Kiran kembali!! Kiran kembali nak! Kiran! Kirann!!!" teriaknya memanggil-manggil, seorang ibu paruh baya yang tertidur disamping anaknya yang masih dalam keadaan koma disebuah rumah sakit. Saat terbangun hanya terdengar suara denyit mesin yang berbunyi "nit,nit,nit!!" disebuah ruangan instalasi pasien IGD yang tinggal seorang ibu yang selalu menjaganya disepanjang waktu siap siaga untuk putrinya hingga tertidur disamping tubuh putrinya yang tergeletak tak berdaya diatas ranjang pasien, dengan tubuh yang dipenuhi selang dan alat bantu untuk menyambung kembali nyawanya berharap akan adanya keajaiban bagi putrinya untuk terbangun kembali,
"Hikz,hikz,hikzzz.." isak tangisnya sambil terus mengenggam tangan putrinya dengan harapan putrinya dapat mendengarkan dirinya,
"Kirann! dengar ibu nak! kami semua disini sayang padamu..." tangisnya dengan bola mata yang dipenuhi air mata, "ibu tidak bisa melihatmu seperti ini! bangunlah nak!! kami semua merindukanmu! Kiran..dengarkan ibu! Ibu menunggumu kembali..Kiran! Kiran.." "tangisnya kembali
"Bu..sudah! jangan menangis terus!" ucap seorang laki-laki yang merupakan suami dari wanita tersebut, sambil menepuk bahunya.
"Ayah!!" peluknya, "yah! kenapa Kiran kita belum bangun yah? Apa dia tidak merindukan kita? Apa dia tidak sayang pada kita? Kita sangat merindukannya yah! Apa dia tidak merasakan betapa kita mencintai dan menyayanginya! kenapa dia masih begitu? Apa salah kita yah? Kiran telah mengabaikanku yah!Kiran telah mengabaikanku...." tangisnya
"Sabar bu..jangan seperti ini..kamu harus lihat dia..lihat dia!dia sedang berjuang bu...dia sedang berjuang!! Kiran akan sedih jika melihat ibu seperti ini.." katanya pada istrinya.
"Aku melihatnya yah!aku melihatnya...kenapa dia tidak melihat ibunya ini yah!kenapa..?dia tidak mendengar aku memangil-mangil namanya.. dia mengabaikanku..!apa dia tidak rindu pulang! kami merindukanmu Kiran!! Apa dia tidak ingin pulang yah?" tangisnya kembali meyakinkan suaminya atas ketakutannya
"Hist!!!ibu bicara apa!!dia akan pulang bu..dia pasti pulang!apa yang ibu katakan ini tidak benar!Kiranku pasti pulang bu!" tegurnya, ia merasa kecewa dengan sikap istrinya yang telah berputus asa, terhadap putrinya tak kunjung siuman semenjak mengalami kecelakaan di jalan poso manggarai yang sampai saat ini tidak menunjukan hasil yang lebih baik.
Kirani putri wihadiyanti adalah nama seorang gadis yang telah koma dan masih terbaring dirumah sakit saat ini, akibat kecelakaan yang dialaminya dijalan poso maggarai. Ia merupakan putri sulung dari pasangan bapak Hadi dan ibu Yanti, Kirani atau sering disebut dengan nama Kiran, mempunyai seorang adik laki-laki yang berusia 9 tahun dan seorang adik perempuan yang usianya 14 tahun, Kiran juga mempunyai seorang kakak sepupu dengan keterbelakangan mental yang tinggal bersama, ia adalah anak dari kakak kandung ibu Kiran yang telah meninggal sejak usianya 10 tahun, kedua orang tua Kiran merawatnya dengan baik sama seperti merawat anak kandungnya sendiri. Kiran gadis yang manja dan pengertian sikapnya itu didapat dari kedua orang tuanya yang sangat penyayang pada anak-anaknya. Kiran anak yang dimanja sejak kecil oleh kedua orang tuannya, maklum karena Kiran sebelum itu dia anak tunggal jadi perlakuan yang didapatnya membekas hingga sekarang karena itu Inka adik perempuannya menaruh rasa iri dan cemburu terhadap Kiran. Walaupun ayah dan ibunya merupakan orang tua yang bijaksana tidak ada rasa pilih kasih dalam memberi kasih sayangnya kepada keempat anak-anaknya namun bagi Inka tidak begitu. Inka yang acuh dan merasa mandiri tidak suka melihat ketiga saudaranya yang masih bermanja kepada ayah ibunya dan masih senang bersikap kekanak-kanakan.
Gadis remaja itu berdiri didepan pintu masuk menatap kedua orang tuannya yang sedih melihat kakaknya masih terbaring, sambil berjalan memasuki ruangan gadis remaja yamg masih mengenakan seragam putih biru itu tidak melepas pandangannya kepada kakak perempuannya.
"Ayah! Ibu, kalian pulang istirahat dulu ajah! biar Inka yang menemani kakak!" katanya dengan menatap kakaknya,
"Inka.. kenapa kamu kemari nak!" kata sang ayah terkejut,
"Aku ingin menemani kakak! ibu...ayah tidak bisa diandalkan! rumah sangat berantakan, kasihan Moganta dirumah! Ibu..pulanglah dulu.. dan istirahat! percayakanlah kakak padaku..aku bisa menjaganya! malamnya ayah juga bisa berjaga disini," ucapnya dengan tenang
"Nak! biarkan....." kata ibu menjelaskan namun Inka langsung memotong pembicaraannya.
"Ibu jangan egois! anak ibu bukan kak Kiran saja! masih ada Moganta..dan saya yang masih menginginkan ibu!apa ibu meragukan saya..umtuk menjaga kak Kiran!" ucapnya dengan tegas.
Sang ayah dan ibu hanya saling menatap melihat anaknya yang bersikeras untuk tetap tinggal dan menginginkan dirinya pergi, sang ayah hanya bisa pelan-pelan meminta istrinya untuk mengikuti kemauan anaknya.
"Nak! apa kau yakin akan tinggal disini?sendiri.." tanya ayah,
"Iya ayah, aku bisa.." jawabnya
"Ayo bu..kita keluar! ibu istirahat! percayakan pada Inka! dia pintar dan dewasa..Inka sudah pasti bisa diandalkan" kata ayah yang membujuk istrinya yang nampak enggan pergi dan akhirnya ibupun mengikuti kemauannya demi tidak menyinggung Inka yamg bersikeras.
"Selamat ulang tahun nak! maaf, ibu tidak bisa memberikan sesuatu untukmu bahkan kue pun tidak ada! maaf ibu membuatmu kecewa..." ucapnya saat akan pergi, namun Inka hanya diam mematung walau ayahnya sempat memeluk dan mencium keningnya dengan mengucapkan selamat ulang tahun pada dirinya namun Inka masih terdiam. Saat keduanya telah meninggalkan ruangan itu, air matanya berlinang membasahi pipi perasaan sedih dan haru membuat dirinya menangis, dadanya terasa sesak ketika mengiingat kejadian-kejadian yang lalu. Ternyata ayah dan ibunya masih mengingat hari ulang tahunya walau dalam keadaan yang sangat menyedihkan, melihat sang kakak yang masih terbaring namun ucapan selamat dan kado darinya pun sudah sampai ditangan, hanya perasaan pedih yang membuat hatinya tersayat ingin sekali menjerit dan berteriak untuk mengatakan maafkan aku kakak!
Sebuah handphone keluaran terbaru yang masih tergenggam erat ditangan, dengan meringkuk, menangis mengingat dosa yang ia lakukan pada kakaknya.
***
"Apa yang kau berikan padaku kak? apaan ini jelek sekali!!" kata Inka melempar sebuah kado yang berisi tas,
Setiap tahun kakaknya selalu memberikan kado untuknya namun tak ada satupun yang ia terima dengan baik, Inka selalu meminta kado yang lebih bagus dari yang diberikan kakaknya namun kali ini sungguh tak disangka sang kakak memberikan sebuah kado yang seperti ia inginkan walau dengan harga yang cukup mahal yaitu sebuah handphone keluaran baru yang dibandrol dengan harga sepuluh jutaan sang kakak telah memberikannya sebagai hadiah ulang tahunnya.
Sepulang sekolah Inka telah mendapati seorang kurir yang menggantarkan sebuah paket atas nama dirinya, sebuah paket yang dibungkus dengan rapi yang berpitakan warna emas yang berisikan sebuah handphone yang didalamnya terdapat sepucuk surat berisikan selamat ulang tahun dan pesan untuk adikku tersayang yang dituliskan tertanggal hari ini dengan sebuah alamat toko yang tercantum pada kwitansi pembelian yang akhirnya Inkapun mencari alamat konter tersebut. Nama toko yang tercantum merupakan konter handphone yang Inka kenal karena di konter itu Inka sering mendatanginya hanya untuk sekedar melihat-lihat saja, dikonter itupun Inka mendapati sebuah hanphone incarannya yaitu handphone yang sekarang berada digenggamannya hadiah dari sang kakak.
Inka dengan bergegas mendatangi konter handphone yang tercantum pada alamat tersebut untuk mastikan bahwa handphone tersebut teruntuk dirinya.
"Selamat siang...ada yang bisa kami bantu??" kata seorang pramuniaga, menyambut kedatangan Inka.
"Iya mba..saya mau nanya..apa handphone ini dibeli dari toko ini..." tanyanya dengan menunjukan selembar kwitansi dan sebuah hanphone yang masih terbungkus rapi.
"Oh iya benar! ini dibeli dari toko ini..seseorang telah membelinya kira-kira dua atau tiga minggu yang lalu yah! kurang lebih segitu! tiga atau dua minggu yang lalu.." jelasnya pada Inka yang terlihat ingin segera bertanya kembali.
"Siapa yang membelinya?" Inka kembali bertanya,
"Seorang wanita muda! yang mengatakan bahwa akan diberikan sebagai kado untuk adiknya! apa kamu adiknya itu?" tanyanya pada Inka yang kemudian Inkapun mengiyakannya, "kamu masih smp yah? apa gak terlalu berlebihan hp itu untukmu?" tanyanya yang membuat Inka terdiam,lalu pelayan itu menghela nafas, "itu yang saya tanyakan pada kakakmu! namun kakakmu hanya tersenyum dan berkata, itu yang saya tanyakan padanya.. sesuatu selalu berlebihan untuknya namun apakah dia akan menerimanya! dan itu yang selalu membuatnya semakin membeciku, karna dia selalu berfikir aku terlalu jahat padanya! karena semua tidak adil baginya! hemm..anak jaman sekarang tidak bisa dinasehati!" kata pelayan itu yang seakan kecewa dan marah pada dirinya.
Mendengarnya Inka hanya tertunduk malu dan pergi dengan mengucapkan terimakasih kepada pelayan tersebut,
Sehari sebelum kecelakaan Kiran telah membeli handphone untuk hadiah ulang tahun adiknya dengan mengandalkan uang tabungannya yang telah dikumpulkannya selama 6 tahun terakhir, sebelumnya ia akan menggunakan uang tersebut untuk membantu orang tuanya sebagai kebutuhan adik-adiknya saat akan masuk sekolah kejenjang berikutnya karena Kiran merasa ikut berkewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak bagi adik-adiknya. kiran membeli handphone yang dipersiapkannya dan dipesan sebelum datangnya hari ulang tahun Inka sebagai hadiah kejutan.