Part 3. Penolakan Rigel

1219 Kata
Bee benar-benar menahan rasa sakit di dalam hatinya. Tidak perlu ada yang tahu bagaimana perasaannya sekarang ini yang terasa benar-benar kacau. Biarkan saja dia yang merasakan dan biarkan saja dia yang menanggungnya. Dia yang memiliki perasaan itu, dia yang sudah menceburkan dirinya pada rasa cinta yang dalam untuk Rigel. Maka dia juga yang harus bertanggung jawab dengan semuanya. Dia tak akan melibatkan orang lain dalam hal ini bahkan keluarganya. “Lo nggak papa?” Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar begitu saja dari mulut Miel – sahabat Bee yang mengajak gadis itu pergi ke pesta tersebut yang pada akhirnya semua ini terjadi. “Gue minta maaf, gara-gara gue ajak lo datang, malah lo sedih sekarang.” Miel adalah satu-satunya orang yang paham tentang hubungan Rigel dan Bee yang sama sekali tak baik selain keluarga Bee sendiri. “Gue udah biasa. Nggak perlu dibahas lagi. Gue bisa mengatasinya.” Berapa tahun gadis itu mencintai Rigel tanpa balasan dari lelaki itu? Lama, bahkan beberapa lelaki yang menyukainya saja ditolak mentah-mentah. Tapi nyatanya, Rigel justru memacari seorang perempuan tanpa memikirkan perasaan Bee. Untuk beberapa hari setelahnya, Bee benar-benar memikirkan tentang semua perasaannya kepada Rigel. Seandainya bisa, dia akan menghilangkan perasaan ini dan membunuhnya agar tidak ada lagi rasa sakit karena mencintai secara sepihak. Tapi sayangnya, semua itu hanyalah sebuah wacana yang tidak benar-benar bisa dilakukan. Bee terkadang bertanya kepada hatinya, kenapa harus Rigel? Lelaki itu adalah lelaki yang benar-benar tidak bisa digapai dengan mudah. Sedangkan usahanya selama ini tak mendapatkan hasil. “Kenapa lagi?” Langit sudah melihat ada yang tidak beres dengan putrinya. Bee semakin banyak melamun dan tidak seperti biasanya. Lelaki itu cenderung tahu jika putrinya menunjukkan gejala seperti itu, pastilah ada keterlibatan sahabat putranya dalam hal ini. Karena sudah jelas, masalah ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali saja. “Kamu sudah dewasa Bee, kamu harus tahu bagaimana mengatasi perasaanmu. Kamu harus tahu bagaimana menghancurkan perasaan itu ketika hanya luka yang pada akhirnya kamu terima.” Embun tidak ada di rumah, pun dengan Bintang. Maka Langit akan lebih leluasa berbicara kepada putrinya. Karena terkadang, Embun justru memberikan pembelaan kepada Rigel entah apa yang sedang dipikirkan perempuan itu. Bahkan perempuan itu pernah bilang, “Hati itu tidak bisa ditebak dan tak bisa dipaksa. Kalau memang kamu tetap ingin Rigel, bisa saja suatu hari dia akan luluh dengan usahamu. Mama akan mendukung perjuangan Adek.” Yang menurut Langit itu adalah cara Embun mendorong putrinya pada rasa sakit yang tak berkesudahan. Tapi tentu saja Langit bukan orang yang akan membiarkan putrinya melakukan tindakan bodoh dengan tetap mencintai orang yang bahkan tidak memedulikannya. Dengan seperti itu segera saja Langit bertindak. Meminta sekretarisnya untuk membuat janji temu dengan sahabat putranya itu, dia akan menyudahi semuanya. Setidaknya itu lah rencananya. “Boleh saya bertanya tentang sesuatu?” Pertanyaan itu segera saja terlontar tanpa basa-basi ketika pertemuan itu pada akhirnya terjadi. Sejak bertahun-tahun Rigel bersahabat dengan Bintang, mereka hanya saling menyapa seadanya. Dan ini adalah pertama kalinya mereka berhadapan dan pembahasan mereka pun sudah tergolong berat. “Tentu saja, Om.” Mereka bertemu bukan untuk membicarakan tentang bisnis atau apa pun itu yang berkaitan dengan pekerjaan. Maka panggilan itu dirasa lebih nyaman digunakan oleh Rigel. “Apa yang salah dengan putri saya?” Satu pertanyaan meluncur dengan tajam. Tidak akan ada orang tua yang akan diam saja ketika putri mereka tersakiti karena seseorang. Meskipun di sini pun Rigel tidak sepenuhnya salah. Hati yang memilih dan yang menentukan. Bahkan sampai bertahun-tahun pun, Rigel masih belum bisa membuka hatinya untuk Bee. Atau memang perasaan itu tak sedikitpun terasa di dalam hatinya. “Apa dia terlihat begitu buruk di matamu?” Rigel tak menjawab. Lelaki itu hanya terus menatap Langit dengan sopan dan mendengarkan lebih dulu segala macam ucapan yang mungkin akan dikeluarkan oleh Langit kepadanya. Sayangnya, setelah kalimat terakhir sebagai pertanyaan yang perlu dijawab oleh Rigel, Langit sudah tidak lagi mengeluarkan suaranya. Maka ini harus segera menanggapinya. “Saya tidak berhak menilai seseorang termasuk Bee, Om.” Katanya. “Tapi ini masalah hati. Ketika hati saya tidak menghendaki akan sesuatu, maka saya tidak akan pernah melakukannya. Itu akan lebih menyakiti Bee ketika saya hanya berpura-pura mencintainya tapi faktanya tidak seperti itu.” Rigel tidak pernah menyangka jika masalah ini akan menarik Langit ikut campur. “Saya minta maaf kalau selama ini saya membuat Bee tersakiti. Tapi saya tidak bisa melakukan sesuatu yang lain di hati lain di mulut.” Langit seharusnya sudah tahu bagaimana Rigel dari setiap cerita yang dulu pernah diceritakan oleh Bintang. Lelaki itu adalah lelaki yang memiliki karakter yang kuat. Dan percakapan hari ini membuat Langit paham jika Rigel bukanlah lelaki yang mudah ditaklukkan. Tapi dia tahu, lelaki itu akan benar-benar menjaga orang yang dicintainya begitu baik. Tidak ada hasil dari percakapan hari ini kecuali Langit hanya mengetahui pengakuan dari Rigel tentang perasaannya kepada putrinya. Yang menjadi kekhawatiran Langit tentu saja adalah balasan dari perbuatannya yang pernah dilakukan olehnya kepada Embun di masa lalu. Tentu saja, dia tak mengatakan kekhawatiran itu kepada siapa pun dan memilih memendamnya seorang diri. *** Bee tahu jika putus asa menghadapi Rigel adalah sesuatu yang menyedihkan. Dia bukan perempuan yang seperti itu. Dia adalah perempuan tangguh dan penuh keberanian. Maka tentu saja tak ada kata putus asa dalam kamusnya. Apalagi mengingat tentang putusnya hubungan Rigel dengan Bella adalah kesempatan yang sangat baik, dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Semangatnya itu tak pernah luntur. Dia pernah berhenti ketika Rigel memacari Bella selama dua tahun ini. Bee tahu dia bukanlah perempuan jahat yang akan mengganggu hubungan orang lain. Maka selama itu dia berhenti meskipun dengan pantauannya. “Hai, Bang!” Dengan datang ke kantor lelaki itu dan menunggunya di sana adalah salah satu upayanya untuk dekat dengan Rigel. Rigel yang melihat keberadaan Bee di depannya tentu saja terkejut. “Ada perlu apa?” Kan, dingin sekali lelaki itu. Meskipun tidak diabaikan begitu saja, tapi cara berbicaranya sungguh sedikit menyentil hati Bee. “Keperluanku sekarang adalah ingin bertemu dengan Abang.” Jika Rigel tak memiliki basa-basi sama sekali, maka tentu saja Bee juga tak perlu banyak narasi untuk menyatakan tujuannya. “Bertemu denganku tentu saja memiliki tujuannya.” “Tujuannya hanya ingin bertemu dengan Abang. Akhir-akhir ini, aku terus saja memikirkan Abang. Aku nggak tahu kenapa.” Bohong tentu saja. Yang benar bukan hanya akhir-akhir ini, tapi sejak dia memutuskan untuk mencintai Rigel, ada waktu tersisih untuk memikirkan lelaki itu. “Kalau tidak ada yang penting untuk dibicarakan, kamu pulanglah. Aku masih ada banyak pekerjaan yang perlu dikerjakan.” Pengusiran itu juga selalu didapatkan oleh Bee hanya saja gadis itu terlalu bebal. “Bee!” panggilan itu tiba-tiba saja terlontar dari bibir Rigel yang membuat jantung Bee tak karuan. Jarang sekali atau bahkan dalam waktu sepuluh tahun Bee mencintai Rigel. Lelaki itu tak pernah memanggil namanya. Apakah itu pertanda baik? “Berhentilah!” Suara Rigel terdengar seperti petir di siang bolong. Bee menatap lelaki itu dengan jantung yang semakin tak karuan. “Ini sudah sepuluh tahun sejak kamu masih sangat muda sampai kamu sudah lulus kuliah. Sepertinya, hatiku tidak bisa berubah untuk mencintaimu. Jangan habiskan waktumu hanya untuk mengejarku. Kamu masih punya banyak hal yang perlu kamu lakukan dan itu bukan hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna seperti sekarang ini. Sekali lagi, berhentilah!” Jika Tuhan ingin mencabut nyawa Bee sekarang, dia pasti akan merelakannya mengingat rasa sakit ini semakin menusuknya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN