'Broooom.'
Anna terus mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Bahkan ketika berada di jalan yang berada di samping jurang, Anna tak mengurangi kecepatan. Anna tak perduli jika dia akan mengalami kecelakaan, lebih baik Anna mati daripada harus menikah dengan rentenir tua itu. Untungnya Anna memiliki keahlian dalam mengendarai motor dan memiliki fokus dan kejelian yang tinggi. Membuat gadis itu dengan mudah melaju diantara banyak mobil dengan kecepatan tinggi tanpa menabrak.
Cepat. Cepat pergi. Hanya itu yang Anna pikirkan. Berharap dia bisa lolos dari kejaran mereka. Tapi mereka tak pernah berhenti mengejar dan mengekori nya terus menurus. Anna menoleh ke belakang.
Salah satu mobil yang mengejar mulai mendekat dan mengikis jarak dengan motornya. Dan tanpa pikir panjang Anna menancap gas motor hingga batas maksimum walaupun di depan sana ada sebuah belokan. Dan tak ayal Anna harus menyeimbangkan motor ini, membanting stir ke kanan. Yang malah membuat Anna menabrak sebuah mobil yang melaju di sisi kanan jalan. Motor gadis itu membuat mobil itu berputar. Dengan kecepatan yang tinggi akhirnya motornya dan mobil merah yang dia tabrak terjatuh ke arah jurang yang dalam. Anna terpental jauh ke bawah. Berguling dan membentur pepohonan dan semak-semak liar. Membuat beberapa luka dan lebab di sekujur tubuh gadis itu. anna terus berguling hingga masuk ke dalam sungai. Diambang kesadarannya, Anna melihat mobil merah itu juga masuk ke dalam sungai ini. Mata gadis itu membesar saat melihat orang yang menyetir. Ada seorang gadis cantik duduk di balik kemudi.
Apa yang sudah Anna lakukan? Dia membahayakan nyawa orang lain. Dan rasa bersalah memberikan kekuatan untuk menolong gadis itu. Anna berenang menuju mobil itu. Membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Lalu mengguncang tubuh gadis yang tidak berdosa itu. Begitu banyak darah yang keluar dari kepalanya. Anna harus segera menyelamatkan gadis ini. Anna harus.
Anna berusaha membuka pintu pengemudi di sisi kanan gadis itu. Tapi anna kesulitan membukanya. Banyaknya luka membuat gadis itu kehilangan kekuatan. Berada lama di dalam air membuat Anna kekurangan oksigen dan kesulitan bernafas. Paru - parunya terasa sakit dan sesak. Anna tak bisa menahannya lagi. Matanya berat untuk tetap terbuka. Bahkan denyut jantungnya mulai melemah. Oh tuhan tolong selamatkan gadis tak berdosa ini yang ada dihadapan Anna. Dia tak perduli jika dia meninggal tapi dia tak bisa tenang jika menyebabkan gadis di hadapannya juga meninggal. Tapi seberat apapun Anna mencoba untuk tetap sadar, dia tak bisa menahannya. Perlahan mata Anna terpejam dan kesadarannya menghilang.
****
Semilir angin menyapa wajah Anna. Cahaya matahari mengusik kelopak matanya, membuat Anna perlahan membuka mata. Mengerjap perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentina. Tubuhmya berdenyit pelan menyadari keadaan di sekitar. Anna berada di taman luas yang indah dan bercahaya. Hamparan rumput hijau yang begitu luas dengan sungai kecil disisi kanan. Airnya begitu jernih dan berkilau bagaikan menyimpan mutiara di dasar sungai. Apakah Anna berada di surga?
Anna bangkit berdiri. Berjalan ke arah jembatan kecil di tengah sungai. Seorang gadis cantik muncul tiba-tiba. Dia berjalan ke arahnya, tersenyum begitu cantik bagaikan seorang bidadari. Hingga cahaya terang menyilaukan matanya. Membuat Anna terpejam dan perlahan membuka mata. Mengerjap perlahan memfokuskan penglihatannya.
Atap pelapon putih berada cukup jauh di atas anna. Dengan perlahan gadis itu menenggok ke arah kanan. Sebuah sofa besar berwarna putih dan meja kecil disisi nya. Ruangan ini semua berwarna putih bahkan aroma obat sangat kental tercium. Anna tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Bagaimana bisa? Kening Anna mengerut, sakit kepala memburu tak kala mencoba mengingat kejadian sebelumnya.
Sebuah suara kecil mengusik pendengaran Anna. Mengalihkan pandangannya ke arah sofa panjang di ruangan ini. Siapa pria itu? Ada seorang pria dengan stelan hitam lengkap tidur disana dengan berbaring di sofa.
Astaga! Mata Anna bulat sempurna dan kegugupan mulai melanda. Anna ingat dengan kejadian sebelumnya. Kecelakaan yang membuat dia berakhir disini. Jangan katakan jika pria itu adalah anak buah rentenir tua itu. Apa pelarian yang Anna lakukan dengan gila - gilaan dalam mengendarai motor hanya berakhir sia - sia dan Anna pada akhirnya tertangkap. Pada akhirnya dia tetap tak bisa mengelak dari nasib untuk menikah dengan rentenir tua, Bram itu.
Tiba - tiba Pria itu berbalik, tidur menghadap ke arah Anna. Membuat gadis itu terpaku. Wajah putih bersih, hidung mancung, Alis lebat dengan dahi lebar yang terkesan seksi dan bibir merah menggoda. Dia pria tertampan yang pernah Anna lihat. Wajahnya sangat sempurna, dia terlalu tampan jika hanya bekerja sebagai anak buah seorang rentenir. Perlahan kelopak mata itu terbuka dan menatap ke arah Anna. Degup jantung gadis itu memukul begitu keras di detik pertama mata mereka bertemu. Seketika Anna berhenti bernafas, seakan tak tau bagaimana caranya menghirup oksigen dengan benar. gadis itu terdiam tak bisa bergerak, hanya bisa memandang lurus ke arah pria itu. Perlahan pria tampan itu bangkit dari tidurnya dan mulai berjalan menghampiri Anna
Mata dengan iris hitam kelam menatap Anna dengan tajam dan dingin. Tatapan itu seakan membunyikan alarm dalam otaknya. Tamat sudah riwayat Anna. Jantung gadis itu berdetak semakin kencang seiring dengan pria itu mendekat. Hingga dia berdiri di samping ranjang Anna.
"Kau sudah sadar?" suaranya begitu serak dan berat terdengar sangat sexy di telinga Anna.
Anna terdiam, matanya menutup secara reflek mendengar suara berat nan sexy itu. Bahkan kini rasanya gadis itu kembali bernafas walau jantungnya malah berdegup semakin kencang.
"Aku akan memanggil Paman dan Bibi?" ucap pria tampan itu ketika melihat Anna kembali membuka mata dan memandangnya. gadis itu hanya mengangguk, tak berbicara ataupun membalas ucapan pria itu.
Pria tampan itu segera pergi meninggalkan Anna. Ada rasa tak nyaman ketika dia pergi. Rasanya Anna ingin pria itu tetap disini di samping nya. Oh mungkinkah Anna sudah terpesona ada pandangan pertama padanya.
Tapi, tunggu... apa yang dikatakan pria itu? Paman? Bibi?
Mata Anna seketika membulat sempurna. Apakah dia keponakan rentenir tua itu, atau menantunya? Astaga, dia mau memanggil rentenir tua itu kemari.
Tidak. Tidak. Tidak. Anna menolak keras. gadis itu tak mau bertemu atau pun menikah dengan rentenir tua itu. Sia-sia saja aksi kaburnya jika pada akhirnya Anna akan menikah dengan pria tua itu. Dan semua luka ini terlihat seperti sebuah tindakan bodoh, karena Anna tetap akan menikah dengannya.
Otak Anna masih bergumul dengan semua pemikiran. Hingga Anna tak sadar ruangan ini sudah dipenuhi banyak orang.