2 - MEMBALAS KEBAIKAN DENGAN KEJAHATAN

1105 Kata
Rumah hiburan di Kota Batu adalah tempat para penghibur tinggal. Mereka bertugas melayani para pelanggan yang datang dan memuaskan para pelanggan. Di tempat ini, selain mereka menjual diri mereka, para pelanggan juga bisa mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Namun, beberapa informasi penting tersebut tidak bisa didapatkan dengan mudah. Butuh lebih banyak uang yang harus dikeluarkan. Sosok Azura yang menggiurkan membuat berpasang-pasang mata tidak mampu berpisah darinya. Bajunya putih dan tipis, namun tidak terawang. Saat dia sedang duduk di bantalan pelindung alas duduknya, dia berdiri dan berpindah ke ranjang. Pria berkumis tipis yang pingsan sedang tidur di ranjangnya. Ia membelai wajah pria berkumis dengan lembut dan diam-diam melirik pada mereka. Azura berkata dengan nada menggoda tanpa menatap mereka: "Tuan, apakah kalian ingin bergabung bersama kami? Kalau benar, maka masuk saja dan silakan duduk di mana pun. Azu akan menerima kalian semua. Azu tidak pernah menolak bagi siapa pun yang mau bersamaku." Azu menoleh dengan pandangan mata yang santai dan menggoda. Walaupun matanya lesu. Dia mengulurkan tangan, berkata: “Jadi para tuan sekalian, apakah kalian mau menemani Azu di kamar?” Mereka menggelengkan kepala dengan cepat. Tangan melambai dengan kata tidak. Seseorang melirik, dan saling melirik. Seseorang kemudian berkata: "Mohon maaf, kami telah mengganggu Anda. Kami pergi Sekarang!" Mereka menutup pintu dengan pelan. Lalu segera berlalu dari depan pintu kakar itu. Azura menarik tangannya kembali sembari membersihkan kedua tangannya dengan sapu tangan. Dia berkata sambil melirik ke tempat lemari berada: "Anda bisa keluar sekarang ...." Si topeng perak keluar dari bersembunyi dalam lemari pakaian Azura, namun wajahnya memerah. Hingga membuat Azura menatapnya dengan keheranan. Azura batin: ‘Tuan Topeng Perak...? Aku merasa pernah melihatnya. Apa hanya bayanganku saja?’ Azura menyingkirkan pandangan lain: "Tuan, Anda harus pergi! Azu tidak antar keluar. Semoga perjalanan Anda menyenangkan!" Tatapan mata Azura berbeda seperti saat pertama pertemuan mereka. Mata Azura tampak sedih, kesepian, dan tidak seperti para penghibur lainnya. Mereka suka uang, apa pun demi uang untuk menghidupi mereka dan hidup senang. Begitulah para penghibur lainnya. Melihat perempuan itu bersedih hati, Tuan Topeng Perak memberikan sapu tangan padanya. Azura batin: ‘Apa yang Tuan Topeng Perak lakukan? Untuk apa dia mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya padaku? Dia benar-benar menyukaiku kah?’ Azura geleng-geleng kepala. Tangan Tuan Topeng Perak hendak menyentuh wajah Azura dengan sapu tangan. Namun, gadis itu segera berbalik pindah ke tempat duduk dan duduk di sana. Ia menuangkan teh dengan gaya menggoda. Gerakan tangan, cara duduknya, serta gerakan lainnya seolah-olah sudah direncanakan. Azura berkata tanpa menoleh: "Tuan Topeng Perak. Tampaknya Anda mengenali Azu. Sebelum Anda pergi, bagaimana kalau Anda duduk sejenak? Cobalah teh buatanku. Itu pun jika Tuan Topeng Perak tidak keberatan." Setelah teh selesai di tuang ke gelas, dia menoleh. Tuan Topeng Perak duduk di depan Azura. Azura terus memandanginya dengan mata yang menggoda. “Nona, apakah Anda baik-baik saja? Apakah ada seseorang yang mengganggu Anda?” Azura menuang teh ke gelas lain dan memberikannya untuk Tuan Topeng Perak. Karena Tuan Topeng Perak itu tak menyentuh sedikitpun gelasnya, ia minum terlebih dulu. Tuan Topeng Perak hanya memperhatikan gelas atau tehnya saja. Azura batin: ‘Apakah Tuan Topeng Perak berpikir kalau aku meracuni teh? Dasar kekanakan!’ "Tuan Topeng Perak, silakan diminum!” Azura menyaksikan Tuan Topeng Perak tidak bergerak sedikitpun. “Mungkinkah Anda berpikir kalau minuman di sini tak nyaman? Dan tak pantas untuk dinikmati orang anggun dan hebat seperti Anda?" "Maaf, aku telah bersikap tidak sopan di hadapan Nona. Kalau begitu aku akan menghukum diriku dengan minuman ini." Tuan Topeng Perak meneguk teh, lalu tak lama kemudian kepalanya merasa pusing. Tuan Topeng Perak berkata sebelum pingsan: "Nona, Anda ...." Kepalanya jatuh ke meja. Azura mendesah, menyanggah kepala dengan satu tangan, kemudian berkata: "Cih! Mau mengambil keuntungan dariku? Enak saja. Kamu tak berbeda dengan pria berkumis itu. Kalian adalah seorang pria yang mengambil keuntungan dari perempuan. Memanfaatkan orang lain ada batasannya." Azura berdiri: "Berpura-pura mengenalku. Itu semua tandanya pria b******n. Setelah itu, mereka akan berakhir di atas ranjang bersama. Hal itu sudah kulihat di duniaku yang sangat jauh. Hidup di dunia aku dapat menilai dengan baik, walau usiaku masih muda.” 30 menit kemudian. Azura sudah selesai mengemas baju, serta uang kertas yang dia miliki. Tasnya terbuat dari kain yang butuh diikat dari satu ujung ke ujung lain. Mengenai uang kertas di dunia masa kini. Pecahannya terdiri dari 1 sen, 5 sen, 10 sen, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah, 100 rupiah, 250 rupiah, 400 rupiah, dan uang kertas paling termahal adalah 500 rupiah. 10 menit berlalu. Azura sudah mengganti pakaiannya. Dia mengenakan baju sederhana serba putih, sabuk di pinggang. Rambut panjang perempuan itu ditekuk ke atas, bagai seikat ekor kuda yang berani. Riasan di wajahnya sudah dihapus dan hanya menggunakan riasan tipis. Azura berdiri di sebelah tempat duduknya tadi sembari memandang Tuan Topeng Perak. “Tuan Topeng Perak, maafkan aku. Namaku adalah Azura. Di masa depan, mari jangan pernah bertemu lagi.” Sebelum Azura meninggalkan ruangan. Sebuah ide cemerlang keluar dari kepalanya. Ia pun tersenyum licik. Beberapa menit kemudian, Azura berdiri di dekat jendela di ruangannya. Ia buka dengan perlahan. Mengangkat satu kakinya, lalu disusul kaki lain. Azura berpegangan dengan kencang dan erat di kayu pinggiran jendela. Sebelum pergi dia tersenyum senang melihat pemandangan dua pria yang tidur di ranjangnya. Entah apa yang akan mereka lakukan saat sadar nanti? Sayang sekali. Dia tidak bisa menyaksikan hal tersebut. Azura melompat dari lantai dua ke tanah saat tidak ada seseorang pun yang berjaga di bawah sana. Ia menepuk tangan membersihkan debu. Lalu bergegas pergi dari rumah hiburan sebelum ketahuan oleh penjaga rumah hiburan. Siapa Azura? Azura berasal dari dunia modern, dunia masa depan, dunia lain, atau dunia tahun 2020. Azura bermimpi diberi kalung oleh kakeknya yang telah meninggal. Kemudian, kecelakaan terjadi pada keluarganya. Entah bagaimana ia berakhir di dunia asing itu. Dunia masa kuno dengan peradaban kuno. Azura berusia 12 tahun saat petaka itu terjadi. Dia sudah tinggal selama 5 tahun di dunia ini, atau disebut Kekaisaran Biru. Mirip kerajaan di Cina, fiksi dan fantasi, film yang dia lihat di TV. Azura berjalan di pasar dengan banyak pembeli. Ia menatap satu per satu makanan dan kue kering yang dilewatinya. Karena tak bisa berlama-lama di Kota Batu, ia sedikit kecewa tak bisa menikmati mi yang begitu lezat. Yang selalu dimakan setiap hari. Azura batin sambil berjalan melewati warung mi: ‘Azura, kamu harus bertahan! Jangan menoleh. Kamu harus lekas keluar dari kota ini. Makanan bisa dicari dan dibeli di mana pun, namun tidak dengan kebebasan. Dan melarikan diri adalah tugas paling utama sekarang.’ Perempuan itu menghela napas panjang. Lampu malam dipinggir jalan cukup terang. Azura menikmati perjalanan dan petualangan yang sudah dimulai. Suasana hatinya bagus. Senyumnya mekar dari bibirnya yang merah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN