Only One

1725 Kata
Happy reading. * Bulan terlihat bersinar dengan terang dan membawa siapapun yang melihatnya akan merasa nyaman, lain halnya dengan Jimin yang terlihat sedih memandang bulan. Tidak ada wajah cerah yang Jimin tunjukkan setelah kepergian Aliya dari Seoul. Jimin sendiri bingung dengan dirinya. Jimin kira setelah semua tau ia akan merasa lega tapi itu tidak terjadi. Hidupnya semakin gelisah dan tidak beraturan. Jimin tidak munafik mengakui jika ia ingin melihat Aliya, apalagi setelah perbincangannya dengan Hoseok tentang perasaannya pada Aliya. Jimin semakin tidak tenang dan terus memikirkan wanita bermarga Kim tersebut. Orang tua Jimin tau tentang kejadian itu dan Jimin tidak bisa menghindar dari amukan ibunya, bahkan pipi Jimin juga kena tamparan dari ibunya. "Kau tidak masuk Chim?" Jimin berbalik dan menemukan Taehyung yang berjalan kearahnya. "Kau disini?" Taehyung duduk disamping Jimin. "Kupikir kau tidur?" Ujar Jimin datar. "Lisa tidur, tapi aku tidak" jawab Taehyung pelan. Mereka kembali diam dan menatap bulan bersama. "Kau memikirkan Aliya?" Tanya Taehyung pelan. "Hem" Taehyung tersenyum simpul dan menepuk pundak Jimin. "Kau mencintainya?" Jimin menggeleng pelan. "Entahlah. Aku juga bingung" jawab Jimin lirih. "Hati memang tidak bisa dipaksa Chim. Tapi kata tidak bisa jadi iya. Aku sendiri juga mengalaminya. Dulu aku suka pada Jisoo Noona tapi setelah mengenal Lisa aku mulai tertarik padanya. Aku bahkan ingat saat Jungkook memusuhiku karena aku dan Lisa ketahuan kencan. Kau pasti ingatkan?" Jimin mengangguk pelan. Ia ingat saat Jungkook yang menangis padanya dan mengatakan jika Taehyung jahat karena berkencan dengan Lisa, idolanya. "Aliya juga sama. Dia selalu bertanya tentangmu padaku" Jimin sontak menatap kearah Taehyung kaget. "Aliya bilang padaku jika dia mengidolakanmu. Saat aku tidak sengaja melihatnya men-stalking Video-mu di YouTube. Aku terus menggodanya dan dia hanya tersenyum malu dan menghindariku. Dia bilang jika kau imut dan dia suka pria imut" Jimin terus memperhatikan Taehyung yang menceritakan tentang Aliya. "Dia tidak pernah bisa bohong padaku. Saat dia berbohong pasti akan berkata jujur akhirnya. Diantara semua member Bangtan hanya aku yang dipanggil Oppa oleh Aliya. Tapi saat aku menyuruhnya memanggilmu Oppa dia tidak mau. Dia bilang kau terlalu imut jika dipanggil Oppa. Jungkook lebih pantas disebut Oppa dari pada kau. Dia selalu tertawa saat aku menceritakan tentang kau yang akan bertengkar dengan Jin Hyung jika disuruh makan sayur. Dia juga bilang jika kau tidak bisa tinggi karena tidak pernah makan" Taehyung tersenyum dan menatap bulan dengan dalam. "Yang paling kuingat adalah saat aku menunjukkan foto Toplesmu padanya. Dia hanya tersenyum dan menutup kedua pipinya lalu berkata 'Jimin sangat Sexy' dan setelahnya aku akan menggodanya habis-habisan. Dia akan berteriak saat aku mengambil ponselnya dan melihat galeri yang berisikan foto-fotomu" Taehyung menatap Jimin dan menepuk pelan pundaknya. "Fikirkan dan tanya hatimu. Jika kau mencintainya pasti kau akan segera menemukanya. Ini sudah 2 bulan setelah kepergian Aliya dan belum ada titik terang. Jika kau benar-benar mencintainya kumohon bersabarlah. Aku yakin dia akan kembali. Huh ini Sudah malam. Pergilah tidur karena besok kau latihan" kata Taehyung dan bangkit lalu masuk kedalam meninggalkan Jimin sendirian. "Apa aku akan menemukanya?" Lirih Jimin dalam. * Aliya tersenyum sopan saat mendapatkan bantuan dari Ahjumma Han untuk membawa belanjaan dari pasar. "Jangan bawa beban berat-berat. Kau baru sa~~~" "Ahjumma" sela Aliya dan membuat Ahjumma Han menghela nafas lelah. "Lain kali minta Jung Shin membantumu" Aliya mengangguk dan tersenyum. "Ahjumma mau mampir?" Tawar Aliya dan dibalas gelengan dari wanita tua itu. "Lain kali saja. Ini sudah hampir siang. Kau masuklah" Aliya mengangguk dan mengantar Ahjumma Han sampai pintu. "Hati-hati Ahjumma" setelah kepergian Ahjumma Han, Aliya langsung masuk kedalam. Membereskan belanjaanya dan bersiap masak. Tapi saat melihat banyak sayuran Aliya justru meletakkan pisaunya kembali. "Kau bisa Aliya" gumam Aliya pelan, tapi saat melihat sayur lagi, Aliya justru menghela nafas lelah. "Kenapa aku memikirkannya?" Tanya Aliya putus asa dan memilih duduk. "Kau pasti gila Aliya" * Setelah membantu Aliya membawa belanjaanya Ahjumma Han kembali kerumahnya dan bersiap untuk berangkat kekebun. "Ahjumma~~~" Ahjumma Han berbalik dan menemukan Jung Shin yang berlari kearahnya. "Ada apa Jung Shin-ah?" Tanya Ahjumma Han pelan. "Itu ada orang kota yang mencari Aliya Noona" Jawab Jung Shin dengan suara terengah-engah. "Orang kota?" Jung Shin mengangguk dan menunjuk laki-laki tinggi yang ada dibelakangnya. "Itu dia" Ahjumma Han mengamati laki-laki yang dimaksud Jung Shin dengan dalam. Siapa dia? "Maaf menggnggu waktunya Ahjumma" ujarnya sopan. "Kau siapa? Dan untuk apa mencari Aliya? Kau kenal Aliya? Dan dari mana asalmu?" Tanya Ahjumma Han beruntun sambil menatap tajam laki-laki tinggi tersebut. "Naega~~~" * "Apa masih sakit Chim?" Tanya Hoseok yang mengobati kaki Jimin terkilir. "Tidak terlalu Hyung. Gumawo" Hoseok membantu Jimin berdiri dan memapahnya. "Lain kali fokuskan fikiranmu pada satu tujuan. Jangan kau campur aduk, inilah akibatnya" Jimin tersenyum dan mengangguk. "Aku faham Hyung" Hoseok membantu Jimin berjalan dan saat tanganya akan menyentuh gagang pintu, Jungkook lebih dulu muncul dengan wajah merah dan keringat yang bercucuran di dahinya. "Kookie~~~" "Kita menemukannya Hyung! Aliya, kita menemukan Aliya" sela Jungkook dengan suara terengah-engah dan membuat Jimin serta Hoseok menganga tidak percaya. "Dimana dia Jungkook-ah?" Tanya Jimin cepat. "Gwangju. Aliya ada di Gwangju. Dia tinggal di sana selama ini" * Aliya memejamkan matanya sesaat dan membalas tatapan Taehyung. Laki-laki tinggi dari kota yang dimaksud Jung Shin tadi adalah Taehyung. "Aku tidak bisa?" Kata Aliya pelan. "Wae?" Tanya Taehyung meminta penjelasan. "Aku tidak bisa menjelaskanya Oppa. Intinya aku tidak akan kembali dan untuk apa juga aku kembali. Jika sampai Vi~~" "Tidak ada Video Aliya dan tidak pernah ada. Jangan gunakan alasan apapun. Jimin baik-baik saja, dan kau tidak perlu khawatir Jimin akan sakit jika kau kembali. Apakah kau tau jika Jimin juga ingin melihatmu saat ini. Berhentilah berkorban, saatnya orang yang berkorban untukmu. Berhenti mengalah dan buka matamu untuk menatap kebahagiaan. Berhenti jadi gadis lemah dan jadilah Aliya yang kuat. Kau bisa Aliya" Aliya memejamkan matanya sesaat dan membuang pandangannya keluar. "Jimin membenciku" lirihnya pelan. "Siapa yang bilang? Kumohon jangan fikirkan apapun. Kau akan baik-baik saja. Kembalilah ke Seoul. Jika kau merasa tidak aman bersama Jimin kau bisa jadi adikku. Aliya please!" Mohon Taehyung dan membuat Aliya menunduk dalam. "Aku tidak mau menyusahkanmu" Taehyung menggeleng dan membawa Aliya kepelukanya. "Kau adalah adikku. Ingat itu" akhirnya air mata Aliya jatuh setelah mendengar ucapan lembut Taehyung. "Kau pasti bisa" * Jimin meremas tangannya gugup saat tau jika Taehyung akan pulang membawa Aliya. Disampingnya ada Ibu dan Ayahnya, mereka akan melamar Aliya secara resmi saat ini. Lebih cepat lebih baik. Jimin harus segera bertanggung jawab. "Kenapa Taehyung lama sekali" ujar Jin tidak sabar. "Tenanglah Oppa. Tae Oppa akan datang sebentar lagi. Aku sudah menelfonnya tadi dan dia akan sampai dengan cepat dan membawa Aliya juga" ujar Lisa yang menenangkan iparnya. "Kau siap Chim?" Tanya Yoongi pada Jimin yang masih terlihat gugup. "Siap atau tidak Jimin harus siap. Itu tanggung jawab dan kewajibannya" kata Nyonya Park menjawab pertanyaan Yoongi. "Tenangkan dirimu Yeobo. Calon menantu kita akan datang dan kau tidak boleh kelihatan emosi" nasihat Tuan Park pada istrinya. "Aku mengerti" yang Jimin gugupkan bukan tentang lamarannya nanti, tapi reaksi Aliya saat melihatnya nanti. Rasa senang atau benci yang akan ditunjukkan nanti. Jimin takut jika Aliya akan benci padanya. "Ah itu mereka" kata Lisa yang menunjuk mobil Taehyung yang baru datang. "Siapkan dirimu baik-baik Jim" ujar Nyonya Park tegas pada putra sulungnya. "Nde Eomma" jawabnya pelan. * Aliya memejamkan matanya erat saat Jimin memasangkan cincin dijari manis dan itu tepat ditangan kirinya. Lamaran sekaligus pernikahan, hebat bukan. Nyonya Park sudah merencanakan semuanya dengan sangat sempurna? Aliya baru datang dan tiba-tiba dihadang oleh kedua orang tua Jimin. 'Sebelumnya ijinkan aku memperkenalkan diriku. Aku Park Shin Ae ibu dari Jimin dan ini ayah Jimin Park Ji Sung. Sebagai orang tua Jimin kami ingin minta maaf atas kelakuan bejatnya dan sebagai ibunya aku ingin dia bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat. Hari ini secara resmi kami ingin melamarmu dan menjadikanmu sebagai menantu. Dan kumohon jangan menolaknya. Ini adalah kewajiban dan aku tidak akan membiarkan putraku lari begitu saja' skak mate. Aliya langsung bungkam seketika setelah mendengar serangan dari Nyonya Park. Aliya bahkan hanya bisa dia saat dibawa kekamar untuk dirias lalu dibawa keruang tengah untuk pernikahan, dan sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri. "Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Monolog Aliya dalam. Sementara Jimin masih setia memandangi wajah Aliya yang terlihat sedikit pucat. Jimin tau tentang rencana ibunya yang akan menikahkan mereka hari ini. Jimin sendiri juga bingung dengan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Aliya sudah sah menjadi istrinya dan apa yang akan ia perbuat dan apa yang akan mereka alami setelahnya. "Apa dia masih mau menerimaku? Atau dia membenciku?" Monolog Jimin yang tidak melihat Aliya menatapnya sama sekali. "Aliya pasangkan cincinnya dijari Jimin" Aliya akhirnya mendongak dan mengarahkan pandangannya pada kotak cincin mewah yang ada ditangan Lisa. Tangan Aliya terlihat sangat berat untuk mengambil cincin itu dan hal tersebut disadari Jimin. "Tinggal kau ambil dan pasang" bisik Lisa pelan pada Aliya dan membuat Aliya membuang pelan nafasnya. "Kau bisa Aliya" Aliya akhirnya mengambil cincin itu dan memasangkannya dijari Jimin dan tepuk tangan akhirnya terdengar sampai. "Jimin Oppaaaa~~~" semua mata tertuju pada seorang gadis yang berdiri didepan pintu dengan sebuah koper ditanganya dan baru saja berteriak lantang memanggil nama Jimin. "Han Chaerin" Aliya langsung menatap Jimin saat mendengar Jimin menyebut nama yang Aliya yakin nama gadis itu. "Kau terlalu punya banyak wanita" cetus Aliya pelan dan membuat Jimin sontak menatapnya. "Ini tidak seperti bayanganmu" kata Jimin dan membuat Aliya tersenyum sinis dan berlalu begitu saja. Sontak Jimin mengejarnya. "Aliya tunggu" * Jimin keluar dari kamar mandi hotel dengan hanya menggunakan Kimono saja. Mereka mengikuti rencana ibunya setelahnya, pergi ke hotel untuk menghabiskan malam pengantin. Sementara Han Chaerin menjadi urusan Nyonya Park. Aliya sempat marah dan tersinggung tapi setelah mendengar ucapan Nyonya Park bahwa Han Chaerin bukan siapa-siapa Jimin membuat Aliya diam walaupun tidak mengucapkan apapun, walau Aliya masih tidak percaya jika Han Chaerin tidak punya hubungan spesial dengan Jimin. "Kau tidak tidur?" Tanya Jimin saat melihat Aliya yang masih berdiri disamping jendela dengan membelakanginya. "Aniyo" jawaban singkat Aliya membuat Jimin meringis pelan. "Kau pasti lelah. Istirahatlah" kata Jimin lembut. "Jika kau ingin istirahat, istirahatlah dulu" kata Aliya tanpa berbalik. "Aku mengerti. Jika kau tidak nyaman tidur seranjang denganku, aku bisa tidur di sofa" kata Jimin pelan. "Hem" jawab Aliya singkat dan membuat Jimin pasrah. Akhirnya Jimin meraih bantal dan selimut lalu membawanya ke sofa. Jimin tidak akan memaksa Aliya. "Jalja" Aliya menghela nafas pasrah dan berbalik. Menatap dalam Jimin yang tidur disofa. "Pernikahan apa ini!" Lirihnya pelan. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN