03

1060 Kata
Setelah puas, Rico melepasnya dan tersenyum. “Kau bisa berangkat duluan.” ucapnya dan pergi meninggalkan Karin. Sesuai yang dikatakan Rico, setelah membuat sarapan, Karin segera menyiapkan bekal dan menutup dua bekas cupangan Rico tadi dengan plester. Karin mengambil kaca matanya dan berangkat menggunakan bus. Seperti yang kalian lihat. Mereka memang tinggal bersama, itu sudah terjadi sejak lima bulan yang lalu karena Rico memaksanya untuk tinggal bersamanya dan mengklaim bahwa Karin adalah milik Rico. Bukannya mendapat ketenangan, tinggal bersama Rico membuat semua yang ada di diri Karin berubah. Ia tak lagi menjadi perempuan polos. Seperti semalam, Karin dan Rico memang sering melakukannya bersama. Dan itu semua karena pancingan Rico. Rico sebenarnya punya dua apartemen. Satu tempatnya bersama Karin, dan satu lagi adalah apartemen yang temen-temannya tau. Sesampainya di gerbang Sekolah, Karin bertemu Tian dengan motornya. “Pagi Karin.” “Pagi juga Tian.” “Pulang sekolah ada waktu?” “Mungkin ya, mungkin juga tidak.” “Aku ingin menagih hutangmu.” “Ke toko buku?” Tian hanya mengangguk. “Baiklah, aku akan menemanimu nanti.” Saat bell istirahat, Karin dan Tian pergi ke kantin bersama. Karin memakan bekalnya sedangkan Tian membeli beberapa makanan di kantin. Keseruan mereka makan berdua terganggu saat Rico dan temannya termasuk pacarnya duduk di meja yang sama dengan mereka. “Lihat ini siapa yang sedang berduaan.” Sindir Rico yang duduk di samping Karin. Rico mengamati leher Karin yang terdapat dua plester di sisi yang berbeda. Ia tersenyum tipis melihat itu. Tangan Rico terulur menyentuh rambut Karin, membuat perempuan itu terkejut karena sentuhan Rico yang lembut. Karin menatap lelaki itu curiga. Rico menyingkap rambut Karin ke belakang dan kedua plester itu terlihat jelas. “Lihatlah siapa yang habis jual diri?” Tanyanya masih membelai rambut Karin. Mengetahui ke mana pandangan Rico, Karin langsung menangkis tangan Rico dan kembali menutupi plester itu dengan rambutnya. “Apa yang kau lakukan Rico?” Tanya Bella, pacarnya. “Aku hanya memperlihatkan tontonan yang menarik sayang..” ucapnya sembari membelai rambut Bella yang duduk di kanannya. “Tian, ayo kita pergi.” Karin dan Tian segera beranjak, namun lengan Karin di tarik oleh Rico hingga membuat Karin terduduk kembali. Rico segera meraih plester yang ada di leher Karin hingga tanda yang dibuat Rico tadi pagi terlihat. “Lihat ini, perempuan ingusan sudah berani bermain ternyata.” Ucap Rico yang membuat teman-temannya ikut tertawa. “Dengan siapa kau bermain? Tian? Atau dengan lelaki hidung belang di luar sana?” Karin ingin melawan namun tarikan tangan Tian, memaksa Karin berdiri. “Urusi saja pacarmu itu. Tak ada urusannya dia bermain dengan siapa!” Rico menyeringai saat melihat tangan Tian terus menggenggam Karin. Ia tak suka jika miliknya di sentuh oleh orang lain. Karin bisa melihat arah tatapan Rico, dan dengan segera ia melepas genggaman tangan Tian. Mata mereka tak sengaja bertemu dan Karin memiliki firasat buruk mengenai hal itu. “Memang kau pacarnya?” Tanya Rico. Tian menarik bahu Karin dalam pelukannya. “Ya! Mulai sekarang, Karin adalah pacarku!” Ucap Tian keras hingga seisi kantin mendengarnya. Rico menggeram, dan menatap tajam kedua makhluk itu. Tanpa kata, lelaki itu memilih pergi dari hadapan mereka berdua diikuti teman-temannya. Karin segera melepaskan tangan Tian yang masih berada di bahunya. Perempuan itu memberi jarak dan menatap Tian. “Maaf.” Ucap Tian, mata lelaki itu mengarah ke leher Karin. Sadar akan tatapan Tian, Karin menyentuh lehernya. “Ini.. tadi pagi ada semut yang menggigit ku ketika aku gosok ternyata malah menjadi seperti ini.” Ucapnya sambil menunduk. Tian tersenyum dan mengelus rambut Karin. “Aku tau, kau tidak akan melakukan apa yang Rico katakan.” Perkataan Tian seketika membuat Karin sedih, hatinya terasa tertusuk karena nyatanya ia selalu melakukan itu bersama Rico, bahkan tanda di lehernya pun ulah Rico. Karin berusaha tersenyum, namun detik selanjutnya ia menjerit dan langsung terduduk di lantai saat alat yang ada di bawah sana mengocok nya cepat. “Ahhhh hah hah hah” “K-kau kenapa Karin?” “Jangan mendekat!” Teriak Karin yang membuat beberapa mata tertuju kepadanya. Mata Karin tertutup dan napas itu memburu. Karin mengedarkan matanya dan melihat Rico yang berdiri jauh darinya namun Karin masih bisa melihat bahwa lelaki itu tersenyum menang di dekat pintu keluar. Karin menggigit bibirnya namun desahan itu tetap lolos dari bibirnya. “Ahhhh” “Karin?” “Ahh” Karin menunduk dan menggigit bibirnya kuat. Sialan!! Ia harus segera pergi dari Kantin. Dengan meremas roknya, ia berusaha berjalan secepat mungkin dari sana. Ia tak mempedulikan tatapan-tatapan aneh dari orang-orang. Persetanan dengan itu semua! Karin hampir terjatuh karena tak bisa menahannya dan ketika ia hampir melewati pintu keluar, tangan Karin dicekal oleh Rico. Dengan masih menunjukkan senyum menangnya, lelaki itu mengamati wajah tersiksa Karin. Karin berusaha melepaskan tangan Rico, namun gagal karena cengkraman itu begitu kuat. “Ahhhh..” kaki Karin kembali lemas dan ia terjatuh namun dengan cepat Rico menangkapnya. Napas Karin terdengar putus-putus dan ia memejamkan matanya kuat saat ia mendapat pelepasan. Perempuan itu meremas lengan Rico yang menahan tubuhnya yang lemas, memohon untuk menghentikan alat itu. “One kiss?” Bisik Rico sensual. Karin semakin mencengkeram lengan Rico. “Hentikan!” Geram Karin. Rico menarik tubuh Karin semakin rapat padanya. “Ingin ku tambah?” Karin melotot, namun detik selanjutnya ia benar-benar melayang karena alat itu semakin cepat. Karin segera meraih kepala Rico dan menciumnya. Tak ingin tinggal diam. Rico segera menahan kepala Karin dan membalas lumayan itu lebih menuntut. Karin menggigit bibir Rico saat alat itu masih saja mengocoknya. Namun seakan tak peduli, tangan Rico mulai menggerayangi tubuh Karin. Ciuman panas itu tak lepas dari tontonan, bahkan banyak dari mereka yang mengabadikan kejadian itu. Sedangkan Tian hanya diam membeku melihatnya. Rico tersenyum simpul di sela ciuman saat menatap Tian yang baru beberapa belas menit lalu mendeklarasikan bahwa Karin adalah pacarnya. Ya, sekarang semua orang tau, pacar Tian sedang berciuman panas dengan Rico. Karin menggigit lidah Rico karena lelaki itu berbohong akan menghentikannya. Dan tak lama setelahnya, bersama dengan berakhirnya ciuman itu, alat itu juga berhenti bergerak. Rico masih menahan tubuh Karin diperlukannya. Lelaki itu tersenyum dan mengusap salivanya yang ada di bibir Karin. “Good girl.” Karin segera menarik tubuhnya dari Rico. Ia melihat sekitar dan menemukan semua orang mengerubunginya. Karin langsung lari dari sana, ia tak tau apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Bagaimana bisa seorang Karin mencium Rico di sekolah?!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN