RENCANA

1641 Kata
Duke Benjamin siang ini, meminta asistennya untuk segera menyelidiki siapa Dixie. Dia masih tidak bisa terima dipukul dan kalah oleh pria bernama Dixie kemarin.  "Kevin, segera kau selidiki pria yang ada di kartu nama ini." Perintah Ben pada asistennya. Asistennya segera mengambil kartu nama itu. "Dixie Duarte Ramirez. Ada apa dengan pria ini Tuan?" Tanya Kevin pada majikannya. "Dia telah berani menggoda istriku dan memukulku kemarin. Aku ingin kau menyingkirkannya dan menghancurkannya." Sahut Ben pada Kevin.   Kevin sebagai kepala keamanan bagi Duke Benjamin tentu tahu siapa Dixie. Semua orang yang bekerja di bidang security, baik polisi ataupun pengawal pribadi tentu mengetahui siapa Brandon dan Dixie. Brandon dan Dixie adalah penguasa dunia mafia di bidang persenjataan, sedangkan Anderson Guanivero (almarhum ayah Anna) adalah penguasa dunia mafia di bidang narkoba. Siapapun yang menggunakan senjata pasti tahu atau setidaknya pernah mendengar nama Brandon dan Dixie.   "Dia adalah seorang mafia penguasa persenjataan terbesar di dunia Tuan, tak akan mudah untuk menyingkirkannya atau menjatuhkannya." Ucap Kevin pada Ben. Ben langsung berdiri menggebrak mejanya. BRAAAKKK!!!! "Kalau kau tak bisa menghancurkannya! Maka aku yang akan menghancurkanmu dan juga seluruh keluargamu!!! Apa kau mengerti?!!" Bentak Ben penuh amarah pada Kevin kepala keamanannya. "Saya mengerti Tuan! Akan segera saya lakukan! Permisi!" Sahut Kevin gentar dengan ancaman majikannya. "Bagus! sekarang pergilah lakukan tugasmu!" Ucap Ben lagi dan Kevin langsung undur diri dari hadapan Ben.   Ben kembali duduk di kursi kerjanya. "Seorang mafia penguasa persenjataan rupanya, hebat kau Maura, jadi ini caramu untuk lepas dariku? Kau tak lagi main belakang dengan pria lemah seperti yang lalu. Kau pikir aku tak bisa mengalahkan pria mafia itu?! Kau salah besar Maura!" Ucap Ben pada dirinya sendiri sambil tersenyum iblis. Ben masih saja menganggap bahwa Maura, istrinya itu selingkuh dengan pria bernama Dixie. ***   Di kediaman Brandon saat ini, Dixie baru saja bangun dari tidurnya dan keluar dari kamar tamu. Dixie melihat Anna yang sedang memasak di dapur. "Hai Anna, dimana Brandon?" Sapa Dixie dan Anna langsung menoleh terkejut. "Eh kau Dixie! jangan suka mengejutkan ibu hamil tahu! Brandon sudah berangkat ke kantor, tapi sebentar lagi dia pasti pulang untuk makan siang. Apa kau tak sadar saat ini jam berapa?" Sahut Anna kembali menyelesaikan masakannya. "Maaf, aku tak bermaksud mengejutkanmu. aku semalam tak bisa tidur." Ucap Dixie. "Ya aku mengerti. Duduklah akan aku buatkan kopi untukmu." Sahut Anna. "Terima kasih Anna, kau beda dengan kakakmu Elsa itu, dia selalu ingin menerkamku jika bertemu. " Ucap Dixie terkekeh mengingat sosok Elsa yang selalu mengajak ribut tiap bertemu dengannya.   "Hahahaha! kau juga yang membuatnya selalu marah setiap bertemu. Kasihan Xander yang harus kewalahan jika kalian bertemu, sudah seperti Tom and Jerry saja." Ucap Anna tertawa sambil menyuguhkan segelas kopi ke hadapan Dixie.   Tak lama nampak Brandon masuk ke dalam rumah. "Hai apa yang sedang kalian tertawakan?" Sapa Brandon lalu memeluk dan mencium bibir Anna  dengan lembut dan dibalas oleh Anna juga. "Ouch...tolong kalian hargai keberadaanku disini dong... bermesraan dihadapan orang yang sedang patah hati itu tak sopan tahu!" Oceh Dixie mengomel melihat kemesraan Brandon dan Anna.   Brandon dan Anna hanya tertawa melihat Dixie yang menggerutu. "Makanya buruan cari wanita, yang single saja jadi tidak bermasalah seperti kemarin." Ucap brandon menggoda Dixie. "Ach andai saja bisa seperti itu... Sudahlah aku mau mandi saja! aku pinjam pakaianmu ya, aku tak bawa pakaian." Sahut Dixie sambil melangkah menuju kamar tamu. "Hei! Kau itu juga punya rumah disebelah kami, kenapa kau tak ambil bajumu disana saja?!" Teriak Brandon mengingatkan sahabatnya itu. "Bajuku semua ada di apartemen! Kau tahu sendiri aku tak pernah menempati rumah itu, karena itu hanya investasi saja sampai ada istri yang bisa mengurusnya." Sahut Dixie.   Brandon dan Anna tertawa mendengarnya. Brandon dan Anna kembali saling mencium saat Dixie sudah masuk ke dalam kamar tamu. Kemesraan mereka tak pernah selesai, bahkan kini Brandon juga menciumi perut Anna yang sudah mulai buncit karena hamil 3 bulan. "Hai anak Daddy, sehat terus ya... Daddy tak sabar ingin menemuimu lagi didalam sana." Sapa Brandon pada anak didalam perut Anna.   Anna spontan tertawa sambil langsung memukul lengan brandon mendengar apa yang Brandon katakan pada anaknya. "Kau ini!!! Jangan terlalu sering menemuinya di dalam, membuatku kelelahan dan mual setelahnya tahu!" Omel Anna pada Brandon. Brandon hanya terkekeh mendengar Omelan Anna. "Ayo kita makan, aku sudah memasak kesukaanmu." Ajak Anna dan langsung menggandeng Brandon duduk di meja makan. "Aku akan mengambilkan Dixie pakaian ganti dulu. Kau tak apa kan kalau Dixie ikut makan siang bersama kita?" Tanya Brandon. "Iya tak apa, aku juga sengaja memasak lebih banyak dari biasanya." Sahut Anna tersenyum lalu duduk terlebih dahulu, menunggu Brandon dan Dixie datang bergabung. Akhirnya mereka bertiga makan siang bersama. Namun saat mereka sedang makan sambil mengobrol bersama, smartphone Dixie berbunyi.   Drrrttt..ddrrtttt... Bunyi smartphone Dixie tanda sebuah pesan masuk. Dixie membukanya dan membacanya. Wajah Dixie tampak berkerut dan tatapannya seolah penuh emosi. "Ada apa?" Tanya Brandon "Ada yang mengancamku unyuk menjauhi Maura." Sahut Dixie. "Siapa? Suaminya?" Tanya Brandon lagi "Sepertinya bukan, mungkin orang suruhannya." Sahut dixie kembali menyantap makanannya dan mengacuhkan pesan ancaman tadi.   "Aku sudah mencari tahu siapa Maura Osvaldo. Kalian pasti tak percaya, dia adalah seorang Duchess istri dari Duke Benjamin Romero Osvaldo. Bangsawan kelas teratas yang terkenal arrogant dan sangat posesive terhadap istrinya, bahkan ada beberapa gosip yang mengatakan bahwa Duke Benjamin pernah sampai membunuh seorang pria karena menyapa istrinya saat di pesta kerajaan, namun kasusnya tak ada lagi kelanjutannya. Jadi kau harus berhati-hati Dixie." Ucap Anna "Wow...kau benar-benar ingin bersahabat dengan Maura? Tak kusangka kau sangat cepat mencari info tentang Maura." Ucap Brandon dan Anna hanya tersenyum. "Apa kau lupa kalau dalam diriku juga mengalir darah mafia dari ayahku?" Sahut Anna terkekeh. "Oh dear...tapi aku takut jika kau mendekati Maura, kau akan berada dalam bahaya." Ucap Brandon khawatir. "Benar kata Brandon, sebaiknya kau tak usah mendekati Maura, aku juga mungkin akan berhenti memikirkannya kalau bisa." Ucap Dixie menunduk. Anna menatap Brandon tersenyum lalu menoleh dan menepuk lengan Dixie. "Tak usah berhenti memikirkannya, itu hanya menyakiti dirimu sendiri. Aku mendekati Maura bukan hanya untuk membantumu, aku sangat kasihan pada Maura." Ucap Anna tersenyum pada Dixie. "Terima kasih Anna, tapi sepertinya Maura sangat mencintai suaminya, jadi lebih baik aku mundur sebelum terjadi sesuatu yang lebih parah lagi terhadap Maura." Sahut Dixie pasrah. Anna menoleh ke Brandon berharap suaminya bisa menguatkan Dixie, namun Brandon hanya mengedikkan bahunya tak tahu harus berkata apa.  Mereka bertiga selesai makan siang lalu duduk di ruang tengah, tak lama kemudian datang juga Elsa dan Xander bersama Justin putra mereka yang baru mulai bisa berjalan. Brandon sengaja menghubungi Xander untuk datang bersama Elsa siang ini ke rumahnya, supaya bisa membicarakan lagi tentang Maura dan Dixie. "Hai, kalian semua sudah berkumpul rupanya." Sapa Elsa saat masuk ke dalam rumah Brandon dan Anna. Elsa lalu memeluk Anna dan duduk di sebelah Anna. Xander memangku Justin dan duduk di samping Elsa. Elsa melihat Dixie yang menunduk lalu mencoba menggodanya seperti biasa dengan sinis. "Dixie, apa kau tak bisa mencari wanita single sehingga harus bermain api dengan istri seorang Duke?!" Ucap Elsa sambil tersenyum. Dixie sudah mengira Elsa pasti akan menyerangnya seperti itu, Elsa bagai mendapat kartu AS untuk mengalahkan Dixie. "Kau yang harusnya disalahkan, kenapa kau bisa memberi restu pada  Brandon saat mendekati Anna, tapi tak pernah memberiku restu saat akan mendekati Meggy?" Sahut Dixie tak mau kalah. "Dasar gila! Kau kan tahu Meggy itu masih sekolah tahun pertama di high school, jelas saja aku tak merestuimu mendekatinya. Dasar gila!" Ucap Elsa.   Xander dan Brandon juga Anna hanya tertawa melihat Elsa yang selalu berdebat jika bertemu dengan Dixie. "Sudahlah, aku ingin kita berkumpul bukan untuk melihat kalian berdua berdebat terus." Ucap Brandon menengahi Elsa dan Dixie. "Baiklah, Xander sudah bercerita semuanya, aku akan mencoba membantumu seluruh kemampuanku." Sahut Elsa menatap Dixie. "Kalian sudahlah tak usah mengusahakan apapun lagi, aku sudah memutuskan mundur, karena kulihat Maura sangat mencintai suaminya, tak ada celah bagiku di hatinya." Ucap Dixie menunduk putus asa dan langsung mendapat lemparan bantal sofa dari Elsa.   Bugh! Bantal itu mengenai Dixie membuatnya mengangkat wajah menatap Elsa dengan mendelik lebar. "Dasar bodoh!! Wanita mana yang masih bisa mencintai suami seperti itu?!! Semua yang Maura katakan padamu itu hanya untuk menghindari suaminya agar tidak membunuhmu seperti yang pernah dilakukannya dulu. Bodoh sekali!!!" Omel Elsa kesal dengan sikap Dixie yang sudah menyerah sebelum berjuang. "Dixie, seandainya pun kau tak ingin lagi mengejar cinta Maura, tapi kita tetap harus menolong Maura dari setiap kekerasan yang dilakukan suaminya. Apalagi sekarang kita sudah tahu betapa menderitanya hidup Maura, kasihan juga jika sampai terjadi sesuatu dengan baby nya. Menolongnya sebagai sesama manusia kan tidak salah." Ucap Elsa lagi. "Betul katamu itu! baru kali ini aku setuju dengan ucapanmu!" Sahut Dixie berbinar senang.   "Lalu bagaimana rencana kalian mendekati Maura. Dia seorang Duchess tak mudah untuk mulai menjalin hubungan dengan seorang Duke dan Duchess. Level mereka sangat tinggi." Ucap Dixie lagi bertanya pada Anna dan Elsa. "Jangan katakan kalau kau meragukan kekayaan suamiku dan mertuaku. Kau lupa siapa suamiku ini?!" Sahut Elsa sambil merangkul lengan Xander disampingnya. Dixie hanya menyengir menatap Xander yang daritadi hanya diam dan tertawa. "Orang tuaku sudah mengenal Duke Benjamin. Mereka sering bertemu dalam acara-acara kerajaan maupun kerabat kerajaan. Jadi mudah bagi Elsa jika ingin berkenalan dan mendekati Duchess Maura. Kita minta saja mom untuk mengajak Elsa jika ada acara di keluarga besar itu." Ucap Xander akhirnya ikut berbicara.   Mr. & Mrs. Lambroche orang tua Xander adalah pengusaha terkenal nomor satu di negara ini, jadi sudah wajar jika mereka bisa kenal bahkan dekat dengan keluarga besar dan kerabat kerajaan. Xander sendiri dengan usahanya sendiri tanpa bantuan orang tuanya juga sudah mampu menjadi milyader. Jadi tak diragukan lagi betapa kayanya Xander dan orang tuanya.   "Baiklah, setelah Elsa dan Anna sudah bersahabat dengan Duchess Maura maka akan mudah kita menolongnya, tapi mungkin saja akan tetap sulit untuk melepaskan Duchess  Maura dari Duke Benjamin." Ucap Brandon. "Tak apa, kita jalankan saja rencana awal ini dulu, setelah itu baru kita pikirkan lagi selanjutnya." Sahut Elsa. "Bagaimana dengan ancaman yang kau terima tadi?" Tanya Anna pada Dixie. "Biarkan saja, untuk saat ini aku akan menuruti ancaman itu dengan tidak berhubungan dengan Maura, biarkan mereka berpikir bahwa aku sudah menjauhi Maura. Jadi Maura juga hidup tenang. Aku percayakan Maura pada kalian sementara ini." Sahut Dixie tersenyum pada Elsa dan Anna.   "Akhirnya hidupku bisa tenang melihat sahabatku bisa bekerjasama  dengan istriku." Ucap Xander tertawa. Elsa langsung tersenyum memeluk dan mencium Xander.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN