04

1015 Kata
Karin langsung lari dari sana, ia tak tau apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Bagaimana bisa seorang Karin mencium Rico di sekolah?! Dan benar saja, hari itu juga seisi sekolah gempar, bahkan guru pun juga. Video mereka berciuman tersebar dengan bebasnya. Seluruh murid menatap Karin dengan tatapan hina dan jijik. Tubuh Karin tiba-tiba tertarik ke belakang saat rambutnya ditarik seseorang. Tubuh itu di hantaman ke dinding dan dikerubungi oleh empat orang perempuan yang salah satunya adalah Bella, pacar Rico. “Hei Gudik! Beraninya ya kau mencium pacar orang!” Teriak salah satu perempuan yang suaranya melengking. “Ganjen! Kau pikir Rico akan suka sama denganmu?! Berkacalah!” Bella mengangkat tangganya hingga teman-temannya itu terdiam. Ia beralih menatap Karin tajam. “Kau.” Tunjuk Bella tepat di muka Karin. “Awas sampai aku melihatmu mendekati pacarku lagi.” Tekan Bella sembari menunjuk-nunjuk kening Karin. “Guys, kasih dia hadiah.” Ucap Bella dan pergi meninggalkan ketiga temannya. Ketiga temannya itu langsung mengacak rambut Karin hingga berantakan, ia juga menarik-narik baju Karin bahkan hingga satu kancing seragam itu putus. Salah satu dari mereka mengeluarkan lipstik miliknya dan mencengkeram rahang Karin hingga bibir Karin maju. Lipstik merah itu langsung mendarat di bibir Karin dengan tak beraturan. Tak lupa ia juga menggambar dua lingkaran di pipi Karin. “Uhh Cantiknya.” Ketika perempuan itu tertawa dan meninggalkan Karin yang kacau. Karin terduduk. Ia ingin menangis namun ia tak boleh menangis. “Kenapa kau tak melawan?” Karin mendongak dan melihat wajah Tian. Ketika melihat wajah itu, entah kenapa air mata Karin menetes dan ia menangis. Tian berjongkok dan membuka kacamata Karin. Disapunya air mata itu dengan ibu jarinya. “Jangan menangis. Aku akan melindungimu jika mereka kembali mengganggumu.” Tian tersenyum. “Sekarang bersihkan mukamu, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.” Tian dan Karin tak kembali lagi ke kelas hingga jam pelajaran habis. Ke mana mereka? “Man, mau ke club?” Tanpa pikir panjang, Rico mengiyakan ajakan itu. Hari ini ia begitu marah karena ulah Karin. Ia butuh menenangkan diri dan ingatkan Rico untuk menghabisi Karin saat pulang nanti. Saat keluar dari gedung sekolah, tak sengaja Rico berpapasan dengan Karin dan Tian. Hal itu membuat Rico tersenyum kecut karena Karin tengah tersenyum pada Tian. Karena asik bercanda dengan Tian, Karin bahkan tak sadar bahwa ia baru saja berpapasan dengan Rico. Malam mulai larut, dan Rico masih setia dengan minuman dan juga lantai dansa. Lelaki itu meneguk minumannya langsung dari botol dan meliak liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik. “Dia kenapa?” Tanya Stev, salah satu teman Rico. Brian hanya mengangkat bahu, tak tau dengan tingkah Rico malam ini. Lelaki itu hanya minum, berdansa, dan menggeram. Rico menaruh botol ke empatnya yang telah kosong di hadapan Brian. Kepalanya sudah pusing. Rico meninggalkan club tanpa kata, membuat kedua temannya menggeleng. Lelaki itu langsung menyandarkan dirinya di bangku mobilnya. Diambilnya ponsel dari saku dan menekan tombol satu hingga terhubung dengan kontak bernama sweety. Tak butuh waktu lama, panggilan itu terangkat. “Hallo?” Rico hanya terdiam. Sembari memejamkan matanya, kepalanya terlalu pusing untuk berpikir. “Hallo Rico?” Tetap tak ada jawaban. “Rico?” Ketika sambungan itu akan terputus, Rico akhirnya mengeluarkan suara. “Jemput aku, cepat.” Rico mematikan sambungan itu namun tak lama ada pesan masuk dari Karin. Sweety: Di mana? Rico menggeram dan membalas pesan itu. Re: Mobil, club biasa. 5 menit. Rico melempar ponselnya ke samping dan memejamkan matanya. Ia tak kuat untuk mengemudi kepalanya terlalu berat. Tak butuh waktu lama Karin tiba dengan terburu-buru. Perempuan itu mengetuk kaca mobil Rico dan membuat pemilik mobil membuka mata. Lelaki itu membuka pintu dan memberikan kunci mobil pada Karin. Ia lalu berpindah duduk di bangku sebelahnya. “Kenapa masih berdiri?!” Bentak Rico dari dalam mobil membuat Karin terkejut. Karin segera masuk dan mengemudikan mobil itu dengan perlahan “Tepikan mobilnya!” Teriak Rico karena tak tahan Karin yang mengemudi begitu pelan. Dengan patuh perempuan itu langsung menepikan mobilnya. “Buka baju.” “AKU BILANG BUKA BAJU!” Teriak Rico karena Karin tak cepat menuruti perintahnya. Karin langsung membuka bajunya, memperlihatkan bra dan celana dalamnya. “Semua.” Karin segera menuruti perintah Rico dan saat ini ia sudah bertelanjang bulat. Rico menurunkan celananya hingga menunjukkan miliknya. “Kemari.” Karin segera duduk di pangkuan Rico dan menatap wajah lelaki itu. “Kenapa kau mabuk?” Rico menatap Karin tajam. “Aku tak mengizinkanmu berbicara.” Rico menekan tubuh Karin hingga miliknya masuk ke dalam tubuh Karin yang membuat perempuan itu mengernyit sakit karena dirinya masih kering. Rico hanya terdiam di dalam tubuh Karin. Hingga Karin merasakan sesuatu yang dingin memaksa masuk ke lubang belakangnya. Itu adalah fox tail anal berwarna cokelat. Karin mencengkeram bahu Rico dan di bawah sana, miliknya semakin mencengkeram milik Rico karena lelaki itu tak kunjung bergerak. “Malam ini, jadilah rubah yang jinak.” Gumamnya dan mendorong p****t Karin ke arahnya hingga penyatuan itu semakin dalam. “Ahhhh..” Rico melumat bibir Karin ganas dan tanpa ampun. Sisa-sisa alkohol yang ada di mulutnya, berpindah ke mulut Karin. Tangan Rico menurunkan kursi mobil hingga ia terlentang dan tubuh Karin di atasnya. Rico masih tetap tak kunjung bergerak ia hanya meraba-raba sensual tubuh belakang Karin dan terus saja menyesap bibir manis itu. Karena nyeri, Karin pun bergerak mundur namun tangan Rico menahannya dan kembali mendorongnya masuk ke dalam. Karin menggerakkan pelan pinggulnya, ia benar-benar tak nyaman jika milik Rico hanya diam lama di dalam, itu membuatnya tersiksa. Rico melepas lumatannya. “Siapa yang menyuruhku bergerak?” Tanya Rico tajam. “Kau menyiksaku Rico.” “Itu memang tujuanku, dan kau akan merasakannya lebih.” Karin menahan napasnya saat Rico mengeluarkan anal yang ada di lubang belakang dan memasukkannya lagi. Setelah itu, ia mengeluarkannya dan menggantinya menjadi vibrator dildo. Tanpa permisi ia memasukkan vibrator itu dan menekan tombol maksimal. “Ahhhh Ricooohh” Karin menjerit karena alat itu langsung mengocok bagian belakangnya cepat. Rico merasakan miliknya semakin tersedot ke dalam tubuh Karin. Tangan Karin segera meraih Vibrator itu dan menghentikannya namun Rico langsung menampiknya dan kembali menyalakannya maksimal. “Kubilang jadilah rubah jinak.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN