Chapter 10

1652 Kata
Seorang kasim yang menemani perjalanan Yi Geum menghampiri sang Putra Mahkota yang kala itu berdiri di halaman. Berita tentang pernikahan Pangeran Yi Tan telah terdengar ke seluruh penjuru negeri, namun sepertinya hanya Yi Geum yang belum mengetahui bahwa tanggal pernikajan Yi Tan telah dipercepat. "Putra Mahkota," tegur sang kasim. "Ini sudah malam, kenapa Putra Mahkota masih berdiri di sini?" "Aku hanya ingin berdiri di sini sedikit lebih lama. Kau istirahatlah lebih dulu." "Tapi Putra Mahkota ..." Sang kasim terlihat ragu. "Hamba mendapatkan kabar dari Hanyang." "Simpanlah untuk besok pagi. Sampai besok pagi, aku tidak ingin mendengar kabar apapun." "Baik, Putra Mahkota." Yi Geum memutar langkahnya menghadap sang kasim. "Aku ingin berjalan-jalan sebentar di sekitar sini. Kau tidak perlu mengantar aku dan segeralah beristirahat." "Baik, Putra Mahkota." Sang kasim menunduk dalam dan meninggalkan Yi Geum. Sementara sang Putra Mahkota melangkahkan kakinya menjauhi halaman rumah dengan membawa sebilah pedang di tangan kirinya. Berjalan cujup jauh, Yi Geum sampai di hutan yang berada di sekitar rumah yang ia tempati. Tak memiliki tempat tujuan, sang Putra Mahkota hanya ingin berjalan di jalanan yang gelap seorang diri. Namun suasana yang tenang itu sedikit terusik ketika Yi Geum menyadari sesuatu yang bergerak di dalam kegelapan. Yi Geum langsung menghentikan langkahnya dan memandang waswas. "Siapa di sana?" tegur Yi Geum dengan suara yang tegas. "Segera tunjukkan dirimu di hadapanku." Tangan kanan Yi Geum perlahan bergerak menggenggam gagang pedang di tangan kirinya. Pendengarannya menangkap suara langkah kaki datang mendekat. Namun langkah itu terdengar sangat ringan untuk ukuran suara langkah kaki orang dewasa. Hingga dalam hitungan detik sosok yang mengusik Yi Geum menampakkan diri. Dahi Yi Geum mengernyit ketika bukanlah manusia yang muncul, melainkan hewan berkaki empat dan memiliki ekor. Awalnya Yi Geum mengira bahwa itu adalah anji-ng, namun setelah diperhatikan lagi hewan itu terlihat berbeda. "Seekor rubah?" gumam Yi Geum dan semakin waswas karena besar kemungkinan rubah itu bisa menyerangnya. Yi Geum bersiap untuk menarik pedangnya dan memutar langkahnya mengikuti pergerakan dari rubah yang tampak tengah memperhatikannya tersebut. Namun tiba-tiba saja rubah itu berlari ke dalam kegelapan dan menghilang. Yi Geum sempat memperhatikan sekeliling untuk memastikan bahwa rubah itu benar-benar telah pergi. Dan setelah beberapa saat tak terdengar apapun, kewaspadaan Yi Geum menurun. Sang Putra Mahkota menghela napas dan memutuskan untuk kembali. Merasa tempat itu tidak aman setelah bertemu dengan seekor rubah. Namun tepat saat ia berbalik, tubuh Yi Geum tersentak ketika sesuatu tiba-tiba menusuk dadanya di bagian kanan. Tatapan Yi Geum yang tiba-tiba gemetar mengarah pada dadanya sendiri, di mana ia menemukan sebuah tangan yang sudah menikam dadanya. Perlahan pandangan Yi Geum menemukan pemilik dari tangan itu. Seorang pria asing bermata merah dengan tatapan yang terlihat dingin. "Kau mencariku, Tuan?" tegur pria asing itu. "S-siapa k-kau?" Suara Yi Geum tercekat ketika tubuhnya mulai merasakan sakit. "Aku membutuhkanmu, Tuan." Pria itu menyeringai sebelum pada akhirnya mencengkram hati Yi Geum dengan kuat. Pedang di tangan Yi Geum terlepas ketika kedua tangannya refleks menahan tangan pria itu. Tak mampu berteriak, Yi Geum justru mengeluarkan darah dari mulutnya ketika pria itu tengah mencabik tubuhnya dari dalam. "K-kau ..." "Manusia lemah," gumam pria dengan tatapan dingin itu. Dalam satu kali gerakan, tangan pria itu menembus punggung Yi Geum dengan tangan kosongnya yang bersimbah darah dan tampak mengeggam sesuatu yang tidak lain adalah hati milik Yi Geum. Detik itu pula sang Putra Mahkota tumbang. Kehilangan nyawanya di tangan pria asing yang ia temui malam itu. Pria asing itu menarik tangannya dari tubuh Yi Geum dan saat itu pula tubuh Yi Geum yang bersimbah darah jatuh ke tanah. Sementara pria yang baru saja merenggut nyawa sang Putra Mahkota itu memandang tanpa belas kasihan. Hanya dengan kuku-kuku panjangnya yang terlihat sangat tajam, dia berhasil membunuh Putra Mahkota Joseon. Dan sudah bisa dipastikan bahwa dia bukanlah manusia. Bae Jin Young, salah satu siluman rubah yang tinggal di gunung Seorak. Dialah seekor rubah yang sebelumnya dilihat oleh Yi Geum. Siapa yang menyangka bahwa yang dilihat oleh Yi Geum sebelumnya adalah siluman rubah yang pada akhirnya membunuhnya dengan cara yang keji. Dengan darah yang masih menetes dari ujung jemarinya, Jin Young berbalik. Berjalan meninggalkan jasad Yi Geum. "Kalian boleh mengambilnya. Dia menjadi milik kalian sekarang," ujar Jin Young. Dan setelahnya beberapa ekor rubah muncul dari dalam kegelapan. Mereka mendatangi jasad Yi Geum lalu mencabik-cabik jasad itu dengan buas seakan ingin menghilangkan jejak dari orang yang berperan seperti pimpinan mereka. Sementara itu Jin Young menapaki jalan yang sebelumnya dilewati oleh Yi Geum. Dan ketika ia melewati sebuah pohon, tepat saat angin tiba-tiba berhembus, sosoknya berubah menjadi Yi Geum. Dengan sihirnya, siluman rubah itu membuat dirinya sendiri menjadi Yi Geum dan merebut takdir sang Putra Mahkota. THE PRECIOUS KING AND THE NINE TAILED// Pagi itu Kasim Choi memasuki kamar yang ditempati oleh Yi Geum. Namun tepat setelah menutup pintu, Kasim Choi terkejut oleh darah yang tercecer di lantai dan mengarah ke ruangan yang ditempati oleh Yi Geum. "Putra Mahkota." Kasim Choi dengan panik segera berlari ke tempat Yi Geum berada. Dan di ruangan itu dia menemukan Yi Geum yang tengah duduk membelakanginya di balik meja kecil. Kasim Choi segera menjatuhkan kedua lututnya di depan meja dan terlihat sangat panik. Terlebih pria itu juga melihat darah di sekitar sang Putra Mahkota. Namun sayangnya yang berada di hadapan Kasim Choi saat ini bukanlah Putra Mahkota yang telah ia layan-i selama bertahun-tahun. Melainkan siluman rubah yang telah mengubah diri menjadi sang Putra Mahkota. "P-Putra Mahkota ... apa yang terjadi pada Putra Mahkota? Darah ini ... apakah Putra Mahkota terluka?" "Lupakan. Ini bukan darahku jadi jangan berlebihan," sahut Bae Jin Young dengan dingin dan tanpa sadar telah mengubah karakter yang dimiliki oleh sang Putra Mahkota. Kasim Choi sempat tertegun ketika mendengar ucapan Yi Geum yang terdengar dingin. Sungguh berbeda dari Putra Mahkota yang ia kenal selama ini. Dan juga, meski terlihat sama namun Kasim Choi merasa asing dengan punggung sang Putra Mahkota saat ini. "P-Putra Mahkota ..." Kasim Choi berbicara dengan lebih tenang. "Semalam Putra Mahkota mengatakan akan berjalan-jalan sebentar, tapi kenapa Putra Mahkota kembali dalam keadaan seperti ini? Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Putra Mahkota?" "Aku bertemu dengan babi hutan saat keluar dan tidak sengaja membunuhnya," jawab Jin Young dengan acuh. Dan saat ini siluman rubah itu tengah membersihkan kuku-kuku panjang nan tajamnya, itulah sebabnya dia duduk memunggungi pintu. "Syukurlah jika Putra Mahkota tidak terluka. Lain kali, hamba mohon pada Putra Mahkota, jangan melakukan hal ini lagi. Jika Putra Mahkota ingin pergi ke suatu tempat, hamba yang akan mengantar Putra Mahkota." Jin Young tampak tak peduli. Namun pergerakan tangannya tiba-tiba terhenti. Tanpa berbalik, siluman rubah itu menegur Kasim Choi. "Kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?" "Ye?" Kasim Choi terlihat bingung. "Apa yang harus aku lakukan hari ini, apakah aku memiliki hal semacam itu?" Kasim Choi merasa ada yang aneh dengan sikap Yi Geum pagi itu. Namun sang kasim menepis semua pemikiran buruknya mengingat bahwa sang Putra Mahkota pasti merasa terbebani dengan apa yang terjadi di dalam istana saat ini. Kasim Choi kemudian berkata, "semalam hamba ingin menyampaikan kabar dari istana untuk Putra Mahkota, tapi Putra Mahkota mengatakan bahwa Putra Mahkota ingin mendengarnya pagi ini." "Kalau begitu katakan sekarang." "Pernikahan Pangeran Yi Tan dipercepat, Putra Mahkota." Sebelah alis Jin Young terangkat. "Pangeran Yi Tan?" "Benar, Putra Mahkota. Hamba terlambat mendengar kabar itu. Yang hamba dengar, pernikahan Pangeran Yi Tan akan diadakan dalam tiga hari ke depan." "Apakah itu penting untukku?" "Eh?" Pertanyaan penuh pertimbangan dari siluman rubah itu berhasil mengejutkan Kasim Choi. Jin Young kembali bertanya, "Pangeran Yi Tan, apakah aku dekat dengannya?" "Putra Mahkota?" Kasim Choi benar-benar bingung dengan keadaan Yi Geum saat ini. Jin Young menyembunyikan kuku rubahnya, menggantinya dengan kuku manusia dan berbalik menghadap Kasim Choi yang tampak kebingungan. Jin Young kembali berbicara. "Katakan padaku situasi yang terjadi di istana saat ini." Dengan ragu Kasim Choi menjelaskan. "Seperti yang sudah direncakanan sebelumnya. Pangeran Yi Tan sepertinya sudah mengambil keputusan dengan mempercepat pernikahannya." "Keputusan apa yang kau bicarakan?" "Sepertinya Pangeran Yi Tan menerima tawaran yang telah diajukan oleh Baginda Raja dan Putra Mahkota sendiri." "Katakan dengan jelas." Jin Young tak ingin bertele-tele, tak juga tertarik dengan kebingungan sang kasim. Kasim Choi berbicara dengan ragu-ragu. "Setelah Pangeran Yi Tan menikah. Pangeran Yi Tan akan menggantikan posisi Putra Mahkota." Sebelah alis Jin Young terangkat, dan tentu saja hal itu tidak pernah dilakukan oleh Yi Geum sebelumnya. Jin Young kemudian berkata, "maksudmu aku adalah Putra Mahkota yang akan dilengserkan?" Kasim Choi segera bersujud. ”Hamba membuat kesalahan. Hamba pantas dihukum mati, Putra Mahkota ... mohon berikanlah hamba hukuman mati." Jin Young menumpukan sikunya pada meja dan sejenak mengusap dagunya ketika ia tengah mempertimbangkan sesuatu. Dia sengaja membunuh Putra Mahkota untuk mendapatkan kekuasaan, namun dia tidak menyangka bahwa dia justru mengambil kehidupan dari Putra Mahkota yang akan dilengserkan. Tak mempedulikan Kasim Choi, Jin Young kembali berkata, "jadi Pangeran Yi Tan itu akan mengambil alih takhta setelah menikah?" "Begitulah yang Putra Mahkota katakan selama ini," jawab Kasim Choi tanpa berani menegakkan tubuhhya. Sudut bibir Jin Young tersungging. Namun ia menunjukkan sikap dingin dan arogannya ketika tengah memaka-i wujud dari sang Putra Mahkota. Tentu saja hal itu akan menimbulkan rumor tersendiri jika ia bertemu dengan orang-orang yang mengenal sang Putra Mahkota dengan baik. Jin Young kemudian bergumam, "kalau begitu ... bukankah aku harus memberikan ucapan selamat padanya? Pangeran Yi Tan?" Jin Young menjatuhkan tatapan dinginnya pada sang kasim. Untuk sesaat terlihat kilatan merah di mata sang rubah. Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Yi Geum, Jin Young memberikan perintah. "Aku ingin kembali ke istana hari ini, tunjukkan jalannya padaku." "Baik, Putra Mahkota." Jin Young menatap lurus ke depan dan saat itu netra hitamnya berganti warna menjadi merah. Mata rubah berhati dingin, dialah Bae Jin Young—siluman rubah yang terkenal paling tak memiliki belas kasihan dari semua siluman rubah yang tinggal di gunung Seorak. Bagaimana jadinya jika dia menemui Pangeran Yi Tan dengan menggunakan wujud Putra Mahkota Yi Geum. Akankah Pangeran Yi Tan menyadari bahwa yang datang padanya bukanlah Putra Mahkota yang ia kenal. THE PRECIOUS KING AND THE NINE TAILED//
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN