"Wow... Lihat apa yang kita temukan disini" ujar salah satu pria dengan seringaiannya.
Tubuh Aria terpaku ditempat.
Beberapa pria itu berjalan semakin mendekat pada Aria, salah seorang dari mereka yang berambut pirang dengan berani menyentuh bahu Aria. Aria sedikit tersentak.
"Hey preaty, wanna play?"
Aria menatap nyalang pria berambut pirang itu, entah keberanian dari mana, tangan Aria menghempaskan tangan pria itu dari bahunya.
"Get away from me Bastard!" desisnya tajam.
"Wow.. Easy girl, we just want to play a little, no need to pretend"
"Kiss my ass!" aria meludah tepat di kaki pria itu, tanpa menunggu respon dari sang empu. Aria sudah lari terbirit-b***t selanjutnya tentu saja mereka mengejar Aria.
Aria berlari sekencang mungkin, tapi karena staminanya yang memang lemah, baru saja sebentar kaki Aria sudah terasa lemas, tatapan Aria terkunci pada sebuah motor yang sedang terparkir di pinggiran bersama sang empunya yang baru saja menyalakan motor itu.
Tanpa aba-aba Aria langsung menaiki motor sport itu. Pria pemilik motor itu sejenak menoleh kearah Aria yang seenaknya naik keatas motor miliknya.
"i am in some deep s**t, take me away from here!" Aria berucap sambil memohon pada sang empu.
Pria itu menoleh kebelakang sekilas, melihat pemandangan kurang mengenakan dari beberapa orang pria brutal sedang berlari dan mengumpat kearah gadis yang duduk di belakangnya.
Pria itu kembali memfokuskan matanya kedepan dan mulai mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Aria secara refleks memeluk pinggang pria tersebut sambil menempelkan kepalanya di bahu si pria.
Aria sontak kembali menoleh kebelakang saat mendengar suara klakson beberapa kendaraan. Mata Aria membulat begitu menyadari siapa pengendaranya.
Itu mereka! Batinnya terkejut dan sedikit ngeri. "mereka mengejar!" teriak Aria pada Pria di depannya.
Pria itu sekilas melirik spion, kembali melajukan motornya dengan lihai, menyelusup di tengah kepadatan pusat kota. Hari sudah malam, dan mereka masih melakukan aksi kejar-kejaran seperti ini.
Kesialan yang tersial bagi Aria. Aria semakin mengeratkan pelukannya di pinggang si pria takut terhempas karena kecepatan motor yang diatas normal.
Aria memejamkan matanya selama perjalanan. Ia takut. Ini pertama kalinya ia terlibat dengan hal seperti ini, apalagi di kota asing.
Tak lama laju motor yang ia naiki berangsur-angsur melambat. Hingga terhenti di sebuah Pinggiran kota yang lumayan sepi.
"Ada apa?" tanya Aria. Dia mulai melepaskan pegangannya pada pinggang si pria.
Pria itu turun dari motornya dan duduk di salah satu besi yang berada di dekat sana, pria itu menatap Aria penuh arti.
"Kau marah padaku karena seenaknya naik ke motormu? Oke, aku minta maaf! Tapi tadi itu genting." Aria membela dirinya sendiri. Dia ikut berdiri dari motor
"Aku akan pergi saja kalau begitu!" dengus nya sambil berjalan entah kemana. Pria itu masih menatap punggung Aria yang perlahan menjauh.
Namun tanpa di duga Aria, tiba-tiba pria itu berjalan disampingnya. Tangannya dia masukan kedalam saku celananya, "kenapa kau ikut jalan? Bagaimana dengan motormu?"
Pria itu terlihat tidak peduli dengan motornya dan terus memandang ke depan. "Bensinnya habis, motor itu baru ku beli tadi siang. Stok bahan bakarnya memang terbatas. Dan aku lupa mengisinya" jelas pria itu.
Aria tergelak mendengar penjelasan dari pria asing yang baru ia temui itu, "Jadi..? "
"kau ingin ikut denganku naik kendaraan umum?" lanjut Aria masih tidak percaya.
Terdengar dengusan kesal dari pria itu, "Oh.. Ayolah, aku minta maaf! Lalu motormu?"
"Aku tidak peduli dengan motor bodoh itu, aku akan membelinya lagi besok" jawab pria itu dengan santai, berbeda dengan ekspresi Aria yang terkejut.
"Apa membeli motor bagimu murah? Kau ini bodoh atau bagaimana? Ayo kita bawa motormu sebelum ada yang mengambilnya!" Aria berlari kembali ketempat dimana motor pria itu terparkir. Pria itu menoleh kebelakang penasaran dengan apa yang akan gadis itu lakukan.
Mata pria itu menatap tak percaya saat melihat gadis itu berusaha membawa motornya dengan cara mendorong.
Tanpa ia sadari bibirnya sedikit terangkat menunjukan senyuman samar. Pria itu berlari kearah Aria dan membantu gadis itu membawa motornya.
"sudah kubilang bukan? Kita hanya perlu membiarkannya disini, motor ini sangat berat. Kita hanya akan menghabiskan tenaga jika membawanya seperti ini." Jelas pria itu sambil memegang stang motor untuk menjaga keseimbangan motor dan mengarahkannya.
Aria tidak memperdulikan ucapan pria itu, dia masih sibuk mendorong motor. Matanya menjelajah mencari penjual bahan bakar terdekat.
Setelah setengah jam mendorong motor yang ukurannya besar itu, akhirnya Aria kehabisan tenaga. "Berhenti! Berhenti dulu, aku haus dan lelah."
Pria itu mendesah frustasi, dia melirik kearah jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 9 malam.
Tapi saat mata pria itu mencari keberadaan mini market terdekat, dia malah mendapati pom bensin kecil yang terampit beberapa gedung.
Pria itu menepuk bahu Aria sambil menunjuk kearah pom bensin, entah mengapa rasanya seperti telah memenangkan lotre sebesar 1 juta dollar. Aria terpekik senang setelah melihat ketempat yang ditunjuk pria itu.
Tanpa sadar mereka berpelukan sebentar, lalu dengan kompak mendorong motor itu dengan tenaga penuh, entah kemana rasa lelah mereka setelah melihat pom bensin yang tak jauh lagi. Rasanya semua rasa lelah meluap begitu saja.
***
"Dimana tempat tinggal mu? Akan ku antar" tanya pria itu, sambil melajukan motornya melewati keramaian kota yang tak pernah sepi.
Aria yang sedang memeluk pinggang pria itu dengan erat pun sedikit mendongak, "Aku tidak tahu di daerah mana, tapi aku tahu nama tempatnya. Hotel Mandarin oriental."
Pria itu sedikit mengangguk dan kembali fokus melajukan motornya.
"ngomong-ngomong siapa namamu?"
Kening pria itu berkerut, "kau tidak mengenalku?" tanyanya yang membuat Aria bingung.
"memangnya aku harus mengenalmu ya?" pria itu tergelak mendengar pertanyaan Aria yang cukup melukai harga dirinya.
"tidak juga, anehnya hanya kau satu-satunya wanita yang bertanya tentang namaku selama ini." bibir Aria membulat membetuk huruf 'O'
"Memangnya kau terkenal?" pria itu menjawab dengan gidikan bahunya.
"Kau tidak tinggal di miami? Kau tinggal dimana?"
Aria kembali menenggelamkan wajahnya di pundak pria itu, dia menjadi murung jika ditanya soal rumahnya. Karena selalu teringat dengan sepasang ibu dan anak yang selalu menyiksanya.
"Boston." jawabnya
"Aneh.. Ku kira kau tinggal di planet mars." canda pria itu.
Aria mendengus kesal, dia memukul pundak si pria hingga membuat sang empu meringis. "itu tidak lucu"
pria itu tergelak setelahnya, "Baiklah gadis menyebalkan, namaku E-Louis Logan. Panggil saja aku sesukamu, sayang mungkin?"
Aria kembali meluncurkan pukulannya, "Lagi-lagi berkata yang tidak-tidak!"
Pria bernama Louis itu kembali meringis, dia mendengus kesal, "Aish.. Dasar barbar!" gumamnya pelan.
TBC