02

1013 Kata
Mata tajam itu jatuh pada bibir Karin yang sedikit terbuka, membuatnya tergoda. Dengan cepat, Rico melumat bibir Karin hingga sang empunya terbangun. Sadar jika Karin bangun, Rico langsung menindih Karin dan mengunci kedua tangan itu ke samping sembari terus melumat bibir manis itu. Rico terus menggigit bibir Karin atas dan bawah. Ia memiringkan kepalanya, memperdalam lumayan itu. Lidah Rico terus bermain di setiap rongga mulut Karin, membuat perempuan itu terbuai. Rico melingkarkan tangan Karin ke lehernya, dan ia beralih merengkuh pinggang Karin. Ia menarik tubuh Karin, agar semakin rapat hingga Karin bisa merasakan milik Rico menonjol di bawah sana. Karin mencengkeram rambut Rico, memintanya menghentikan ciuman panas itu karena ia kehabisan napas. Rico yang mengerti pun melepaskan tautan itu namun hanya beberapa detik hingga lumayan kembali diterima Karin. “Ungghhhh..” Rico memasukan tangannya ke dalam gaun tidur Karin dan mencengkeram b****g Karin. Ciuman Rico turun ke leher Karin dan menyesapnya kuat. Ia juga menggigit arena sensitif Karin hingga membuat Karin semakin terbuai akan gairah. Rico memasukkan jarinya ke dalam celana dalam Karin dan meraba area itu. Rico hanya tersenyum menatap ekspresi Karin. “Apa yang kau inginkan?” Tanya Rico tepat di depan wajah Karin. Rico tiba-tiba memasukkan satu jarinya dan hal itu membuat Karin melengkuh. Karena masih tak mendapat jawaban, Rico menambah satu jarinya dan mengocok kewanitaan itu. Hingga membuat Karin mendesah. “Kau mau bermain, sweety?” Bisik Rico sensual, sembari menekan area sensitif Karin menggunakan kedua jarinya. Dengan cepat, Rico menarik celana dalam Karin dan melemparnya. Lelaki itu menyingkap gaun tidur Karin dan membuka lebar paha Karin hingga terlihat kewanitaan yang basah. Rico mengambil vibrator dildo yang selalu ada di nakas lalu memasukannya ke liang Karin. “Ughhhh..” “Kau mau berapa menit, sweety?” Tanya Rico sembari mengeluarkan masukkan vibrator itu hingga membuat Karin kembali melengkuh. “Aku tidak menyuruhmu diam!” Rico mencengkeram rahang Karin dan mata sayu itu terbuka, menatap mata Rico yang menggelap. “Satu menit..” lirih Karin. Rico tersenyum kecut. “Sepuluh menit, sweety.” Rico mengambil sebuah borgol dan memborgol tangan Karin ke atas. Lelaki itu membelai wajah Karin dan menyingkirkan anak rambut yang menutupinya. “Kau mau mode apa, baby?” bisiknya, di telinga Karin. “Lambat.” gumam Karin karena ia tak ingin Rico memberinya mode cepat, ia tak akan tahan. Rico melumat bibir Karin cepat dan dalam. “Mode acak untuk malam ini.” ucapnya di atas bibir Karin. Karin ingin memprotes namun belum sempat kalimat terucap, bibirnya kembali di lumat oleh Rico dan saat bersamaan, ia merasakan vibrator di bawah sana mulai mengocok. Tangan Rico menarik gaun tidur Karin yang awalnya di perut menjadi berkumpul di tangan yang terborgol ke atas. “aahhhh..” Karin mendesah saat vibrator itu bergerak cepat. Tubuhnya melengkung ke atas, tidak tahan akan gairah di bawah sana. Hal itu di manfaatkan Rico untuk membuka pengait bra Karin. “Kau menyukainya, sweety?” Napas Karin naik turun, dan suhu tubuhnya semakin meningkat. Tubuhnya panas dan menginginkan sentuhan, sedangkan Rico hanya diam di atasnya menikmati ekspresi tersiksa Karin. “Rico... Hhhh” lirih Karin. “Ada apa, sweety?” Tubuh Karin bergerak tak nyaman saat vibrator itu mengocoknya tak beraturan. Tubuh Karin semakin melengkung hingga menyentuh d**a Rico. Rico menahan pinggang Karin, saat perempuan itu ingin meraih rambut Rico dengan kedua tangannya yang terborgol, tangan Rico satunya langsung menahan tangan Karin agar tetap di tempat. Hal itu membuat Karin semakin tersiksa. “Rico hhhh... Hhhh..” tangan Karin mencengkeram kuat, tak tahan akan sesuatu yang ingin meledak di bawah sana. Rico mendekatkan bibirnya dan berhenti beberapa senti dari bibir Karin. “Katakan..” gumam Rico menggoda. Karin segera meraih bibir Rico dan melumatnya, menumpahkan seluruh hasratnya di sana. Namun itu tak lama karena Rico segera melepasnya. “Ahhhh..” Karin semakin gila karena vibrator itu. Tubuh Karin telah berkeringat, dan dia butuh sentuhan. “Aku tidak tahan.. Hhhhh” lirih Karin. “hhhhhh” Karin kembali memejamkan matanya saat merasakan cairannya keluar namun alat itu masih terus mengocoknya. “Katakan, apa yang kau inginkan baby..” Napas Karin kembali tersenggal karena kocokan itu semakin cepat. “Sentuh aku! Hhhhh..” “Ini bahkan belum ada sepuluh menit sweety.” “Aku mohonnhhh..” Rico tersenyum dan langsung melumat bibir Karin. Kedua tangan Rico bergerak bebas di kedua gundukan Karin. Ia meremas keduanya sekaligus, yang membuat Karin melengkuh. Bibir Rico turun dan menggigit p****g Karin yang menegang. Tak lupa lelaki itu memberikan tanda kepemilikan di kedua gundukan cantik itu. “Kau sangat basah..” Rico menatap kewanitaan Karin yang masih dikocok oleh vibrator. Tampak cairan kental tumpah dari sana. Rico melepaskan celananya hingga membuatnya telanjang sempurna. “Saatnya mengganti.” Rico mencabut vibrator itu secara tiba-tiba dan menggantinya dengan miliknya yang sukses membuat Karin terkejut. “Aku selalu menyukai berada di dalam tubuhmu, baby..” Rico kembali melumat bibir Karin dan mereka menghabiskan malam dengan pergulatan panas. ::: Pagi telah tiba, namun Rico masih asik dengan bantal dan selimutnya. Lelaki itu meraba di sebelahnya dan tak menemukan siapapun, alhasil itu membuatnya membuka mata. Rico bangkit dari ranjangnya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Lelaki itu keluar kamar dan menemukan Karin yang sedang memasak sudah dengan seragam sekolah. Rico langsung memeluk Karin dari belakang dan sontak membuat perempuan itu terkejut. “Kiss?” “Pergilah, aku sedang memasak.” “Pakai bajumu!” teriak Karin saat menyadari Rico bertelanjang bulat. Rico mengeratkan pelukannya di perut Karin dan menghirup aroma Karin dari celuk lehernya. Tangan itu masuk ke dalam rok sekolah dan mengusap dalaman Karin. Ia tersenyum karena Karin memakainya. Rico menghisap dan menggigitnya hingga meninggalkan bekas keunguan yang terlihat jelas. “Jangan memberiku tanda di tempat yang tak bisa ditutupi!” Bukannya berhenti, Rico malah membuat tanda serupa di leher sebelahnya dan itu membuat Karin menggeram. Perempuan itu segera berbalik dan melumat bibir Rico yang langsung dibalas oleh lelaki itu. Ketika Karin akan menyudahinya, Rico malah menahan tengkuknya dan semakin melumat bibir manis itu. Setelah puas, Rico melepasnya dan tersenyum. “Kau bisa berangkat duluan.” ucapnya dan pergi meninggalkan Karin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN