Bab 2

1023 Kata
"Anna, akhirnya kau sadar nak," ucap seorang wanita paruh baya yang llangsung membuat anna sadar kembali. Anna menoleh ke sekitar menatap orang - orang asing yang mengelilingi ranjangnya. Sedetik kemudian wanita itu memeluk Anna erat dan nada bicaranya terlihat sangat khawatir dengan keadaan Anna. Siapa wanita ini? Anna hanya diam membisu dengan aksinya yang memeluk dengan erat. Dia tak mengenal wanita paruh baya ini. "Anna, ada apa sayang? Mengapa kau hanya diam?" Ucap seorang pria tua di samping wanita ini melihat tatapan kebingungan dari sorot mata Anna. Pria paruh baya itu merasa ada yang aneh dengan anna. Wanita paruh baya ini melepas pelukannya, pipinya sudah dibanjiri oleh air mata tapi masih menatap anna prihatin dan sayang. Siapa mereka ini? Alis Anna mengerut bingung dengan keadaan ini. Anna memutar kepalanya melihat orang-orang yang mengerumuni ranjangnya. Tak ada Bram si rentenir tua yang ingin menikahi nya, melainkan orang - orang asing yang tak pernah dia lihat. Di sisi kanan ranjang, ada wanita paruh baya yang tadi memeluk Anna sambil menangis dan seorang pria tua di sampingnya. Lalu pria muda nan tampan yang tadi tidur di sofa. Dan di sisi kiri ranjang, ada seorang wanita paruh baya lagi yang jauh lebih muda dan pria tua yang cukup tampan, dan seorang gadis cantik berdiri di samping pria itu. Siapa sebenarnya mereka? Tak ada satu pun dari mereka yang Anna kenal. Wajah mereka sangat asing baginya, ini pertama kalinya Anna melihat mereka. Anna tak akan pernah lupa jika pernah melihat mereka. Sosok mereka terlihat berkelas dan rupawan. Tapi ini sungguh pertama kalinya anna melihat mereka. "Anna sayang, ada apa? Mengapa kau hanya diam?" Tanya bibi yang menangis itu dengan tatapan cemas. Anna menatap ke arahnya. gadis itu ingin berbicara tapi tenggorokkannya terlalu kering. Melihat Anna yang membuka mulut tapi tak bersuara membuat pria muda itu mengambil segelas air di atas meja. Wanita paruh baya itu mengerti, dia mengambil alih gelas dan membantu anna untuk minum dengan sedotan. Anna minum dengan rakus hingga tersisa sedikit sebelum berhenti. Akhirnya tenggorokannya sudah tak kering lagi. Tapi mata semua orang masih menatap ke arah gadis itu, menanti Anna berbicara. "Siapa?" Suara Anna terdengar serak dan kecil. Hanya itu yang bisa Anna ucapkan. Keningnya mengerut dalam mencoba mengenali bibi itu namun hasilnya tetap nihil. Anna tak tau. Pertanyaan Anna membuat semua orang terkejut. Terutama wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan atasan hijaunya. "Apa maksudmu, Anna? Kau tidak mengenaliku." Tanya wanita itu cepat dengan menatap Anna lekat. Mata mereka terkunci dan dia mencari kebohongan di sorot mata Anna. Tapi Anna sama sekali tak berbohong, dia tak mengenal mereka semua. Menyadari kebingungan dan kejujuran yang terpancar dari mata Anna membuat wanita paruh baya itu menangis kembali. Membuat Anna mengerutkan kening tak mengerti. "Aku Mommy kandungmu, Anna." Ucap wanita paruh baya itu di sela isak tangis. "Mommy?," ucap anna dengan kening semakin mengerut. Anna tak memiliki ibu secantik bibi ini, dan ibunya sudah meninggal lima tahun yang lalu karena penyakit kanker rahim yang dia derita. "Iya, sayang. Kau tidak mengenali Mommy?" Tanya wanita itu sambil memegang tangan Anna erat dan mendekatkan wajahnya ke arah wanita muda itu. Berharap dengan itu Anna bisa memgingat dirinya. Tapi semuanya percuma, karena gadis itu sama sekali tak mengenalnya bahkan ini pertama kalinya Anna melihat mereka semua. Anna hanya menggeleng pelan dan mata wanita paruh baya itu membulat besar tak percaya lalu menangis dengan sedih dan terluka. Yang membuat anna merasa tak nyaman. Tapi dia tak bisa berbohong dengan mengatakan mengenalnya bukan. "Apa kau juga tak mengingat ayah?" ucap pria paruh baya yang berdiri di sebelah bibi itu dan mencoba menenangkan istrinya. Anna hanya menggeleng lagi. Mereka semua terkejut dan saling pandang satu sama lain. "Sayang, cepat panggil dokter. Aku khawatir dengan keadaan ini," ucap bibi itu panik mendorong suaminya untuk segera memanggil dokter. Tak beberapa lama dokter dan beberapa suster datang memeriksa keadaanku. Dan beberapa menit setelah semua proses pemeriksaan. Dokter menghela napas panjang dan menatapku dengan prihatin. Ada apa? Apa kondisi anna parah? "Bagaimana keadaan putri saya dokter? Mengapa dia tidak mengenali saya dan yang lain?" tanya wanita yang tadi menangis, melihat dokter yang sudah selesai memeriksa keadaan anna. "Saya rasa nona Anna mengalami amnesia. Tapi tuan dan nyonya tenang saja tak ada hal buruk yang harus dipikirkan. Keadaan nona Anna dalam keadaan stabil dan tak ada gegar otak sedikit pun. Hanya luka ringan yang akan sembuh dalam beberapa minggu. Dan mengenai amnesia nya, saya rasa nona Anna akan kembali mendapatkan ingatannya." Ucap dokter itu menjelaskan kondisi anna. Kening Anna mengernyit dalam. Anna amnesia? Dia bertanya pada dirinya sendiri. Bagian mana dari ingatan Anna yang hilang. Dia sama sekali tak mengerti. Dokter itu bilang Anna amnesia dan tak mengingat orang-orang yang ada di sekitarnya saat ini. Tapi Anna yakin tak ada sedikit pun memorinya yang hilang. Anna bahkan masih mengingat dengan jelas kejadian sebelum kecelakaan maut itu terjadi. Jadi, mengapa mereka bilang Anna amnesia? Anna kembali menatap heran dan bingung dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Mencoba mencari tahu siapa mereka. Tapi Anna sama sekali tak mengenal satu orang pun dari mereka. Lalu siapa mereka sebenarnya? Mengapa mereka mengerubungiku? Anna tak mengenal mereka. Sebenarnya apa yang terjadi? Yang Anna ingat, terakhir kali adalah gadis itu mengendarai motor menghindari kejaran anak buah tuan Bram. Hingga kecelakaan maut itu terjadi. "Anna," Sapa wanita paruh baya yang jauh lebih muda yag berdiri di sisi ranjang sebelah kiri. Anna terdiam. Bibi ini tau namanya, tapi Anna tak tahu siapa dia. "Anna, apa kau mengenali Tante?" Ucapnya lagi menyita perhatian anna. gadis itu menatapnya sesaat. Lalu menggeleng sebagai jawabannya. Membuat raut sedih di wajah wanita paruh baya itu muncul seketika. "Apa kau tidak mengenali kami semua?" Tanya seorang pria tua yang masih terlihat gagah berdiri di samping wanita itu. Anna menatap ke semua orang yang berdiri mengelilingi ranjang. Menatap satu per satu wajah yang menunggu dengan cemas jawabannya. Melihat tatapan mereka yang berharap Anna dapat mengenalinya. Tapi Anna sama sekali tak tahu. Anna tak tau siapa mereka sebenarnya. Dan Anna hanya mengeleng lemah sebagai jawaban. Terdengar helaan nafas panjang dari mereka semua. Mereka terlihat sedih berbeda dengan pria tampan yang berdiri di sisi kanan. Dia diam saja dengan tatapan tajamnya menyelidiki Anna.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN