Part 2. Perjuangan Yang Sia-Sia

1109 Kata
“Kamu sudah bisa melepaskan tanganmu!” Suara Rigel terdengar tegas ketika mengingatkan Bee, jika drama mereka tak perlu lagi diteruskan. Keduanya sudah ada di luar gedung, dan itu artinya mereka tak perlu lagi berakting untuk melanjutkan kepura-puraan. Dan meskipun berat, tapi Bee tetap melakukan perintah Rigel. Mengurai rangkulan tangannya di lengan Rigel dan menatap lelaki tampan yang sudah dicintainya sejak lama tersebut penuh kekaguman. Untuk sesaat, mereka tak berbicara dan keheningan menguasai. Bee bahkan tak mengalihkan tatapannya dari Rigel karena baginya, pusat dunianya sudah ada di depannya. “Bagaimana bisa kamu ada di sini?” Akhirnya, keheningan itu terpecahkan oleh pertanyaan Rigel. Ada sebuah lirikan yang diberikan oleh Rigel kepada gadis itu. “Aku datang sama temenku.” Bee menjawab, “Karena nggak sengaja aku lihat Abang, maka aku mendekat.” Itu benar. Bee memang datang karena ketidaksengajaan. Tentu saja sebuah keberuntungan ketika tiba-tiba netranya menangkap keberadaan Rigel di tempat yang sama. Bee, tentu tahu siapa pemilik acara tersebut. Tak lain adalah mantan kekasih Rigel yang dulu pernah membuat Bee cemburu setengah mati. Dia yang lebih dulu mencintai Rigel, dia yang lebih dulu ‘menandai’ Rigel, sayangnya Rigel justru memilih orang lain alih-alih Bee. Nyatanya, pengkhianatan didapatkan oleh Rigel. Mengingat jalinan cinta Rigel bersama dengan Bella yang sudah berjalan hampir dua tahun kini berakhir, ada perasaan menggebu di dalam hati Bee untuk mendapatkan Rigel kembali. Dosakah Bee berbahagia di atas penderitaan orang lain? Biarkan saja dosa itu dia menanggungnya sendiri, yang penting sekarang adalah, dia bisa memperjuangkan orang yang dicintainya. Lagi. “Kalau begitu, kamu pulanglah. Ini sudah malam.” “Bisakah kita membicarakan masalah kita, Bang?” Bee mengambil kesempatan dengan baik. Gadis itu memberanikan diri untuk melangkah maju dan berdiri di depan Rigel. Hal itu membuat Rigel memberikan tatapan lurus di mata Bee. Betapa tatapan itu sangat membuat jantung Bee ingin melompat dari sarangnya saking detakannya terlalu kencang. “Abang sekarang sudah tidak lagi bersama siapa pun. Bisakah aku mencoba untuk mendekati Abang?” Selama ini, Rigel selalu menjauh dan menganggap keberadaan Bee adalah lalat kotor yang harus disingkirkan. “Abang tahu aku sangat menyukai Abang sejak aku masih sangat muda. Dan perasaanku sekarang bertambah….” “Lupakan saja!” Ucapan Bee terpotong sebelum selesai sepenuhnya karena Rigel, “Aku sedang tidak ingin berurusan dengan cinta. Kamu bisa memberikan cintamu kepada lelaki lain. Jangan mengharapkanku. Hatiku terlalu sulit untuk terbuka.” Tatapan Rigel begitu tegas seolah dia sedang berbicara dengan stafnya. Lagi, Bee merasakan hatinya begitu nyeri karena lagi-lagi tertolak. Meskipun begitu, Bee memberikan senyumnya kepada lelaki itu. “Kita bisa mencobanya. Abang tahu, aku bukan orang yang suka menyerah.” Meskipun matanya terlihat mengembun dan berusaha ditutupi, tapi Bee masih bersikeras untuk ‘mendesak’ Rigel agar menerimanya. “Kamu membuatku tidak nyaman dengan kamu yang seperti itu.” Pada awalnya, Rigel selalu mengabaikan Bee tanpa benar-benar menganggap semua yang dilakukan oleh Bee adalah masalah serius. Tapi tampaknya sekarang ini dia merasa benar-benar harus menegaskan sikapnya. “Dan hal seperti tadi, kamu seharusnya tidak perlu melakukannya. Aku bisa mengatasi apa pun yang terjadi pada diriku tanpa bantuanmu.” Rigel kali ini benar-benar mendorong Bee dengan kuat agar perempuan itu tidak perlu melakukan sesuatu yang konyol untuk menarik perhatiannya. “Apa aku seburuk itu sampai Abang selalu menolakku?” Bee tertawa miris. “Bella, apa bagusnya perempuan itu dibandingkan denganku? Dia bahkan memilih lelaki lain ketika dia masih bersama dengan Abang.” “Aku tidak perlu mengatakan apa yang baik dan buruk dari Bella kepadamu. Karena satu hal, aku pernah mencintainya.” Jika kaki Bee sekarang tak sekuat batu karang yang kokoh meskipun ombak selalu menyerangnya, sudah bisa dipastikan dia sudah ambruk dengan rasa sakit yang ada di dalam hatinya. Tak ada yang lebih buruk dari seseorang yang kamu cintai tapi orang itu mengatakan dia mencintai orang lain. Dan Bee merasakannya. “Aku rasa pembicaraan ini tak perlu lagi diteruskan. Sekarang kamu pulanglah!” Meskipun Rigel mengatakan kalimat pengusiran, tapi dia tetap berada di sana menunggu Bee beranjak dari tempatnya. “Abang pulang saja. Aku akan pergi setelah Abang pergi.” “Lalu membiarkan kamu sendiri di sini?” “Aku akan menunggu temanku.” “Aku akan pergi setelah temanmu datang.” “Nggak perlu, Bang. Aku sungguh nggak papa.” “Lalu, aku akan disalahkan kalau ada sesuatu kepadamu?” Rigel berucap cukup dingin. “Aku tidak ingin hubungan persahabatanku dengan Bintang akhirnya harus berakhir hanya karena masalah seperti ini.” Entah kenapa, setiap ucapan yang dikeluarkan oleh Rigel selalu membuat hati Bee terasa diremas dan rasa sakitnya benar-benar merajalela. “Pernah nggak sih Abang sekali saja memikirkanku tanpa embel-embel keluargaku?” “Tidak!” ucapan itu begitu cepat bahkan tanpa berpikir. “Aku selalu menjaga persahabatanku dengan Bintang, karena itu tidak ada yang boleh mengacaukannya termasuk dirimu.” Bee terkadang berpikir, kenapa Rigel begitu tidak menyukainya sedangkan pada akhirnya Rigel juga bisa mencintai orang lain. Kenapa keberadaannya sama sekali tak dipedulikan oleh lelaki itu sedangkan dia tahu Rigel sebenarnya masih peduli dengan orang lain. Rasanya sungguh sakit ketika mengingat tentang itu dan Bee terasa begitu ingin menyerah dengan rasa sakit ini. Tapi entah kenapa ada situasi di mana dia merasa tak bisa melakukannya. Seolah dia memiliki tenaga yang besar dan kekuatannya bertambah ketika berhadapan dengan Rigel. “Bee!” Beruntung, teman Bee masih mengingat dan tak meninggalkannya. “Lo kalau pergi selalu nggak pamit. Gue bisa digantung sama bokap lo kalau nggak balikin lo dalam keadaan sehat walafiat.” Bahkan melupakan keberadaan Rigel di sana, teman Bee itu terlihat mengeluarkan kekesalannya. Baru beberapa detik kemudian dia menoleh ke arah Rigel dan tersenyum kecut. “Bang!” katanya mengenali Rigel. “Sorry, kalau aku mengganggu kalian. Kalau begitu, kalian bicara saja, aku akan tunggu di mobil.” “Tidak perlu, kamu bawa Bee pulang. Ini sudah malam.” “Benar, kita harus pulang. Ayo!” Bee sepertinya sudah merasa jengkel dengan Rigel dan segera menarik temannya bahkan tidak pamit dengan Rigel yang terdiam di tempatnya. Rigel hanya melirik kepergian Bee dan temannya yang dia tak tahu apa yang baru saja dilakukan benar-benar membuat Bee merasa sakit hati. Kemudian dia pergi dengan santai meninggalkan gedung acara pernikahan mantan kekasihnya. Rigel memang tidak akan peduli dengan Bee ketika dia membuat gadis itu sakit hati. Dia tak akan pernah tahu bagaimana perasaan Bee setelah berhadapan dengan Rigel dengan ketidakpeduliannya. Jelas, gadis itu terus saja menahan rasa sakitnya. Bee jelas-jelas terluka. Jika luka itu terlihat, mungkin Rigel akan tahu sebesar apa luka itu. Bee, sudah mencintai Rigel sejak usianya bahkan masih sangat muda. Cinta yang dikira akan hilang sejalannya waktu ternyata semakin besar dan dalam. Tapi selama itu, perjuangan yang Bee lakukan hanya dipandang sebelah mata oleh Rigel. *.*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN