1 - KOTA BATU (RUMAH HIBURAN)
Di salah satu ruangan sedang bertaburan asmara. Dari daun pintu masuk rumah hiburan, ambil lima belas langkah ke depan, ada sebuah tangga menuju ke lantai dua. Di lantai dua tersebut adalah tempat para bangsawan bersenang-senang, tawa riang, mabuk, dan juga hal lainnya.
Di salah satu kamar di lantai tiga.
Seorang pria berkumis tipis yang duduk di meja di depannya berdiri seorang gadis remaja putih, anggun, cantik, dan elegan. Pria itu terkesima melihat kecantikan gadis itu.
Mereka mengenakan pakaian kuno. Tubuh gadis dibalut kemben merah muda, menggunakan satu sanggul yang indah, namun masih bersisa beberapa jengkal bagian ujung rambut itu. Dan sisa rambut itu dibiarkan berjuntai ke bawah dengan lemas.
Sementara dari tempat lain, sosok bayangan hitam itu terus berlari dengan kecepatan tinggi. Malam membuatnya dengan mudah untuk menyembunyikan dirinya di tempat-tempat yang gelap.
Pipi merah yang tebal dan berani, menampilkan penampilan kecantikan yang lain dan tampak lebih menantang, seperti bulan merah di langit. Di mana bulan merah memiliki keindahannya sendiri.
“Siapa namamu?” Tampak sangat puas dengan aura gadis anggun itu, pria berkumis bertanya dengan memperhatikan ujung kaki hingga ke atas.
"Azu—!" Gadis itu batin: ‘Tidak. Aku tidak boleh mengatakan namaku yang asli. Nama apa kira-kira yang bagus, ya?’
Wajah pria berkumis tipis tiba-tiba berubah: "Ada apa gadis cantik? Apakah kamu tidak mau beri tahu siapa namamu?" Ia melangkah mendekati gadis itu. "Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkanmu hidup menderita. Aku pasti menjagamu dengan baik."
Mendengar kata-kata pria berkumis, Azura tersenyum dengan menyindir: "Hahaha. Tuan, Anda membuatku malu. Maafkan kelancangan sikap Azu. Aku bukanlah siapa-siapa. Mohon Tuan tidak memandang Azu begitu tinggi."
Pria berkumis tipis memegang dagu: “Oh, jadi namamu adalah Azu? Nama yang cantik seperti orangnya. Sungguh nama yang pantas untukmu.”
Gadis kemben merah muda yang bernama Azu menganggukkan kepala dengan malu sembari menutup hidung beserta mulutnya dengan sapu tangan. Gerakannya begitu lihai dan gemai gemulai. Membuat pria berkumis tipis tersenyum merekah.
Pria berkumis mencondongkan badannya: "Nona. Kalau Anda mengikutiku. Aku pasti akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada yang akan berani melawan perintahmu di dunia ini. Bagaimana?"
"..." Azura adalah nama asli gadis kemben merah muda. Dia menghela nafas, berbalik badan, kemudian menyentuh hidung dengan sapu tangannya. Ukiran di sapu tangannya tampak jelas, itu adalah ukiran bunga sakura di musim gugur.
"Tuan, apa Anda sedang bercanda dengan Azu? Azu adalah gadis rendahan. Tinggal di rumah hiburan ini selama 5 tahun. Bagaimana bisa Azu tahan melihat Tuan dipermalukan orang lain?"
Pria berkumis tipis pindah ke depan Azura. Ia terkekeh: "Hehe. Azu-ku, jangan khawatir. Aku bisa melakukan apa pun untukmu. Siapa yang berani mengatakan hal buruk tentangmu? Aku akan mengusir mereka semua. Apa kamu percaya padaku, Azu?"
Azura batin: ‘Azu-ku? Beraninya pria jelek ini panggil aku dengan panggilan sayang dan romantis begini? Hah, dia bercanda. Lihat bagaimana aku akan mengusirnya dengan kecantikan ini. Kalau aku tak bisa usir dia, maka aku bukan Azura.’
Pria berkumis tipis memohon dengan kedua telapak tangan di depan d**a. Senyumnya merekah dan terpesona.
Azura batin: ‘Dia begitu bodoh. Apakah dia pikir aku adalah Azu bisa dipermainkan dengan mudah, hah. Jangan berpikir, sedikitpun jangan berpikir.’
"Azu-ku, bagaimana... Kalau kita—“ Pria berkumis tipis menggosok kedua telapak tangan.
Azura terperanjat kaget begitu pria berkumis tiba-tiba menyerang mau memeluknya. Dia tidak bisa menghindar. Dari arah belakang gadis itu, sosok bayangan hitam turun dari atas langit-langit kamar. Mendarat dengan elok di belakang Azura, lalu secepat angin sudah berdiri di belakang pria berkumis tipis.
“BRUK...!!”
Sebuah tangan menempel di belakang leher pria berkumis. Kemudian, pria berkumis tipis hendak jatuh pingsan ke arah Azura, dan gadis itu segera menyingkir sebelum pria itu jatuh padanya.
Azura berkata: "Enak saja. Siapa kamu ingin sentuh aku? Dasar pria b***t! Aku bukan perempuan yang bisa kamu sentuh sembarangan."
Pria bertopeng perak merangkul pinggang Azura, kemudian mereka keluar dari jendela dan terbang ke atas atap rumah hiburan.
Azura memberontak dengan mengerutkan kening: "Lepaskan aku! Dasar penjahat! Cepat lepaskan aku!" Ketika tangannya hampir memukul wajah pria topeng perak, pria topeng perak memegang tangannya. Mereka saling bertatapan sejenak.
Saat Azura mendorong dirinya dari pria bertopeng perak, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari atas atap. Azura batin: ‘Apa aku akan mati? Mati dengan mengenaskan?! Setidaknya aku sudah menata diri dengan baik.’
Pria topeng perak segera melompat dan merangkul kembali pinggang Azura yang ramping.
Pria topeng perak menendang sebuah pohon yang tumbuh sehat di samping jendela kamar Azura. Kemudian, mereka masuk kembali ke ruangan.
Azura berkata dengan sedikit malu: "Bi-Bisakah lepaskan tanganmu dariku ...." Dia menundukkan kepala untuk menyembunyikannya.
Mendengar kata-kata Azura, pria bertopeng itu malu dan dengan cepat menarik tangan kembali. "M-Maaf. Saat aku lewat tadi kulihat Nona merasa tidak nyaman dengan pria itu. Jadi aku menyelamatkan Nona tanpa berpikir panjang dan tak mengetahui niat Nona. Maaf karena sudah mengganggu waktumu. Karena situasi sudah terkendali, aku pergi sekarang."
Azura balik badan diam-diam: "Niat apa? Apa maksud Tuan Topeng Perak dengan mengatakan hal seburuk itu. Kita tak pernah mengobrol sebelumnya, ataupun bertemu. Apakah karena aku adalah orang dari tempat hiburan ini? Karena itu Anda memandangku rendahan.”
Tuan Topeng Perak menghentikan langkahnya setelah Azura selesai bicara.
Azura batin: ‘Sekedar lewat? Jelas-jelas kamu dengan sengaja datang ke kamarku. Apakah Tuan Topeng Perak menyukaiku?’
Tuan Topeng Perak berbalik badan: “Nona, aku telah menyelamatkan Anda dari pria b***t itu. Bisakah Nona membantuku sekarang?”
Azura batin: ‘Aku sudah tahu jika dia punya maksud lain. Tak apa. Dia sudah membantuku. Aku juga harus membalas kebaikan dia. Tapi... Aku tidak mau mempermudah dia.’
Azura terkekeh, bertingkah manja dengan tubuh gemulai sambil duduk di alas bantal yang empuk: “Tuan Topeng Perak, apa Anda tidak salah? Anda memohon bantuanku? Jangan bercanda dengan Azu. Azu mengenal Anda. Anda adalah seorang pendekar yang hebat dan sangat kuat. Bagaimana bisa perempuan lemah seperti Azu bisa membantu Anda? Itu menggelikan!” Perkataan Azura begitu menggoda dan berirama.
Suara langkah kaki di depan pintu semakin kencang. Para pria yang entah siapa mereka menerobos masuk ke ruangan Azura.
“BRAK...!!”
Sekelompok orang bertopeng berpakaian serba hitam terkesima melihat kecantikan perempuan yang duduk di samping ruangan. Mereka tidak dapat mengalihkan pandangan mereka untuk sejenak saja.
Azura sedang menyisir rambutnya yang panjang, hitam, dan tanpa diikat, sehingga angin malam sempat membuat rambutnya berserakan ke mana-mana.
Azura meletakkan sementara sisirnya di meja, dan berkata dengan nada menggoda: “Tuan sekalian, ada yang bisa Azu bantu?”
Mereka menelan ludah.