Bab 1. Nasib Sial
“Pak ….” Aurora menarik tengkuk Darka dan mencium bibir Darka dengan lembut. Gadis itu kehilangan arah, pertahanan terakhirnya pun goyah ia membiarkan dirinya hanyut dalam keindahan duniawi yang bisa membuatnya menyesal ketika bangun nanti.
Walaupun telah menyerahkan segalanya, tetap saja ia tak menerima balasan dari sang pujaan hati. Namun, ia tak akan goyah selagi tak ada penolakan ia tak akan berhenti.
“Aurora sialan!” batin Darka berusaha menahan diri agar tak membalas perlakuan Aurora. Jujur saja ia sempat tergoda dan memakan sedikit umpan yang diberikan Aurora. Ia juga manusia biasa yang disuguhkan sesuatu yang indah akan tetap menikmati walaupun sedikit.
Karena tak mendapat penolakan dari Darka, Aurora dengan lihai menghilangkan pembatas diantara mereka. Sampai detik ini Darka tak protes, ia sama halnya dengan Aurora hanyut dalam keindahan duniawi yang diluar kendali.
Mereka berdua tampak seperti dua orang yang saling menginginkan.
***
Beberapa jam sebelum kejadian …
Aurora sudah sampai di depan kampus, ia berjalan santai menuju kelas. Sepanjang perjalanan ada beberapa orang yang menatapnya dengan tatapan sinis, ada juga yang mengodanya. Begitulah keseharian Aurora si ratu kampus.
“Aurora!” teriak Cantika—sahabat Aurora dari ujung koridor. Tak hanya Cantika, ada Dara yang mengikuti Cantika dari belakang.
“Kenapa?” tanya Aurora dengan nada santai, terkesan sombong dan meremehkan. Aurora dikenal sombong dan bemulut pedas di kampus. Banyak sekali wanita yang membenci Aurora tak hanya kesombongannya saja, tapi juga kecantikannya yang berhasil memikat beberapa pria terkenal di kampus.
Sering sekali Aurora menolak peryataan cinta dari mereka, bukan ia pemilih. Tapi ia tau pria-pria itu hanya ingin kecantikannya saja, beberapa dari mereka sering mengajak Aurora bersenang-senang. Tentu saja Aurora menolak hal itu.
“Pak Darka nyariin kamu, buruan cepat ke ruangannya,” panik Cantika, Cantika tau Pak Darka pasti akan mempermasalahkan ketidakhadiran Aurora di kelas selama lima hari terakhir ini.
“Pak Darka? Gawat aku harus kabur,” lirih Aurora, ia berbalik tak jadi menuju kelas. Setidaknya untuk hari ini ia ingin hidup tenang tanpa hukuman tak masuk akal dari Darka.
Darka dikenal kulkas berjalan, irit bicara dan terkesan arogan jika berada di dalam kelas.
Darka yang selalu menyiksa mahasiswa dengan tugas yang di luar nalar, Darka perfeksionis dalam segala hal, Darka juga memiliki banyak peraturan saat mengajar di kelas. Ia dikenal dengan dosen galak. Tapi hampir semua mahasiswa perempuan dikampus menyukai Darka, tentu saja karena ketampanannya yang berhasil memikat hati sebagian mahasiswa di kampus.
***
Bunyi dentuman musik memekakkan telinga, seperti janji mereka. Aurora, Cantika dan Dara menghabiskan malam minggu di sebuah tempat yang mungkin dihindari beberapa orang. Mereka sering ke sana, sehingga beberapa karyawan yang bekerja di sana mengenal mereka.
“Ayo kita turun,” ajak Cantika, Aurora terlihat termenung seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Duluan saja,” balas Aurora mencoba menyungingkan senyum di hadapan Cantika.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap mereka dengan tatapan tajam, wanita itu membawa segelas minuman. Ia berjalan mendekati Aurora, wajah yang awalnya sinis berubah manis saat sudah berada di depan Aurora dan Cantika.
“Aurora, ini minuman buat kamu.” Dara datang dari arah belakang memberikan minuman yang baru saja ia pesan ke arah Aurora.
“Thanks ya,” jawab Aurora ia senang sahabatnya sangat perhatian, rasanya memiliki keluarga baru dengan kehadiran Dara maupun Cantika.
“Habiskan saja minuman itu, Aurora!” batin Dara dengan seringai jahat. Dara tampak memperhatikan setiap gerak gerik Aurora, entah apa yang wanita itu rencanakan.
***
Di lain tempat di waktu yang sama. Terlihat Darka sedang mengomeli temannya karena telah membawanya ke tempat yang sangat dibenci Darka.
“Rendi! Kamu gila kita rapat di tempat seperti ini?” tanya Darka menatap jijik ke arah perempuan yang sedang meliukkan tubuh di depannya itu.
Terlihat Darka berada di suatu ruangan yang disinari lampu berwarna-warni. Ada beberapa perempuan yang sedang meliuk tubuhnya di hadapan mereka, ada juga yang sedang mengoda Rendi dan juga teman Darka yang lain.
“Nikmati saja sob, sesekali memanjakan mata,” jawab Rendi, lalu mengecup bibir perempuan yang ada di pangkuannya.
Darka dibuat jijik melihat hal itu, bukannya tergoda malah Raka menatap perempuan itu dengan tatapan kasihan dan jijik. Apa tak ada pekerjaan yang layak selain menjadi wanita malam?
“Sudahlah, aku cari udara segar dulu,” kata Darka, tak tahan lagi dengan bau tak sedap yang masuk menyeruak melalui penciumannya.
***
“Kita mau ke mana, Dara?” tanya Aurora dengan sisa-sisa kesadarannya. Sekujur tubuh Aurora rasanya sangat panas, entah kenapa ia menginginkan lebih malam ini. Tadi saja saat melihat seseorang yang sedang berciuman membuat Aurora terdiam dengan otak yang berkelana jauh, seperti ada sesuatu yang membuatnya menginginkan hal itu juga.
“Tunggu di sini, ya,” jawab Dara meninggalkan Aurora di parkiran yang sepi nan gelap itu.
Dara terus saja berjalan meninggalkan Aurora yang hampir saja kehilangan kesadaran. Ia tampak tersenyum dan memberi kode ke beberapa pria yang bersembunyi di balik tembok. Benar saja mereka sedang merencanakan sesuatu.
“Kena kamu Aurora, sudah ku bilang jangan sombong!” batin Dara meninggalkan Aurora bersama tiga pria asing.
“Hai nona,” sapa pria itu sembari menatap dalam kea rah Aurora yang hampir saja kehilahan kesadaran. Mereka bertiga saling melempar pandang dengan seringai jahat.
“Ayo ikut kami, kami siap melakukan apa yang anda minta, Nona,” kata salah satu dari mereka.
Mereka bertiga menarik tangan Aurora untuk masuk ke sebuah mobil yang sudah disiapkan. Mereka sangat bahagia mendapat mangsa yang bisa dikatakan sempurna.
Aurora merasakan ada yang tak beres dengan ketiga orang ini, ia pun berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga.
“Lepaskan aku!” teriak Aurora dengan sisa kesadarannya.
“Tidak akan!”
“Tolong!” “Tolong!” Aurora panik bukan main saat salah satu dari mereka dengan lancang menarik pelindung diri, dengan cepat Aurora menghalangi niat jahat itu. Ia pun meronta bahkan menendang pria tersebut.
“Hahahahaa.” Mereka tertawa tebahak-bahak melihat Aurora terduduk di lantai yang dingin.
“Lepas!” teriak Aurora lagi.
“Lepaskan wanita itu!” teriak seseorang dari arah belakang.
Mereka bertiga termasuk Aurora menatap ke arah sumber suara. “To-tolong,” lirih Aurora dengan sisa-sisa kesadarannya. Aurora berusaha menajamkan penglihatannya, melihat siapa pria yang telah menolongnya.
“Menggangu saja,” balas mereka bertiga.
Darka mendekat ke arah mereka dengan tatapan sangar, siapapun akan takut melihat tatapan itu. Tak menunggu lama ia langsung saja menyerang ketiga preman tersebut.
Mereka saling menyerang satu sama lain.
Beberapa menit kemudian Darka berhasil mengalahkan mereka bertiga dengan susah payah.
“Pergi!” teriak Darka cukup kesal karena lagi dan lagi ia mencium bau minuman keras. Darka sangat benci bau itu.
Darka beralih ke perempuan yang sedang duduk bawah sana. Dengan penampilan yang bisa membuat semua orang salah faham, baju acak-acakkan, bahkan sedikit tersingkap menampilkan pemandangan indah yang cukup menghancurkan pertahanan lawan jenis. Ditambah lagi perempuan itu juga memakai baju yang bisa dikatakan tak layak untuk seorang perempuan muda yang suka bermain ketika malam hari. Ini bahaya terlampau bahaya untuk gadis muda seperti Aurora.
“Hei bangun!” Darka menendang pelan kaki perempuan itu.
Perempuan itu hanya diam tak bergerak sedikitpun. Darka tau perempuan di hadapannya mendengar suaranya.
Darka terus saja mencoba berbicara dengan perempuan itu, lagi dan lagi tak ada jawaban. Ia berpikir lagi tak mungkin meninggalkan perempuan itu di sini.
“Ka—Aurora?” Betapa terkejutnya Darka saat melihat wajah dari sang perempuan yang baru saja ia tolong. Dia adalah Aurora mahasiswa abadi di kampus tempat ia mengajar. Darka cukup mengenal Aurora, sebagai mahasiswa bermasalah dan pembuat onar di kampus.
“Pak Darka?” lirih Aurora, samar-samar ia melihat bayangan Darka ada di depannya. Aurora tak bisa berpikir jernih hari ini, ia hanya ingin pergi dari tempat itu dengan selamat.