Kunci mobil sudah berada di tangan Rania. Dia kembali tersenyum menatapku. Ada binar bahagia di wajahnya yang ayu. Hadiah ini mungkin bisa sedikit mengobati rasa kecewa di hatinya karena outlet yang terbakar. Meski dia selalu berusaha menutupi, namun aku tahu ada nyeri dan sesak dalam d**a yang sengaja disimpannya sendiri. "Mobilnya mana, Mas? Kuncinya doang nih?" tanyanya lagi, mengintip garasi dari jendela kamar yang masih kosong tak berpenghuni. "Ada. Sebentar lagi datang diantar pihak dealernya," jawabku sembari mengusap pelan pucuk kepalanya yang terbungkus jilbab coklat. Aku tahu Rania sangat menginginkan mobil karena memang tak terbiasa ke mana-mana menaiki roda dua apalagi vespa butut seperti milikku. Aku tahu dia sangat ingin memiliki kendaraan satu itu, apalagi sekarang ham

