Menghilangkan Marga Orlando

1062 Kata
David tentunya sangat senang, saat malam tadi lamarannya diterima oleh Alena. Sejak malam tadi juga David langsung menyuruh Farez untuk melacak informasi tentang keluarga Alena. Untuk membantu Alena mencari siapa komplotan pembunuh keluarganya perlu membutuhkan waktu dan ketelitian. David akan memberikan usulan pada Alena untuk mengganti marganya, lebih tepatnya menghilangkan marga ‘Orlando’. Pagi ini David terbangun karena ketukan pintu yang mengganggunya. Padahal, hari ini adalah hari liburnya, David ingin sekali lebih lama tidur. Dengan terpaksa David melangkahkan kakinya untuk membuka pintu kamar, langkahnya terhenti tatkala melihat Alena di depan matanya. “Daddy, apa aku mengganggu waktu tidurmu?” tanya Alena. “Ah, tidak, Baby. Aku hanya lelah, tadinya ingin tidur lebih lama,” jawab David jujur. “Itu artinya aku mengganggu, Daddy!” teriak Alena kesal, David refleks menutup telinganya. “Huh, menyebalkan.” Alena mengerucutkan bibirnya, dia berniat untuk kembali ke kamarnya, tetapi tangannya dicekal oleh David. David menarik tangan Alena pelan, lalu menutup pintu kamarnya. Jantung Alena terasa berdegup kencang saat David memperlakukannya seperti itu. Sudah dua kali Alena masuk ke dalam kamar David, dan hanya ada mereka berdua di sana. Alena takut David akan melakukan hal yang tidak-tidak. “Apa yang kau pikirkan? Cepat katakan, apa yang bisa aku bantu sehingga kamu mengetuk pintu di pagi hari, hm?” David menelisik mata Alena. “Eum ... itu, Daddy. Di dalam lemari itu tidak ada pakaian yang cocok dengan seleraku. Sejak kemarin lihatlah, aku tidak ganti baju, Daddy.” Alena mengerucutkan bibirnya, membuat David gemas. “Kalau begitu, aku akan meminta pelayan untuk membelikan baju untukmu,” ucap David. Alena hanya bisa diam, dia menyaksikan David yang menggunakan mikrofon untuk memanggil salah satu pelayan. Setelahnya, David dan Alena menunggu hingga terdengar suara ketukan pintu dari luar. David mempersilakan pelayan itu masuk, karena pintu kamarnya memang tidak dikunci. “Kemarilah!” perintah David. “Iya, ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya pelayan tersebut ramah. “Saya ingin kamu pergi ke mall sekarang, belikan beberapa baju untuk Alena. Nanti setelah sampai di toko baku, kamu bisa video call saya. Paham?” David membicarakan tujuannya. “Pergilah!” “Permisi, Tuan, Nona,” pamit pelayan tersebut. David merebahkan kepalanya pada bantalan sofa, Alena hanya menggeleng melihat pria di hadapannya bertingkah seperti itu. Kekaguman Alena pada David bertambah, pria itu benar-benar tampan dan menggemaskan untuk dilihat. Sungguh, Alena tak menyesal telah memanggilnya Sugar Daddy. “Daddy, apa kamu akan terus seperti itu? Tidak ingin pergi untuk mandi?” tanya Alena. David langsung mendudukkan dirinya, dia baru ingat bahwa sejak tadi dirinya belum menyentuh air sedikit pun. Alena bergidik ngeri saat David menampilkan senyumannya. David berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi, dia melirik Alena. “Aku akan mandi, kau jangan ke mana-mana. Jika telepon berdering, angkat saja! Kalau pelayan tadi menghubungi, pilihlah baju sebanyak yang kau mau!” teriak David yang telah masuk ke dalam kamar mandi. “Oke, Daddy!” teriak Alena. Kini, Alena duduk sendirian di sofa, dia melihat camilan yang ada di meja hadapannya. Alena merasa tergiur dengan camilan tersebut, langsung saja dia membuka tutup wadah tersebut, dan mengambil camilannya satu per satu untuk disuapkan pada mulutnya. “Enak sekali,” gumam Alena seraya mengunyah camilan tersebut. Tiba-tiba ponsel David yang berada di hadapannya berdering, Alena langsung mengambil ponsel tersebut, tertera nama ‘Lisa’ di sana, saat melihat fotonya Alena ingat betul bahwa itu adalah pelayan yang tadi disuruh David untuk membelikannya baju. Alena mengangkat video call tersebut, terpampanglah wajah Lisa yang berada di toko baju. “Nona, saya sudah sampai!” jelas Lisa di seberang sana. “Bisa tolong perlihatkan dengan kamera belakang?” tanya Alena. Pelayan itu mengangguk, dia langsung mengarahkan kamera belakangnya, menyorot semua jenis pakaian yang ada di toko tersebut tanpa terkecuali. Alena menatapnya dengan jeli, dia memerlukan baju untuk kesehariannya, baju tidur, dan baju untuk ke luar. “Sudah ada yang dipilih, Baby?” tanya David membuat Alena tersentak kaget. Ternyata David telah selesai melakukan ritual mandinya. Kini, David dan Alena duduk berdampingan dengan jarak yang sangat dekat. “Belum, Daddy,” jawab Alena. Setelah sekian lama, akhirnya Alena memutuskan untuk membeli 3 potongan kaos lengan pendek, celana jogger pants, riped jeans, baju tidur, pakaian dalam dan jumpsuit. Alena memang lebih suka pakaian yang simpel, tidak terlalu suka memakai dress yang mencolok. Alena juga memilih warna yang kegelapan, menurutnya warna-warna gelap membuatnya elegan. David juga ikut andil dalam memilih pakaian yang dibeli Alena, karena gadis itu cerewet meminta David memberikan saran untuknya. Hanya saja, untuk pakaian dalam David tidak ikut andil, karena Alena memilih untuk keluar dari kamar David terlebih dahulu untuk mengatakannya pada Lisa. “Sudah?” tanya David. Alena mengangguk. “Terima kasih, Daddy!” David hanya membalasnya dengan senyuman. “Ada yang ingin aku katakan padamu,” ucap David. “Apa itu, Daddy?” tanya Alena. David mulai menceritakan tentang dia yang menyuruh Farez untuk melakukan pencarian tentang keluarga Orlando lebih dalam yang ada di sosial media. Dia juga memberitahukan bahwa di saat pembantaian itu terjadi, kasusnya telah ditangani kepolisian dan diduga mansion yang ditempati keluarga Orlando kebakaran. “Apa maksudnya, Daddy? Kepolisian mengabarkan bahwa keluargaku terbakar?” tanya Alena dengan napas memburu, David mengangguk. “Iya, karena saat polisi ke sana rumahmu itu terbakar. Dicurigai dari jaringan listrik yang dipotong olleh seseorang,” jelas David. “Pintar sekali mereka memanipulasi,” sungut Alena. “Ada yang perlu kamu ketahui. Bahwa polisi tidak mengetahui keberadaan dirimu masih hidup, karena ada salah satu gadis seusiamu yang juga meninggal di sana. Mereka menyebutnya itu kau, karena mereka juga mengetahui bahwa ayahmu mempunyai anak 3, dan satunya baru pulang dari Canada. Itu sangat bagus untuk melancarkan aksimu untuk membalaskan dendam. Aku akan menyuruh Farez untuk menghapus jejakmu, dan yang perlu dilakukan adalah menghilangkan marga Orlando untuk saat ini.” David menjelaskan panjang lebar. “Sepertinya itu anak dari salah satu pelayan. Iya, Daddy benar itu ada baiknya. Lalu, nama apa yang bagus untukku?” “Bagaimana kalau Alena Agatha Fransisca?” tanya David. “Agatha? Alena Aghata Fransisca?” ulang Alena, David mengangguk. “Bukan nama yang buruk,” jawab Alena tanda menyetujuinya. David tersenyum senang saat Alena mau memakai nama yang telah dia selipkan di tengah untuk mengganti marga Orlando yang hilang. Dengan begitu, orang lain tidak akan ada yang mengetahui siapa Alena sebenarnya, karena jikalau mereka tahu, mereka akan mengenal dengan nama Alena Agatha Fransisca, bukan Alena Fransisca Orlando yang telah lenyap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN