SAUDADE #Chapter 2

899 Kata
Aria masih setia berada di dalam kamarnya, setelah memilih beberapa pakaian yang menurutnya masih layak pakai. Dia kini sedang menunggu agar ibu dan saudara tirinya itu keluar rumah. Dia tidak ingin kena amukan dua orang itu jika tahu dia akan pergi selama 2 hari. Sebelumnya Aria hanya bilang jika dia akan bekerja lembur. Aria melirik kearah jendela, disana Elenor dan Anggi nampak sudah keluar dari rumah, dengan cepat Aria menghubungi Angeline untuk memberi kabar. Dia membawa kopernya dengan pelahan keluar dari rumah. Dia sedikit berjalan menjauh dari pekarangan rumahnya, dan menemukan mobil Angeline yang terparkir di pinggir jalan besar. Tanpa menunggu aba-aba Aria langsung memasukan kopernya kedalam bagasi dan duduk di kursi penumpang. Angeline melirik kearah Aria yang terlihat terengah-engah. Dia tersenyum geli, "Rileks.. Girl, kita ingin bersenang-senang." Aria mengatur nafasnya, staminanya memang sangat buruk. Aria membalas senyuman sahabatnya, "I am ready to witness heaven" Angeline tertawa mendapat respon dari Aria yang diluar perkiraannya. "good, that's what I want to hear" dengan kecepatan kilat Angeline membawa mobil sportnya melaju menuju bandara. *** Setelah mendarat di California, mereka segera check in ke hotel 'Mandarin oriental,Miami' hotel bintang 5 yang juga ditinggali oleh beberapa tamu undangan pesta lainnya. Karena hotel tersebut cukup bagus dengan harga yang tidak menguras dompet. Kurang lebih satu kamar hotel itu dibandrol dengan harga 3,7 juta permalam. Aria membiarkan tubuhnya terhempas di kasur super empuk. Tubuhnya sangat pegal-pegal. Padahal sedari tadi dia hanya duduk. "jetlag, huh? " Aria tidak menghiraukan perkataan Angeline, matanya masih tertutup rapat. Angeline mulai mengemas barang-barangnya, barang bawaannya cukup sedikit. Hanya beberapa setel pakaian dan perawatan wajah yang ia biarkan di dalam tas make up nya. Karena sudah selesai mengemas barangnya sendiri, Angeline berinisiatif untuk mengemas barang sahabatnya itu, merasa kasihan jika membangunkan gadis yang baru pertama kali naik pesawat dan terlihat lelah. Dia mulai membawa koper milik Aria kedalam kamarnya, dan mulai mengemas. "what the hell?! " Angeline membolak-balik baju putih itu, sambil berdecak kesal, bisa-bisanya Aria membawa baju seperti ini untuk datang ke California dan pergi ke pesta. Tangan Angeline masih sibuk mencari sebuah Gaun. Tidak mungkin bukan seorang gadis tidak membawa gaun untuk menghadiri pesta. Setelah beberapa menit, akhirnya Angeline menyerah, dia tidak menemukan satupun gaun, serta baju yang menurutnya layak pakai. Semua terlihat lusuh dan usang. Angeline melirik kearah sahabatnya yang sedang tertidur dengan Tatapan miris. Apa gadis itu ingin berpakaian seperti yang gadis itu biasa kenakan di Boston? Tidak! Angeline tidak akan membiarkannya. Angeline dengan kesal menggunting semua baju yang Aria bawa, apa Aria tidak mengerti jika dia membawa gadis itu kesini berniat untuk mengubah nasib Aria sendiri. Setelah selesai membersihkan sisa sampah kain yang berada di kamar hotelnya, Angeline ikut beristirahat bersama Aria. Dia juga merasa lelah setelah menggunting pakaian. "Pekerjaan yang berat" gumamnya sebelum tertidur. *** Aria terbangun dari tidurnya, hari sudah menjelang siang. Kini dia beranjak dan berniat membenahi pakaiannya yang lupa ia kemas. Dia membuka kopernya, keningnya mengernyit saat tidak mendapati pakaian yang sebelumnya ia bawa. "Angeline, apa kau melihat pakaianku?" Terdengar suara dari kamar mandi menyahut, "Memangnya kau membawa pakaian?" Kepala Aria sedikit menoleh kearah kamar mandi sedangkan tangannya masih memegang sisi koper yang terlihat kosong, "Ya, aku membawa beberapa potong pakaian." "Oh ya? Kau taruh dimana?" "Aku menaruhnya di dalam koper yang sebelumnya kubawa." "Oh. Yang itu, ku kira kau membawa kain lap, sudah ku buang." suara Angeline terdengar sangat santai. Berbeda dengan raut wajah Aria yang terkejut mendengarnya. "b***h! Kenapa kau membuang pakaianku." seru Aria nyaris berteriak. "Astaga Aria, kenapa kau terlalu mendrama hanya karena beberapa baju lusuh itu." Angeline keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai bathrobe dan sehelai handuk yang melilit diatas kepalanya. Aria menahan rasa kesalnya agar tidak menjambak rambut sahabatnya saat ini juga. Hingga dia memilih untuk keluar dari hotel, mencari udara segar mungkin akan sedikit membantu. Angeline hanya melongo menyaksikan reaksi Aria yang menurutnya berlebihan hanya karena baju usang yang ia buang beberapa jam yang lalu. Kali ini gadis itu penuh kejutan. *** Dan disinilah dengan bodohnya Aria berjalan tanpa tujuan di kota yang ramai. Bahkan Aria sampai lupa jalan pulang karena sibuk berjalan sambil menggerutu tidak jelas, dia kesal dengan Angeline yang membuang pakaiannya, padahal semua pakaian itu milik ibunya. Ya memang Aria akui baju itu sudah usang dan sedikit lusuh, tapi Aria menyukainya, jika dia disuruh memilih diantara pakaian termahal pun dia akan tetap memilih pakaian ibunya yang sudah usang itu. Karena saat memakainya Aria merasa kehangatan ibunya yang sangat nyaman. Aria mengumpat saat menyadari jika dia tidak membawa uang sepersen pun. Sekarang tamatlah sudah riwayatnya. Aria dengan pasrah duduk didepan sebuah rumah yang berada dipinggir jalan besar, banyak orang yang berlalu lalang menatap Aria dengan tatapan aneh. Untung saja dia meminjam sweater Angeline sebelum keluar, jika tidak dia pasti akan kedinginan melihat hari sudah mulai malam. Ponselnya kehabisan daya dan sepertinya tidak ada yang peduli dengan dirinya yang terlihat sedang kebingungan. Orang-orang hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aria menoleh kesana kemari tak tahu arah, jika saja Angeline tidak membuatnya kesal, oh tidak. Jika saja dia tidak bersikap kekanakan dan marah pada Angeline mungkin dia sekarang sedang bersiap makan malam di hotel. "bodoh! Bodoh! Bodoh!" kata Aria sambil memukul-mukul kepalanya dengan tangan nya sendiri. Pukulan tangan Aria terhenti saat mendengar beberapa suara yang terdengar berbahaya mendekat kearahnya. Yaitu suara beberapa pemuda liar, "Wow... Lihat apa yang kita temukan disini" ujar salah satu pria dengan seringainya. Tubuh Aria terpaku ditempat. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN