2 Rasa Panas

652 Kata
Setelah Kandra keluar dari kamar mandi, Maruna pun meletakkan ponselnya hendak mengambil pakaian Kandra. “Ada yang mengirim pesan?” tebak Kandra, lihatlah telinganya begitu tajam mendengar bahkan hanya sebuah getaran pesan sekalipun. Maruna mengangguk. “Pak Dewa, tumben Mas dia kirim pesan, manggil kamu mas-mas lagi emangnya usianya di bawah kamu ya?” Kandra mengangguk tidak jelas tanpa menjawab, lalu mengambil ponsel miliknya itu. “Buatkan air jahe Runa, Mas sepertinya masuk angin, Mas ambil baju sendiri.” Maruna masih membawa kecurigaan atas pertanyaan tanpa jawaban dari Kandra. “Ya sudah nanti aku balurin minyak angin ya, Mas mau cemilan tidak?” “Tidak! Air jahe saja, cukup.” Kandra mengambil pakaian miliknya di lemari dengan Maruna yang kemudian pergi keluar untuk membuat pesanan sang suami. Sekeluarnya Marun, Kandra pun bergerak cepat menghubungi seseorang pada ponselnya lalu masuk ke dalam kamar mandi, ia sedikit takut kalau-kalau saat ini Maruna tengah berada di depan pintu mencurigainya. Ya ... Kandra benar, Maruna kini berada di depan pintu menguping Kandra mungkin akan menghubungi pengirim pesan itu. "Kan Mas bilang jangan hubungi ke ponsel ini! Ponsel satunya lagi ada di mobil..." Semenit. Lima menit. Sepuluh menit. Tidak ada suara apapun yang Maruna dapatkan dari dalam kamar ia lalu segera beranjak ke dapur, mengambil semua bahan-bahan untuk membuat air jahe sang suami. Tumpukkan rasa panas sudah ada di dadanya, mulai dari aroma manis di pakaian kotor Kandra, pesan tadi juga dan beberapa malam ini Kandra juga mengatakan dia tidur cepat di hotel sebab kelelahan. Tidak pernah seperti itu, Kandra selalu suka parfum segar dari pada yang manis, Kandra tidak pernah bisa jauh dari Maruna bahkan sesibuk atau semengantuk apa pun Kandra membiarkan ponselnya terus menyala hanya untuk berhubungan dengan sang istri. Hanya dengan berpikir tanpa tahu pasti saja rasa sesak sudah menjalari ke d**a Maruna, Mas Kandra tidak pernah meminum air jahe atau memerintah seperti ini, bahkan suka melakukannya sendiri atau mereka melakukan berdua, bercanda di dapur menikmati quality time romantis mereka meski di dapur sekalipun. Bukan tidak menerima dimintai sang suami membuat air jahe, hanya saja Mas Kandra begitu aneh. Lagi pula ia lihat Mas Kandra baik-baik saja tadi saat pulang dia tidak mengeluh apa pun bahkan masih mandi air dingin. Dan jika sakit pasti begitu rewel dari jauh saja sudah mengadu pada Maruna lewat telepon, ia sangat paham sang suami seperti apa. Menepiskan segala pikiran buruk Maruna pun membawa minuman jahe hangat itu ke dalam kamar, perlahan membuka pintu dan masuk. “Mas ini…” Maruna menarik napasnya, saat ia lihat Kandra sudah meringkuk di sudut ranjang, ia sudah terlelap, Maruna pun meletakkan minuman Kandra yang tertutup di atas meja rias, membiarkan Kandra tidur mungkin dia benar sakit dan sangat kelelahan. Maruna mencelus ia yang begitu merindukan sang suami pun tidak bisa berbuat apa-apa, Kandra memunggunginya. Sial ... dia bahkan sudah berdandan dan memakai pakaian haramnya untuk menarik perhatian sang suami, namun bagaimana bisa ia marah saat Kandra tadi jelas mengatakan dia masuk angin dan tidak nyaman dengan tubuhnya. Lihatlah Mas Kandra tidak pernah seperti ini, dia mana pernah membiarkan Maruna tidur sebelum mengusiknya dan menceritakan apa saja yang terjadi hari ini, apalagi mereka sudah tidak bertemu beberapa hari. Maruna menarik napasnya lagi, ia harus terus berpikir positif, Maruna lalu beringsut mendekat pada sang suami, Ia memeluk tubuhnya mengecup pada tengkuk Kandra dan meletakkan tangannya pada pinggang sang suami. Kandra bergerak, Maruna ber—yes—ria sebab Kandra selalu akan meresponnya jika dia mengusiknya seperti ini. Tapi Marun salah, kali ini Kandra tidak suka, dia malah menepisnya. “Tidurlah Maruna, Mas ingin tidur cepat, air jahenya nanti mas minum, Mas ngantuk sekali," ujar Kandra menepiskan tangan Maruna tanpa menoleh. Degh… Untuk pertama kalinya Kandra menolak saat Maruna sentuh, Maruna seakan tidak percaya itu, mendadak dia seperti orang lain, Kandra yang biasanya akan segera menyambutnya berbalik memeluk Marun kini malah menatap enggan padanya. Maruna pasrah mencoba mengerti keadaan ia pun ikut tidur juga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN