Prolog

179 Kata
Rumah itu besar dan gelap dengan pilar berwarna hitam. Dindingnya berwarna abu-abu muda. Pintunya pun berwarna abu-abu tua khas seorang pria berwatak keras, dingin dan pendiam. Cahaya di rumah itu hanya lampu kecil oranye yang tertempel di dinding. Rahma, seorang gadis 19 tahun, meraba dinding sambil berjalan pelan karena tidak bisa melihat apa-apa di bawah cahaya yang minim. Dia sampai di sebuah ruangan besar dengan sebuah ranjang luas dan empuk. Tanpa pikir panjang, Rahma menaiki ranjang itu dan tidur. Seseorang tampak masuk ke kamar yang ditempati Rahma tanpa menyalakan lampunya. Namun, Rahma tidak berani bergerak untuk sekadar melihatnya. Tak lama pintu kamar mandi terbuka, lalu tertutup kembali. Rahma mencoba memberanikan dirinya untuk bangun dan melihat siapa yang membuka dan menutup pintu, Rahma melihat pakaian pria berserakan di depan pintu kamar mandi. Pria? Rahma menutup mulutnya. Dengan cepat, ia berbaring kembali sambil berpikir. “Kamu sudah pulang rupanya. Kupikir masih bersama teman-temanmu, istriku.“ kata lelaki itu. Ia sepertinya habis mandi karena Rahma dapat mencium aroma sabun dan sampo yang harum. Perlahan, lelaki itu naik ke ranjang dan memegang lengannya. Namun, Rahma tidak dapat melawannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN