Kepalanya benar-benar sakit. Daisy tidak tahu berapa kali tegakan bir tawar itu yang terasa candu untuknya. Dia berulang kali menegak, dan berakhir kepayahan. Di atas ranjang. Kedua matanya melebar. Menemukan nuansa monokrom yang membuat napasnya berat. Jantung bertalu-talu kencang. Suasana kamar yang temaram dan sepi, jelas bukan perpaduan yang bagus. Terlebih, jendela terbuka lebar tanpa tirai. Pemandangan gratis dari atas lantai dua ratus lima puluh menawarkan harga bernilai tinggi. "Minum." Daisy memutar mata. Memegang kepalanya yang berdenyut dan mendesah. Meraih gelas itu dengan kasar. Menegaknya sampai habis. Lalu, kembali Drew menuangkan teko berisi air ke dalam gelasnya. "Lagi." Daisy kembali menurut dalam diam. "Lagi." Gadis itu melotot marah. "Aku bisa kembung!" "Kalau k

