Bab 3

1002 Kata
"Savanna apa kau..." "Savanna?" bisikkan Anna keluar begitu saja. Anna heran dengan nama Savanna yang seakan di tujukan kepadanya. Namanya memang anna tapi bukan savanna melainkan thyanna. "Astaga apa kau bahkan melupakan nama mu?" Pekik gadis muda yang terlihat lebih tua beberapa tahun dari Anna. Anna terdiam seolah menunggu penjelasan yang dapat membuatnya mengerti. "Namamu Savanna. Savanna Ayrachelia . Kau adalah putri kami satu-satunya. Aku Mommy dan ini adalah Daddy mu." Ucap wanita paruh baya berbaju hijau. Anna terdiam mengamati wajah paman dan bibi itu. Mereka bilang namanya Savanna Ayrachelia. Sejak kapan namanya berubah? Jelas - jelas nama gadis itu adalah Thyanna Azhura sejak Anna lahir sampai saat ini. Dan tak pernah berubah. Jadi, mengapa mereka berkata namanya adalah Savanna? Dan mereka berkata bahwa mereka adalah Daddy dan Mommy nya. Sejak kapan ayah dan ibu Anna berubah menjadi mereka berdua? Bagaimana ini bisa terjadi? Ibu Annna meninggal lima tahun yang lalu dan ayahnya meninggal minggu yang lalu. Lalu mengapa sekarang ada dua orang yang tiba - tiba memgaku sebagai ayah dan ibu Anna? Ini sangat aneh. Teramat aneh sehingga Anna kesulitan untuk mengerti. "Daddy? Mommy?" Ucap Anna dengan raut yang kebingungan. Bagaimana bisa mereka mengatakan bahwa mereka adalah orangtuanya? "Ya, kami orang tuamu." jawabnya yakin. Lalu jika mereka kedua orang tua Anna, siapa pasangan paruh baya lain yang berdiri di sisi kiri ranjangnya? Anna menatap paman dan bibi lain itu dengan tatapan bertanya. "Mereka adalah tuan dan nyonya Leinghton. Calon mertuamu." jelas pria yang mengaku sebagai ayah Anna.. "Mer... mertua?" Mata Anna melotot besar tak percaya. Hal gila apa lagi ini? Belum cukup mengejutkannya dengan pasangan yang mengaku sebagai ayah dan ibunya. Kini ada pasangan paruh baya yang menjadi calon mertua anna. "Iya, sayang. Kau sudah bertunangan dengan Alexsis." Ucap wanita yang mengaku sebagai ibu Anna dengan lembut. "Apa? Bertunangan?" Tanya Anna kaget dan tak percaya. Wanita paruh baya itu hanya mengangguk dan menoleh untuk melihat ke arah pria muda di samping suaminya. Mungkinkah? Tidak mungkin?  Pria itu tunangan Anna. Pria tampan dan mempesona ini tunangannya? Bagaimana bisa pria setampan ini menjadi tunangannya? Anna tak percaya ini. Tapi melihat mata wanita paruh baya itu, tak ada kebohongan sedikitpun di sana. Ini sangat membingungkan hingga rasanya kepala Anna pusing sekali. Anna memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. "Sayang, kau tak apa?" tanya wanita itu khawatir. "Kepalaku pusing. Ini semua memusingkan, bisakah aku beristirahat sebentar." Ucap Anna dengan memejamkan mata. "Ya sayang. Tidurlah lagi. Kami akan meninggalkanmu agar kau bisa beristirahat." Wanita itu mengusap rambut Anna setelah mengatakan itu. "Alex, tolong jaga Anna." "Iya Tante."  Beberapa orang pergi meninggalkan Anna di ruangan ini sendiri bersama seorang pria tampan yang dikatakan adalah tunangannya. Anna menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Keadaan ini masih membingungkannya. Anna masih tak mengerti apa yang sedang terjadi? Anna butuh penjelasan. Mungkinkah Anna masuk ke dalam sebuah acara reality show. Dan menjadi pemeran wanita utama. Itu mungkin saja terjadi. Dia melihat ke sekitar ruang rawat yang super luas dan mewah. Namun Anna tak melihat satupun kamara yang tersembunyi. Tolong, keluar dan kejutkan Anna dengan mengatakan 'Selamat anda terkena Super Trap'. Tapi harapan itu hanyalah sia - sia. Dan tak ada tanda - tanda kru tv ataupun camera di ruangan ini. Anna menolehkan kepala melihat pria tampan yang duduk di sisi kanan ranjang. Anna harus bertanya padanya. Dan dia harap pria itu bisa menjelaskan segalanya hingga Anna mengerti. "Bisakah kau menjelaskan mengapa aku bisa berada disini? Apa yang terjadi kepadaku?" Tanya Anna penasaran. "Kau mengalami kecelakaan. Ketika kau pergi dari apartemenku." jelasnya singkat. Kalau tidak salah wanita paruh baya tadi memanggilnya Alex. "Apa?" Tanya Anna bingung. "Kau tak mengingatnya? Seperti nya kau memang amnesia." ucap Alex yakin setelah menatap penuh selidik ke arah mata Anna. Anna mengalami kecelakaan ketika pergi dari apartemennya? Tidak, bukan seperti. gadis itu memang mengalami kecelakaan. Tapi seingatnya, Anna di kejar anak buah tuan Bram. Anna mengendarai motor dengan cepat hingga akhirnya menabrak sebuah mobil. Lalu jatuh ke dalam jurang dan masuk ke dalam sungai. Dan Anna.. Ah gadis itu. Anna teringat dengan gadis yang terluka dalam mobil itu. "Bagaimana keadaan gadis itu?" Tanya Anna cepat sambil memegang lengannya erat. Pria itu mengerutkan keningnya tak suka saat menatap tangan Anna yang mencengkram lengannya. Anna melepaskan tangannya dengan sedikit malu. gadis itu terlalu cemas hingga bereaksi berlebihan seperti itu. Tapi bukankah mereka mengatakan pria ini adalah tunangannya, lalu mengapa raut wajahnya tak senang hanya karena Anna menyentuh lengannya. "Apa? Gadis?" Mata pria itu memandang Anna tajam dan penuh curiga. Ada apa dengan tatapannya? Ada yang salah dengan pertanyaan Anna? "Iya, Gadis yang mengalami kecelakaan yang sama denganku." jelas Anna lebih lanjut agar dia mengerti. "Ah gadis yang sudah menabrak mobilmu. Gadis itu telah meninggal." Jawab alex dengan nada datar. Namun hal itu sungguh mengejutkan Anna "Apa?" Anna tak bisa menahan nada suaranya. gadis itu terpekik kencang mendengar berita itu. Anna tak percaya ini. Tangannya membekap mulut. gadis itu tak percaya bahwa aksi ngebutnya malah membuat seseorang meninggal. Anna ingat saat itu. Diambang batas kesadaran, dia melihat gadis cantik itu. Ya tuhan, Anna sudah membuat seseorang meninggal. "Mengapa kau menangis?" Anna menoleh ke pria itu. Pertanyaan retorik macam apa itu. Tentu saja Anna menangis, gadis itu meninggal karena kesalahannya.  Bukannya berhenti menangis tapi air mata Anna malah semakin banyak keluar. Anna sudah membuat seseorang meninggal, dan kini Anna berada disituasi yang sangat membingungkan. Ya tuhan, sebenarnya apa yang terjadi kepadanya? "Sudahlah Anna. Berhenti menangis." Ucap Alex dengan nada memerintah yang tak Anna perdulikan. "Ga... Gadis itu meninggal karena aku. Jika saja saat itu aku tidak mengebut. Jika saja aku bisa mengendalikan kendaraanku. Jik..jika.. hikss...hiks.. jika saja aku bisa menyelamatkannya. Hikss...." Anna menangis semakin kencang. Menangis karena rasa bersalahnya dengan gadis cantik tak berdosa itu. Menangis karena Anna tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Menangis karena terluka, sedih dan frustasi. *** Satu jam Anna menangis tanpa henti hingga akhirnya berhenti dan melamun. Karena bagaimanapun juga Anna tak akan bisa memutar kembali waktu. Anna tak akan bisa mencegah semua yang terjadi. Dan tangisan tak akan membuat gadis malang itu kembali hidup.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN