Setelah acara kencan kemarin, David membicarakan tentang pernikahannya yang akan diberlangsungkan minggu depan. Alena sempat protes akan hal itu, karena Alena merasa belum siap jika harus menikah di waktu yang tepat, apalagi minggu depan. Lukanya saja masih belum mengering, dia berpikir jika melakukan pernikahan hanya berjarak satu minggu dari peristiwa meninggalnya keluarga Orlando. Namun, David selalu mempunyai trik untuk meluluhkan Alena, dia berkata bahwa pernikahan itu lebih cepat maka lebih baik. Jika Alena terus berada di dalam mansion David tanpa ikatan sudah jelas akan menimbulkan isu di luaran sana. Apalagi, saat mereka kencan banyak orang yang melihatnya, dan benar saja saat mereka sampai di mansion David membuka ponselnya sudah banyak isu beredar di i********:. Untung saja David gerak cepat menyuruh Farez untuk meretas akun-akun yang terlibat dalam isu berikut, sehingga tidak menyebar lebih luas lagi.
Hari ini, David sengaja meliburkan diri tidak masuk kantor. Pria itu akan mengajak calon istrinya pergi ke salah satu butik ternama di kota London. Tampak dia sedang menunggu Alena di ruang tamu seraya melihat-lihat ponselnya.
“Maaf membuatmu menunggu lama, Daddy,” ucap Alena yang baru saja turun dari tangga.
David tersenyum tipis, gadis cantik di hadapannya terlihat sempurna. Dia berbeda dari para wanita yang ingin mendekatinya. Semenjak berada di mansion, Alena tidak pernah menggoda David sedikit pun, justru Alena bersikap sinis, meskipun sesekali manja. Itu yang membuat nilai plus Alena di mata David.
“Cantik,” gumam David.
“Cantik?” tanya Alena, pria itu mengangguk seraya berdiri langsung merangkul pinggang Alena.
“Kita berangkat sekarang,” ucap David.
Mereka berjalan berdampingan, tampak para pelayan dan pengawal yang bekerja di mansion melihat keduanya dengan tatapan bahagia. Pasalnya, David tidak pernah sekalipun membawa seorang wanita ke mansion-nya. Bahkan, ada seorang wanita yang menyukai David sejak dulu selalu diusir oleh David jika berani berkunjung ke mansion-nya.
Rekan kerja wanitanya pun tidak ada yang pernah berkunjung, David selalu melakukan kegiatan di luar. Farez sang asisten sekaligus sahabatnya itu pernah menjuluki David sebagai orang penyuka sesama jenis. Akibat kelancangan Farez, pria itu membuat Farez mendekam di rumah sakit selama beberapa hari. David pernah berkata waktu itu, jika wanita yang tepat akan ada untuknya suatu saat nanti.
David membukakan pintu mobil, menyuruh Alena masuk ke dalam. Setelahnya, David berlari kecil untuk segera masuk ke dalam kursi pemudi. Dia mengingatkan Alena untuk memakai seatbelt-nya, setelah memastikan aman, David melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
“Daddy!” panggil Alena seraya menatap David.
“Ya, Baby?” sahut David, dia tetap fokus ke depan.
“Ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ucap Alena serius.
“Katakan!” perintah David.
“Daddy, kenapa seluruh pegawai mansion baik padaku?” tanya Alena.
“Karena kau baik,” jawab David santai.
Alena mendengus kesal. “Bukan itu maksudku. Tapi, kenapa mereka terlihat bahagia saat aku berada di dekatmu?” tanya Alena.
David tersenyum tipis. “Karena aku belum pernah membawa wanita ke dalam rumahku,” jawab David.
“Serius? Apa kau tidak pernah mempunyai hubungan spesial dengan wanita?” tanya Alena, membuat David menggeleng.
“Kau tidak sedang berbohong padaku?” tanya Alena lagi, David kembali menggeleng.
“Sepertinya kau penyuka sesama jenis yang sudah bertaubat,” cibir Alena.
David mendengus, dia menghentikan laju mobilnya secara tiba-tiba. Alena dibuat kaget olehnya, apakah dia marah? David menoleh ke arah Alena, memerhatikan gadis itu lekat. Sementara
Alena yang menyadari kesalahannya, hanya bisa menelan salivanya kasar.
“Apa kau sedang meragukanku?” tanya David seraya memajukan wajahnya ke dekat Alena, sontak gadis itu memalingkan wajahnya.
“Jika kau ragu, aku bisa membuktikannya di malam pertama,” ucap David seraya mengedipkan matanya sebelah, Alena bergidik ngeri.
“Dasar m***m!” teriak Alena seraya mencubit perut David.
Tawa terdengar pertama kalinya dari sosok David, tingkah laku Alena membuatnya berubah drastis dalam waktu beberapa hari saja. Kehadiran sosok Alena bagi David adalah sebuah pelengkap hatinya yang sudah lama dingin.
Setengah jam kemudian, mereka telah sampai di butik yang dituju. Mereka disambut hangat oleh para pekerja di sana, ada juga pelayan yang dengan sengaja curi-curi pandang terhadap David. Para pelayan sok pencari perhatian itu dengan cekatan menghampiri David, dan bertanya banyak hal yang tidak penting terhadap David, sangat tidak tahu malu. Hal itu membuat Alena kesal, meskipun David tidak menggubrisnya tetap saja Alena jijik terhadap tingkah laku murahan mereka.
“Apa kalian pegawai baru?” tanya David pada para pelayan yang sejak tadi menguntitnya.
“Iya, Tuan,” ucap mereka serempak.
“Panggilkan manager kalian untuk bertemu dengan saya!” perintah David, salah satu di antara ketiga pelayan sok cari perhatian itu pergi untuk memanggilkan manager.
“Kamu risi, Baby?” tanya David berbisik, Alena tentu saja mengangguk seraya menatap kedua pelayan itu tajam.
Tak lama kemudian, manager butik tersebut datang. Dia menyambut David dan Alena dengan hangat. “Selamat siang Pak David, Nona,” ucap manager menyapa keduanya.
“Siang, Chaterine,” jawab David.
“Siang,” jawab Alena seraya tersenyum.
“Ada yang bisa saya bantu Pak David?” tanya Chaterine.
“Saya kemari untuk melihat rancangan pakaian pengantin yang saya minta tadi malam,” ucap David.
“Mari saya antar,” ucap Chaterine ramah.
Wanita itu mempersilakan David dan Alena ke dalam sebuah ruangan khusus, tampak 2 gaun pengantin berwarna putih dan moca terpampang indah di sana, dengan rancangan khusus dipenuhi berlian yang mengkilap. Tak lupa tuxedo berwarna senada dengan gaun pengantin wanita ada di sampingnya dengan gagah.
“Oh My God, gaunnya cantik sekali!” puji Alena.
“Tentu saja, Nona. Pak David meminta dibuatkan gaun dengan rancangan khusus yang sangat megah untuk mempelai wanitanya,” ucap Chaterine seraya tersenyum.
“Terima kasih, itu cantik sekali. Boleh aku memegangnya?”
“Tentu saja, Nona.”
Chaterine membuka kaca yang menjadi penghalang, Alena antusias memegang gaun pengantinnya satu per satu, dia juga memegang tuxedo yang sangat megah di samping gaun tersebut. Chaterine sangat senang, pekerjaannya berhasil, itu artinya kerjanya tidak mengecewakan. Alena dan David disuruh untuk memakai baju tersebut, ternyata ukurannya benar-benar pas di tubuh mereka. Sungguh menakjubkan.
“Saya suka kerjamu, Chat,” ucap David.
“Terima kasih, Pak,” sahut Chaterine.
Setelah mencoba pakaian dan merasa pas, David dan Alena ditemani Chaterine mengelilingi butik tersebut. David sebenarnya hanya ingin memastikan jika para pelayan tadi masih mengikutinya atau tidak, dan ternyata mereka masih mengikuti di belakang. Rey tersenyum tipis.
“Mohon maaf Chaterine, ada yang saya tidak suka dari cara kerjamu,” ucap David sedikit meninggikan suaranya.
Chaterine menjadi gelagapan, dia benar-benar takut sekarang. “A-apa itu, Pak?” tanya Chaterine.
“Caramu merekrut pelayan di sini. Mulai esok, pastikan mereka memakai pakaian yang benar kerja yang benar untuk melayani pembeli, jangan sampai mereka menggoda para pria kaya. Jika itu masih terjadi, berikan pilihan antara kau atau mereka yang harus dipecat!” tegas David.
“Saya permisi,” ucap David seraya menjabat tangan Chaterine yang sudah bergetar.
“Saya juga permisi, Chaterine,” ucap Alena.