Happy Reading.
*
Tubuh Aliya melengkung kuat saat Jimin semakin menggila dengan sentuhanya. Aliya dibuat kehilangan akal karena tangan Jimin. Kondisinya yang hanya menggunakan bra dan CD saat ini sudah cukup menjelaskan semuanya. Aliya bahkan hanya bisa menutup rapat mulutnya agar tidak ada yang mendengar desahannya. Mereka bukan berada dihotel yang mewah, hanya sebuah motel kecil dengan kondisi yang dibilang sederhana. Kasur lantai dengan satu bantal dan selimut yang sudah terlempar dari tadi oleh Jimin.
Mereka terlalu gila hingga berani melakukanya ditempat sederhana seperti ini. Aliya bahkan tidak tau sampai kapan ia bisa menutup mulutnya. Sementara Jimin masih sibuk dengan kenikmatan yang tengah ia rasakan. Bibir dan tanganya masih bergerak agresif ditubuh sintal istrinya. Jimin sudah cukup menahan diri dan Jimin tidak akan menahannya lagi.
"Janghn Disituhbh jhimn" Aliya berusaha menginstruksi Jimin yang akan bermain dengan telinganya. Aliya tidak akan sanggup menahan jeritannya jika Jimin benar-benar menyentuh telinganya.
"Wae?" Tanya Jimin menatap Aliya.
"Jangan telinga. Aku takut aku akan berteriak" Jimin justru menyeringai dan menyerang telinga Aliya dan benar saja saat bibir Jimin sampai didaun telinganya, Aliya sontak berteriak.
"Jhim~~~" Aliya membekap kuat mulutnya saat Jimin benar-benar menjilati telinganya.
"Hem" lidah Jimin bahkan dengan berani menelusup kedalam telinga Aliya.
"Geumanhaeehh" Aliya benar-benar tidak tahan dengan siksaan Jimin.
"Jangan menahanya Nyonya Muda atau aku akan semakin ganas dan tidak akan melepaskanmu" Jimin menyingkirkan tangan Aliya dan meraub bibir Aliya dalam ciuman panas. Memaksa lidahnya melesat masuk dan menarik lidah Aliya agar masuk dalam mulutnya.
"Ehphh~~~" tangan Aliya mengalung dileher Jimin dan membuat ciuman mereka semakin dalam. Sementara tangan Jimin mulai bermain dengan d**a Aliya yang masih terbungkus dengan bra warna coklat.
Meremasnya dengan gemas dan membuat Aliya memekik dalam ciuman mereka. Jemari Jimin bergerak kebelakang untuk mencari pengaitnya, setelah menemukan yang dicarinya Jimin langsung membuang bra Aliya kesembarangan arah. Jimin melepaskan pagutanya dan menatap berapi kearah Aliya yang sudah sangat lemas.
"Susui aku" Aliya menggeleng pelan tapi Jimin justru memasukan n****e-nya kedalam mulut panas Jimin.
"Jhimm~~~" menghisapnya seperti bayi yang sedang kelaparan dan menggigitnya dengan gemas.
"Ah! Jhimn" Aliya mendesis kuat saat lidah Jimin semakin menjadi dengan n****e-nya apalagi tangan Jimin juga sudah sampai di daerah selangkangannya.
"Kau membuatku gila sayang" Jimin bangkit dari posisinya dan melepaskan pakaiannya dengan cepat. Kembali menunduk dan memanggut bibir Aliya dengan ganas.
"Uhm~~" ciuman Jimin turun keleher dan kembali membuat tanda dileher Aliya. Meringsut kebawah dan mengecup d**a Aliya. Menghisap kuat daerah atas d**a Aliya dan turun kebawah, mengecupi perut Aliya dengan rakus lalu turun pada daerah inti Aliya yang masih terbungkus kain segitiga yang berwarna coklat pudar tersebut.
"Aku sudah sangat tidak tahan sayang" Jimin melepaskan celana dalam Aliya dan menciumi rakus daerah inti Aliya.
"Ah! Jim" Aliya meremas kuat rambut Jimin. Sampai kapan Jimin akan menyiksanya? Ia sudah sangat tidak tahan.
"Ahhh!" Tubuh Aliya lemas setelah mendapatkan pelepasannya yang pertama. Sementara Jimin membersihkan cairan Aliya dengan rakus dan menelan semua. Bangkit dari posisinya dan menyentuh Junior-nya yang sangat tegang. Memijatnya pelan dan mengarahkanya kedalam tubuh Aliya.
"Hem Yeah" Jimin mendesis nikmat saat memasuki tubuh Aliya apalagi kewanitaan Aliya sangat sempit itu membuatnya semakin menggila. Aliya hanya bisa pasrah dan mencengkram erat kasur lantai yang menjadi kasur mereka.
"Yeah" Jimin tidak langsung menggerakkan pinggulnya melainkan membiarkan Aliya terbiasa dulu. Mereka sudah sangat lama tidak melakukan itu dan Jimin tidak ingin Aliya terluka.
"Kau siap sayang?" Aliya mengangguk pelan dan meraih kepala Jimin dan menyatukan bibir mereka.
"Aku mencintaimu" lirih Jimin dan mulai menggerakkan pinggulnya dengan pelan.
*
Flashback.
Jimin kelimpungan saat tidak menemukan Aliya dimana pun. Ponsel Aliya juga tidak aktif. Dan Jimin tidak tau kemana perginya Aliya.
"Kau menemukannya Jim?" Jimin menggeleng lesu saat mendengar pertanyaan Hoseok.
"Hyung Ottokheyo?" Tanya Jimin menahan tangisnya.
"Sabar dulu. Kita cari Aliya disekitar sini" kata Hoseok memenangkan Jimin.
"Temui Chaeyoung" mereka menoleh mendengar ucapan Suga.
"Chaeyoung?" Tanya Hoseok bingung.
"Aku tidak sengaja melihat Chaeyoung berbicara dan sepertinya Chaeyoung memanasi Aliya untuk meninggalkanmu" tangan Jimin terkepal erat mendengar ucapan Suga.
"Wanita itu sepertinya harus benar-benar dimusnahkan" desis Jimin dan berlari keluar dari dorm.
*
"Hei Ji~~~plakkk" wajah mulus Chaeyoung membekas dengan tangan Jimin.
"Apa yang kau katakan pada istriku?" Tanya Jimin sambil mencengkram kuat rahang Chaeyoung.
"Jim sakit" Jimin semakin mencengkram kuat rahang Chaeyoung.
"Katakan" desis Jimin.
"Aku menyuruhnya meninggalkanmu" jawab Chaeyoung jujur dan membuat Jimin semakin emosi dan mendorong Chaeyoung hingga jatuh.
"b******k apa hak-mu jalang?" Teriak Jimin emosi.
"Karena aku tidak mau kau mencintainya" bentak Chaeyoung emosi.
"Cih apa pedulimu?" Teriak Jimin.
"Tentu saja aku peduli. Aku mencintaimu" Jimin mendecih sinis dan menatap nyalang kearah Chaeyoung.
"Aku jijik padamu" maki Jimin.
"Apa bagusnya dia? Dia hanya sampah" umpat Chaeyoung emosi.
"Kaulah sampah sebenarnya Chaeyoung-shi" desis Jimin dan meninggalkan Chaeyoung yang masih kesetanan.
*
Jimin tidak bisa ditanyai saat Aliya tidak ditemukan. Jimin hanya diam dan menunjukkan wajah kosongnya.
"Kau benar-benar tidak tau Aliya dimana Tae?" Taehyung menggeleng lesu. Ia benar-benar tidak tahu dimana Aliya saat ini.
"Huh kasihan Jimin" ujar Namjoon.
"Hyung Bang PD ingin menemui Jimin Hyung" semuanya menoleh saat mendengar suara Jungkook dari pintu.
"Nde Kookie"
*
Jimin berlari masuk kedalam motel yang ia ketahui menjadi tempat penginapan Aliya. Setelah mendapatkan informasi dari Bang Sihyuk tadi, tanpa banyak berpikir Jimin langsung menyusul Aliya.
"Aliya Kim" ujar Jimin pada penjaga depan.
"Maaf tuan tidak ada nama penyewa Aliya Kim" Jimin menetralkan deru nafasnya dan kembali menyebut nama Aliya.
"Aliya Park"
*
Aliya terkejut saat melihat Jimin yang tiba-tiba muncul didalam kamarnya. Dari mana Jimin tau kalau Aliya disini.
"Jim kau~~~emphh" tidak mau mendengarkan ucapan Aliya lagi Jimin langsung membungkam bibir Aliya dengan bibirnya.
"Jangan pernah pergi dariku" desis Jimin dan kembali mencium bibir Aliya.
Flashback end.
*
Jimin memejamkan matanya dengan posisi memeluk erat tubuh Aliya. Sedangkan Aliya hanya diam didalam pelukan hangat Jimin.
"Kapan kita pulang?" Tanya Jimin.
"Entahlah" jawab Aliya singkat.
"Ngomong-ngomong siapa yang memberitahumu jika aku disini?" Tanya Aliya penasaran.
"Kau tidak perlu tahu. Itu rahasia" Aliya mendecih kesal dan mencubit perut sexy Jimin.
"Taehyung Oppa?" Tanya Aliya menebak.
"Bukan siapa-siapa" Ketus Jimin.
"Oh ayolah Jim" Jimin yang mendengar rengekan Aliya jadi gemas sendiri.
"Baik-baik. Bang PD yang memberitahuku" Jawab Jimin akhirnya.
"PD-nim?" Jimin mengangguk dan mengeratkan pelukannya.
"Hem! Wae?" Tanya Jimin lembut.
"Aniya!" Jimin menarik wajah Aliya untuk menatapnya.
"Jangan pergi lagi dariku" ujar Jimin lembut.
"Asal kau tidak membuat ulah atau mengecewakanku" Jimin mengangguk dan mencium lembut bibir Aliya.
"Aku ingin pernikahan kita dipublikasikan" kata Jimin yakin.
"Kau yakin?" Tanya Aliya ragu.
"Hem! Harus ada yang memulai dulu agar semua terbongkar" cetus Jimin.
"Tapi Jim~~" Jimin menutup bibir Aliya dengan jemarinya.
"Aku tidak mau semua orang menganggapmu sebagai wanita tidak baik. Kau istriku sayang, aku berhak melakukan apapun padamu. Mereka tidak berhak menuduhmu sebagai penggoda" kata Jimin lembut.
"Lalu fans-mu?" Tanya Aliya.
"Jika memang mereka peduli padaku pasti mereka akan mendukungku" kata Jimin yakin.
"Kau tidak akan menyesal?" Jimin menggeleng dan mencium lembut bibir Aliya lagi.
"Tidak dan tidak akan pernah" Aliya hanya bisa diam setelah mendengar ucapan Jimin. Jika memang itu keputusan Jimin, Aliya hanya bisa mendukungnya.
"Terserah padamu" Jimin tersenyum dan memeluk erat tubuh Aliya.
"Besok kita kembali ke Seoul nde?" Cetus Jimin pelan.
"Terserah. Aku hanya akan mengikutinya. Toh kau juga sudah memutuskan itu, mau bagaimana lagi" Jimin tersenyum dan mengeratkan pelukan tubuh mereka.
"Aliya" panggil Jimin pelan.
"Hem" jawab Aliya tidak kalah pelan.
"Apa kau akan marah saat aku memintamu berhenti jadi dancer BigHit?" Tanya Jimin ragu.
"Maksudmu?" Tanya Aliya yang tidak mengerti.
"Aku ingin kau berhenti bekerja. Maksudku aku hanya ingin kau diam dirumah seperti ibu rumah tangga yang lain" Aliya mengerti maksud Jimin.
"Apa alasannya?" Tanya Aliya menuntut jawaban.
"Uhm itu~" Jimin terlihat gugup saat menjawabnya.
"Katakan Jim" desak Aliya tidak sabar.
"Aku tidak suka saat semua laki-laki menatap penuh minat saat kau menari. Sadar atau tidak saat kau menari semua pasti akan membayangkan hal yang tidak-tidak tentangmu. Kau sangat sexy saat menari dan akan tidak mau kau terus menjadi bahan tontonan bagi mereka" jawab Jimin.
"Memang kenapa mereka tidak boleh melihatku?" Tanya Aliya pelan.
"Tentu saja tidak boleh. Kau istriku" jawaban cepat Jimin membuat Aliya tersenyum. Sepertinya Jimin mulai over protective padanya.
"Baiklah tuan aku akan berhenti jadi dancer. Kau puas?" Jimin mengangguk dan tersenyum manis.
"Tapi bolehkan aku main-main ke BigHit jika sedang bosan?" Jimin kembali mengangguk.
"Tapi harus ada aku. Jika tidak ada aku tidak usah" Oh God Jimin kembali menunjukkan sifat protectivenya lagi.
"Iya tuan Park aku mengerti" jawab Aliya pelan.
"Anak pintar" kekeh Jimin dan menciumi wajah Aliya.
"Kendae Jim, kenapa kau tidak mau saat Han Chaeyoung memintamu kembali padanya?" Jimin mendengus saat Aliya kembali mengusut wanita sialan itu.
"Dalam mimpi pun aku tidak sudi menerima ajakan sialnya" jawab Jimin ketus.
"Wae?" Tanya Aliya yang masih penasaran.
"Aku mencintai istriku" jawab Jimin tegas.
"Yakin cinta? Sejak kapan?" Tanya Aliya ingin tahu.
"Sejak dia memutuskan keluar dari BigHit saat itu. Menghilang selama beberapa bulan dan kembali lalu dinikahkan denganku. Kau pikir aku tidak tersiksa saat jauh darimu? Pergi begitu saja tanpa keterangan yang jelas lagi. Huh jika saja aku tau kau dimana waktu itu sudah kuseret kau kepelaminan dan menguncimu dikamar setiap hari" Aliya terperangah mendengar jawaban Jimin.
"Kau sudah mencintaiku saat itu?" Tanya Aliya tidak percaya.
"Hem. Sejak Hoseok Hyung bilang jika aku mulai memikirkanmu saat kau selalu melindungiku itu membuatku sadar jika aku mulai menaruh rasa khawatir padamu" jawab Jimin.
"Tapi kenapa setelah kita menikah kau tidak pernah menyentuhku?" Tanya Aliya ingin tahu.
"Aku takut kau menolakku, jadi kuputuskan untuk tidak menyentuhmu. Kupikir kau masih marah jadi aku lebih memilih diam dan menahan diri. Aku sungguh tersiksa kau tau. Setiap malam melihatmu tidur disampingku apalagi saat melihat bibirmu terbuka. Aku harus berlari ke kamar mandi dan menyelesaikannya sendiri. Bahkan aku pernah tidak keluar dari kamar mandi karena melihatmu" jawaban Jimin membuat Aliya memekik tidak percaya. Sekuat itukah Jimin menahan diri? Heol mereka menikah hampir 3 bulan dan Jimin tahan dengan siksaan gairahnya.
"Kenapa kau tidak jujur padaku?" Tanya Aliya lembut.
"Aku takut kau akan bilang tidak sayang. Apalagi dengan kembalinya wanita sialan itu" Aliya menutup mulut Jimin saat mengumpat Han Chaeyoung dengan kasar.
"Jangan begitu. Bagaimana manapun Han Chaeyoung pernah ada dalam hidupmu" tegur Aliya lembut.
"Hidup kelam maksudnya" tambah Jimin yang terlihat kesal.
"Sudahlah. Aku tidak suka kau mengumpat seseorang. Lagipula dia juga sudah jadi masalalu" Jimin mendengus dan merapatkan tubuhnya dengan tubuh Aliya.
"Jangan membahasnya lagi" Aliya mengangguk dan membalas pelukan Jimin. Ingatan Aliya tiba-tiba berputar saat ia menghilang dulu. Apakah ia harus jujur dengan Jimin? Tapi ia takut. Apa reaksi Jimin jika tahu?
"Jim~"
"Mwo?" Tanya Jimin lembut.
"Hem aku sebenarnya~~" Jimin menunduk dan menatap Aliya aneh. Kenapa Aliya jadi gugup.
"Wae?" Tanya Jimin lembut.
"Aku~~"
"Katakan Aliya" desak Jimin tidak sabar.
"Sebenarnya saat aku pergi ke Gwangju dan menjauh darimu waktu itu aku~ hem~ aku hamil" Jimin membulatkan matanya tidak percaya. Hamil? Aliya hamil anaknya?
"Hamil? Lalu kenapa~~~?"
"Aku keguguran. Saat itu aku terpeleset dan bayi kita tidak selamat" mata Jimin tampak berkaca-kaca setelah mendengar ucapan Aliya.
"Aku pun baru tau saat dia tidak ada" lirih Aliya pelan.
"Kenapa kau tidak jujur padaku?" Tanya Jimin lirih.
"Aku takut jika kau tidak menerimanya dan membuangku" jawab Aliya yang mulai terisak.
"Aku tidak mungkin menolak anakku sayang" lirih Jimin.
"Tapi aku takut Jim!" Jimin mengecup bibir Aliya dengan lembut dan mengusap air matanya.
"Maaf! Bahkan sampai saat ini aku masih jadi penyebab pendiritaanmu" Aliya menggeleng dan menutup bibir Jimin.
"Tidak Jim. Aku juga salah disini. Aku tidak hati-hati hingga anak kita pergi" Jimin mengusap sayang wajah Aliya.
"Aku tidak akan membiarkan satu tetes pun air mata yang keluar dari matamu. Tidak akan pernah" Aliya mengangguk dan memeluk Jimin.
"Aku mencintaimu" lirih Aliya.
"Aku lebih mencintaimu" gumam Jimin dan kembali menindih tubuh Aliya.
*
Kedatangan Jimin dan Aliya disambut hangat oleh semua orang. Aliya jadi malu apalagi ada spanduk yang bertuliskan nama mereka. "Jangan pergi lagi adik ipar. Kasihan Jimin, kau tau dia seperti orang gila" Aliya terkekeh mendengar ucapan Namjoon.
"Ya ya Hyung jangan mengolok-olokku" ketus Jimin kesal.
"Bukan mengolok-olok Jim. Tapi berkata jujur" kata Momo.
"Ya kalian sama saja" decih Jimin ketus.
"Sudahlah lebih baik kalian istirahat. Aliya pasti lelah" kata Jihyo melerai.
"Apanya yang istirahat. Tidak! Jimin harus kestudio. Pemotretannya menumpuk" kata Taehyung.
"Yakh kau gila? Aku lelah" teriak Jimin kesal.
"Lelah ya lelah tapi kau tidak bisa lari. Kau mau kena lempar sepatu Bang PD?" Tanya Taehyung.
"Tapi~~~"
"Gwenchanayo! Aku akan menemanimu. Lagipula aku juga tidak lelah" kata Aliya mengalah.
"Tapi~~" Aliya menggeleng dan mengusap pundak Jimin.
"Dasar!" Jimin langsung menarik Aliya keluar dari dorm Bangtan.
"Jimin pasti sangat senang" cetus Yoongi lucu.
"Kejutan kalian sangat unik" puji Joy.
"Bukankah seperti ini jauh lebih menarik?" Tanya Jin jail.
"Hah mari kita lihat reaksi mereka" ajak Lisa semangat.
"Kajja"
*
"Apa benar ini studionya?" Tanya Aliya aneh. Pasalnya tidak ada satu orangpun disini.
"Ini alamatnya sayang. Aku sudah mengeceknya berulang kali" ujar Jimin yang terus masuk. Studionya kosong dan gelap. Wajarkah Aliya merasa sedikit aneh?
"Tapi kemana semua staff?" Tanya Aliya aneh.
"Entahlah. Kajja kita masuk" Jimin terus masuk kedalam studionya tapi tetap saja tidak ada orang.
"Apa Alien k*****t itu mengerjaiku?" Tanya Jimin yang mulai kesal.
"Jangan bilang begitu Jim" ujar Aliya tidak suka.
"Lalu harus bilang apa? Disini tidak ada orang. Sudah pasti Alien itu mengerjai kita" kata Jimin ketus.
"Benar juga. Tapi untuk a~~"
Duarrr-duarrr. Lampu studio tiba-tiba menyala, Jimin dan Aliya dibuat terkejut dengan isi studinya.
"Sangeil chukae" teriak semuanya kompak. Ada semua staff BigHit, member Bangtan beserta kedua orang tua Jimin.
"Aku bahkan lupa jika hari ini ulang tahunku" kekeh Jimin dan menarik Aliya bergabung dengan semuanya.
"Saengil chukae sayang" Aliya melepaskan tangannya saat Nyonya Park memeluk Jimin.
"Jadilah orang yang semakin baik dan jadilah suami yang berguna bagi istrimu eoh!" Jimin mengangguk dan kembali memeluk ibunya.
"Gumawo Eomma" Nyonya Park mengangguk dan melepas pelukannya.
Giliran Tuan Park yang memeluk Jimin dan berganti Jihyun. "Selamat ulang tahun pendek" senyum di wajah Jimin luntur mendengar ucapan lantang semua member Bangtan.
"Ya-ya terima kasih" kata Jimin tidak ikhlas.
"Hehe Hyung tambah tua tapi semakin pendek. Chukae Hyung" Jimin mendengus mendengar ucapan Jungkook. Kelinci sialan.
"Sudah-sudah sekarang kita mulai pestanya. Let's dance together"
*
Aliya mengusap sayang wajah Jimin yang tengah memejamkan matanya. Pestanya usai dan mereka ada dikamar. Keluarga Park langsung kembali ke Busan dan Jimin serta member Bangtan kembali ke dorm.
"Aku belum mengucapkan selamat padamu" ucapan Aliya membuat Jimin membuka matanya.
"Aku bukan hanya butuh ucapan selamat ulang tahun sayang, tapi aku butuh hadiah" Aliya tertawa mendengar ucapan Jimin.
"Baiklah Tuan Park kau mau apa dariku?" Tanya Aliya menawarkan.
"Hem mau apa ya? Ehm~~ ah aku mau kau sayang" Aliya tersenyum dan memeluk Jimin.
"Kau sudah dapatkan semuanya, apalagi yang kau inginkan?" Tanya Aliya aneh.
"Iya juga sih. Tapi aku tetap mau kau sayang" kekeh Jimin keras.
"Terserah padamu Tuan Park" Jimin tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
"Besok kita akan mengadakan pers" Aliya menghela nafas dan mengangguk.
"Kau siap?" Tanya Jimin lembut.
"Mau bagaimana lagi? Lagi pula semua juga sudah disiapkan" kata Aliya.
"Jangan takut. Aku akan berada didepanmu" Aliya mengangguk dan mengecup bibir Jimin dan tentu saja reaksi Jimin menindih tubuh Aliya.
"Mari membuat cucu untuk orang tua kita" Aliya tertawa dan kembali mengecup bibir Jimin.
"Kuanggap itu sebagai persetujuan sayang" Jimin mematikan lampu diatas nakas dan mulai melucuti pakaian mereka.
"I Love You So Much Sexy Wife"
"I Love You To Sexy Husband~~ahhh!"
*
Lampu Blitz kamera terus menyala saat Jimin dan Aliya keluar dari pintu masuk ruangan pers. Para wartawan berlomba mengambil gambar Jimin dan Aliya yang banyak. Ini berita besar dan mereka tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini.
Jimin yang merasa jika tangan Aliya dingin semakin mengeratkan genggaman tangannya. "Kita pasti bisa" Aliya melihat samping dan mengangguk lalu tersenyum manis pada Jimin.
"Kajja"
*
"Tidak seburuk yang kukira" kata Aliya setelah menyelesaikan pers mereka.
"Sudah kubilang ini akan baik-baik saja sayang" Aliya mengangguk dan memeluk Jimin.
"Aku ingin berkencan" pinta Aliya tiba-tiba.
"Baiklah. Kajja kita berkencan Nyonya Park" ajak Jimin menyetujui.
"Apa harus menyamar?" Jimin menggeleng dan tersenyum.
"Tidak penting! Kajja"
*
"Aku iri dengan Jimin" cetus Namjoon saat foto-foto kencan Jimin tersebar di internet.
"Dia sudah bebas. Dan kita masih harus bersembunyi" keluh Taehyung yang memeluk Lisa.
"Sabar Oppa. Lagipula mereka sudah melewati berbagai rintangan wajar jika mereka merayakannya sekarang" kata Lisa dewasa.
"Kita yang lebih dulu menikah tapi Jimin yang lebih dulu mengaku kemedia. Huh nasib baik" ujar Jin.
"Jangan iri eoh. Jika Oppa mau kita juga bisa kencan" Jim tersenyum dan menarik Jihyo keluar dari ruang Bangtan.
"Ah aku mau tidur saja. Kajja sayang" ajak Namjoon pada Momo.
"Cih dasar m***m" ketus Jungkook yang tau akal-akalan Leadernya dan langsung berlalu.
"Kau mau kencan atau tidur?" Tawar Taehyung.
"Uhm kita ke dorm Blackpink saja Oppa" Taehyung mengangguk dan membawa Lisa keluar.
"Kau Hyung?" Tanya Hoseok.
"Tidur. Lagipula aku tidak ada niat keluar sendiri" ketus Suga dan berlalu. Istri Suga dan Hoseok tidak ada jadi mereka sendirian.
"Huh nasib-nasib" kata Hoseok sabar dan menuju kamarnya.
*
"Kalian yakin?" Tanya Bang Sihyuk mengenai rencana Bangtan untuk pindah ke Apartemen masing-masing.
"Nde PD-nim. Lagi pula kami sudah menikah dan ingin memulai kehidupan pribadi kami sendiri" jawab Jin yakin.
"Lalu dorm Bangtan?" Tanya Bang Sihyuk.
"Jungkook yang akan mene~~~"
"Tidak. Aku akan menginap di apartemen kalian setiap hari dan dihari Minggu aku baru pulang" jawab Jungkook yang tidak mau tinggal sendiri.
"Baik jika itu mau kalian" ujar Bang Sihyuk setuju.
"Ah PD-nim ada yang ingin dikatakan Taehyung" kata Jimin yang melirik jail kearah Taehyung.
"Mwo Tae?" Taehyung menatap Bang Sihyuk dengan takut dan menarik nafasnya dengan panjang.
"Uhm Lisa hamil"
"Mwo?"
*
"Bukankah itu kabar baik?" Tanya Aliya riang.
"Nde! Hanya saja aku tidak kuat mendengar omelan Yang Sajang" kata Lisa ketus.
"Taehyung bahkan hampir disembur dengan air tadi" kata Jin yang mengingat kejadian tadi.
"Tapi kau sungguh berani Tae. Apa resepnya?" Tanya Suga antusias.
"Perbanyak itu Hyung" jawab Taehyung dengan senyum kotak andalannya.
"Hah enak dilaki-laki susah diperempuan" ujar Jihyo kesal.
"Itu umum Nyonya Kim" kata Jin.
"Aish sudahlah. Siapa yang mau membantu kami pindahan?" Tanya Lisa dan semuanya menggeleng kompak.
"Aku juga akan pindah" jawab Jimin dan langsung menarik Aliya keluar.
"Sibantet itu benar-benar menyebabkan"
*
"Mwo?" Tanya Aliya saat Jimin terus menatapnya.
"Gumawo!"
"Gumawo?" Jimin mengangguk dan menggenggam jemari Aliya.
"Karena sudah menjadi Fans-ku, melindungiku, bersabar dengan sikap acuhku, membuatku mencintaimu, membuatku melupakan masa laluku dan memaafkanku" Aliya tersenyum dan mengusap wajah Jimin.
"Kau terlalu berlebihan" Jimin menurunkan tangan Aliya dan menggenggamnya.
"Huh semua berlalu dengan cepat. Ngomong-ngomong aku juga ingin seperti Taehyung. Jadi ayah maksudnya" Aliya tersenyum dan manarik Jimin kedalam kamar
"Kajja kita buat Baby Park" Jimin tertawa dan mendorong Aliya keranjang.
"Jangan protes jika aku tidak mau berhenti" kata Jimin.
"Tidhakk akhaa! Ahhh! Jimm"
End.