Maybe?

1947 Kata
Di suatu pagi, seorang wanita cantik tengah sibuk membersihkan dapur, sepertinya dia baru saja selesai memasak. Ia menggunakan pakaian khas maid dari pack silvermoon. Tidak akan ada yang menyangka bahwa wanita cantik itu adalah seorang maid. Ia itu adalah Anna Grace anak dari alpha Jue Viole Grace dan luna Rainha Grace dari pack redmoon. Dua tahun yang lalu pack Redmoon diserang oleh pack Silvermoon. Alpha dari pack Silvermoon adalah Thomas Sanders. Padahal, pack Redmoon dan pack Silvermoon adalah sekutu terlebih lagi, Viole dan Rainha adalah sahabat dari orang tua Thomas yang bernama Mikhel Sanders dan Shella Sanders. Viole yang terlebih dulu mengetahui kalau yang menyerang packnya adalah Thomas, Viole langsung menyuruh pasukannya untuk menyerah karena melihat iris mata Thomas yang berwarna merah bukan berwarna biru. Ia mengetahui satu hal saat itu bukan Thomas yang menyerang packnya, tentu saja Anna tidak mengetahui hal itu karena ia sudah diculik oleh pasukan Thomas sebelum Viole menyadari hal itu. "Anna! Bawa ini ke ruangan alpha Thomas!" Perintah kepala maid pada Anna yang masih sibuk mengelap alat dapur yang baru saja ia cuci. Kepala maid itu bernama Mary, ia menyodorkan sebuah plastik hitam entah apa di dalamnya Anna tak mau ambil pusing akan hal itu. "Kenapa harus aku?" Tanya Anna pada Mary sambil menunjuk dirinya sendiri. Kenapa Anna tidak langsung menjawab 'iya'? Karena ia tidak mau bertemu dengan Thomas, orang yang telah menghancurkan hidupnya, yang telah merebut pack yang dipimpin orang tuanya. "Tak ada maid yang lain selain kamu di sini." Jawab Marry sambil melihat sekitarnya. Dan memang benar hanya ia dan Anna yang berada di dapur. Anna mengumpat dalam hati. "Tapi" Ucap Anna menggantung. "Tak ada tapi-tapi. Bawa ini sekarang juga!" Tegas Marry. Anna tak bisa menolak. Lalu Anna segera mengambil plastik hitam itu dan membawanya kepada orang yang telah menghancurkan hidupnya. Di lorong yang Anna lewati saat ini, tak sengaja ia melihat seorang maid yang sangat dikenalnya, dia adalah sahabat Anna sejak ia baru pertama kali menjadi maid di pack ini. Namanya adalah Lina Karla. "Lina." Sapa Anna pada Lina. Merasa dirinya dipanggil refleks Lina mencari sumber suara dan menemukan Anna yang memanggilnya. "Oh, Anna." Responnya sambil melambaikan tangannya agar Anna menghampirinya. Anna pun segera menghampiri sahabatnya itu. "Boleh aku minta tolong?" Tanya Anna to the point saat ia telah berada dihadapan Lina. "Minta tolong apa?" Tanya Lina balik, ia tidak berniat untuk menolak kalau Anna meminta bantuannya. "Tolong bawa ini ke ruangan alpha Thomas." Jawab Anna sambil memperlihatkan kantong plastik hitam yang ia bawa. "Hmm. Kau selalu saja menghindar, padahal alpha Thomas sangat tampan. Kau akan menyesal jika tak melihatnya." Ucap Lina sambil mengambil kantong plastik hitam yang Anna sodorkan padanya. "Aku tak pe-du-li! Mau dia tampan, gagah. Aku tak peduli!" Ucap Anna menekan semua kata yang terucap dari mulutnya lalu diam sebentar. "Karna yang dapat meluluhkan hatiku hanya mateku seorang." Lanjut Anna dengan senyum yang merekah. Mendengar ucapan Anna, Lina hanya menggelengkan kepalanya. "Ternyata begini nasib seorang gadis jika belum bertemu dengan matenya. Miris memang. Kalau begitu aku pergi." Anna terdiam mendengar ucapan Lina yang telah berlalu setelah menepuk pundaknya. Benar ia belum bertemu dengan matenya! Dan Anna sangat berharap jika ia bertemu dengan matenya, ia akan membawa Anna pergi dari tempat ini. Dan ia akan membantu Anna untuk membebaskan orang tua Anna yang masih berada di penjara bawah tanah. Kapan Anna bertemu dengan matenya? Ia sangat ingin bertemu dengan matenya. Apakah ia seorang werewolf? Ataukah ia seorang vampire? Atau mungkin ia seorang manusia? Apapun dia, Anna akan menerima dia apa adanya, karna dialah yang telah disiapkan oleh moongoddes pada Anna. Jadi dialah yang terbaik untuk Anna. Lain lagi kalau ia yang direject oleh matenya, ia pun terlihat murung. Anna pun kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. . . . . . . Lina berjalan mendekati pintu ruang kerja Thomas, dilihatnya seorang laki-laki yang tak asing baginya. Laki-laki itu adalah Andrian, beta Thomas sekaligus matenya. Tidak ada yang tahu kalau mereka adalah sepasang mate karena Lina meminta Andrian untuk merahasiakannya. Lina tersenyum saat Andrian melihatnya. Andrian membalas senyuman Lina, ia pun melihat sekitarnya, sepi. Dengan cepat Andrian menghampiri Lina. "Ada keperluan apa kesini? Kangen aku ya." Ucap Andrian menggoda Lina. "Aku mau bertemu dengan alpha Thomas." Jawab Lina jujur dan serius. Andrian tergelak, terbersit rasa cemburu di hatinya ketika Lina menyebut nama laki-laki lain dihadapannya. Apalagi kalau ia tahu laki-laki yang Lina sebut itu termasuk kategori 'tampan'. "Ada urusan apa kamu bertemu dengannya?" Tanya Andrian ketus tanpa melihat Lina yang sedang menahan tawanya karena melihat Andrian yang merajuk. Dengan gemas Lina menangkup wajah Andrian dengan kedua tangannya. "Aku mau memberikan ini padanya." Ucap Lina sambil menunjukkan plastik hitam pada Andrian. Andrian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bisa-bisanya ia cemburu pada matenya yang telah ia tandai itu. Ya, mereka sudah menikah. Mereka menikah setelah setahun Andrian menjadi seorang Beta. "Apa itu?" Tanya Andrian basa-basi karena sebenarnya ia sudah tahu apa isi plastik hitam itu. "Aku tidak tahu. Aku tidak berani membukanya." Jawab Lina jujur lalu ia memberikan Andrian plastik itu. "Kau saja yang berikan." Lanjutnya, ia pun melangkahkan kakinya untuk pergi. "Cepat sekali perginya, kamu tak merindukan mate sekaligus suamimu yang tampan ini?" Andrian menghentikan langkah Lina. "Aku merindukanmu. Tapi, ini bukan tempat yang tepat untuk melepas rindu. Nanti ada yang lihat." Ucap Lina berusaha melepaskan tangannya dari genggaman kuat Andrian. "Ciuman 5 menit saja." Bujuk Andrian. "Enggak!" Tolak Lina tegas. "Kalo gitu 4 menit." Tawar Andrian. "Enggak! Nanti ada yang lihat." Ucap Lina sambil melihat sekitarnya yang sangat sepi. "3 menit atau kamu nggak akan pergi dari sini." Ucap Andrian mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Lina menyerah, dengan terpaksa eh bukan Lina juga menginginkan hal ini, ia sangat merindukan Andrian. Karena pekerjaan mereka jarang bertemu. Lagi pula ia tidak ingin ada yang mengetahui hubungan mereka. Andrian tersenyum penuh kemenangan. Ditariknya Lina agar masuk ke dalam pelukannya diangkatnya dagu Lina agar sejajar dengan tingginya. Mata mereka bertemu, setelah itu mereka berciuman selama 3 menit atau lebih. . . . . . Toktoktookk  Andrian mengetuk pintu ruang kerja Thomas. "Masuk!" Suruh Thomas tanpa melihat ke arah pintu. Ia sedang sibuk dengar berkas-berkas yang ada di hadapannya sekarang. Tak lama, muncullah Andrian dari balik pintu.  "Ada apa Andre?" Tanya Thomas pada Andrian yang telah bediri di hadapannya. Andre adalah nama panggilan Andrian dari Thomas. "Ini ramuan yang harus anda minum agar 'dia' tidak muncul untuk sementara waktu." Jawab Andrian sambil menyerahkan plastik hitam yang diberikan Lina padanya. Thomas menerima plastik itu dan membukanya. Terlihatlah beberapa botol ramuan kecil dengan ukuran yang sama. "Karena 'dia' aku harus minum ramuan ini. Hah! Menyebalkan." Keluh Thomas menatap ramuan yang ada di hadapannya. "Lalu, apa kau sudah menemukan peramal itu?" Tanya Thomas mengalihkan pembicaraan. "Iya, alpha. Saya sudah menemukannya. Sekarang dia ada di luar." Jawab Andrian sopan. "Suruh dia masuk!" Perintah Thomas tegas. "Baik, alpha." Ujar Andrian cepat lalu langsung memindlink peramal itu untuk masuk. Tak lama pintu ruang kerja Thomas terbuka lagi. Dan terlihatlah seorang yang cukup tua memasuki ruangan itu. "Kenapa alpha memanggil saya?" Tanya peramal itu sopan dengan kepala yang menunduk. "Tentu saja. Aku ingin kau meramalku. Kapan aku bisa bertemu dengan mateku?" Jawab Thomas sekaligus bertanya. Sampai sekarang ia belum bertemu dengan matenya. "Anda akan bertemu dengannya sebentar lagi." Jawab peramal itu sambil menatap dalam mata Thomas yang berwarna biru. Dia bisa membaca masa depan seseorang hanya dengan melihat mata orang itu beberapa detik. "Kapan? Aku sangat ingin bertemu dengannya!" Thomas mengacak rambutnya gemas, ia benar-benar frustasi. "Sebentar lagi, di ruangan ini." Jawab peramal itu tenang, namun raut wajahnya perlahan berubah. "Sebentar lagi? Di sini? Kenapa raut wajahmu berubah seperti itu?" Tanya Thomas beruntun, tidak sabaran. "Iya. Tapi, saat itu iris mata Anda berwarna merah, bukan biru." Jelas peramal itu menjelaskan apa yang ia lihat di masa depan. Andrian dan Thomas terkejut. Mereka menatap peramal dan ramuan yang ada di meja kerja Thomas. "Kenapa 'dia' muncul saat aku bertemu dengan mateku?!" Thomas mulai kesal. "Kalau saya boleh tahu siapa yang anda maksud?" Tanya peramal itu. "Other sideku. Jika iris mataku berubah menjadi merah maka itu bukan aku tapi other sideku." Jawab Thomas menjelaskan pada peramal itu. Peramal itu menatap mata Thomas lagi, kini jauh lebih lama. Dan dia melihat masa lalu Thomas. Yang muncul dalam penglihatannya adalah.. "Alpha, sepertinya other side anda telah memasang mantra sihir yang membuat ia akan muncul secara otomatis jika anda bertemu dengan mate anda." Peramal itu menjelaskan apa yang ia lihat dari masa lalu Thomas. "Apa?!! Berani-beraninya dia!!" Amarah Thomas semakin memuncak. Other sidenya telah merusak segalanya. Karena dia Thomas tidak bisa bertemu dengan matenya. "Bisakah kau memberitahuku di mana keberadaan mateku sekarang?" "Dia berada di sini, di pack ini alpha. Ia bekerja di sini sebagai seorang maid." Jawab peramal itu. "Maid? Astaga! Apa yang telah ia perbuat selama ia mengambil alih tubuhku?!" Thomas menjambak rambutnya kasar sebagai pelampiasan kemarahannya. "Kau boleh pergi." Ucap Thomas setelah bisa mengontrol emosinya . Peramal itu mengangguk lalu pamit undur diri. Sedangkan Andrian masih menunggu perintah lain dari Thomas. "Perintahkan semua maid yang ada di mansion ini untuk menghadap padaku! Berikan aku data lengkap mereka! Aku ingin bertemu dengan mateku secepatnya!" Perintah Thomas akhirnya. "Baik, alpha." Ucap Andrian menyanggupi perintah yang diberikan Thomas padanya. . . . . . "Apa kau mendengar beritanya?" Tanya Lina kepada Anna. "Berita apa?" Tanya Anna balik. Karna ia tak tau berita apa yang sahabatnya maksud. Saat ini mereka sedang istirahat karena mereka telah melakukan semua pekerjaan. Karena maid di pack silvermoon mempunyai 3 jadwal yaitu pagi sampai siang, siang sampai sore, dan sore sampai malam. Anna dan Lina memiliki jadwal yang sama yaitu pagi sampai siang.  "Semua maid di mansion ini diperintahkan untuk menghadap kepada alpha Thomas." Jawab Lina senang. Ia mengetahui berita itu dari Andrian. Anna terkejut bukan main. Bagaimana tidak? Selama 2 tahun Ia berusaha untuk tidak bertemu dengan orang yang telah menghancurkan hidupnya, dan sekarang ia diharuskan untuk bertemu dengannya. "Kenapa alpha Thomas memerintahkan kita semua untuk menghadapnya?" Tanya Anna. Anna benar-benar penasaran akan hal itu. Yah mungkin, jika bukan hal penting ia bisa tidak ikut menghadap pada Thomas. "Katanya sih, alpha Thomas sedang mencari matenya." Jawab Lina, masih dengan senyum yang merekah di wajahnya. "Kenapa kau terlihat senang sekali? Bukankah, kau sudah bertemu dengan matemu?" Tanya Anna berusaha menghilangkan senyuman yang ada di wajah sahabatnya. Tapi, itu semua sia-sia. Senyuman Lina tak berubah sedikit pun. "Iya, aku memang sudah bertemu dengan mateku. Tapi, tak ada salahnya kan jika sekali-kali cuci mata lihat laki-laki tampan. Lagipula, aku jarang sekali bertemu dengan mateku." Jawab Lina antusias, sebenarnya ia ingin bertemu dengan Andrian bukan Thomas. Padahal ia baru saja bertemu dengan matenya, Andrian. "Hmm.. terserah deh." Anna menyerah melawan Lina berbicara itu terlalu banyak menghabiskan waktunya karna Lina tak pernah mau mengalah. Beberapa saat kemudian waktu para maid menghadap Thomas pun tiba.. "Apakah kita dipanggil secara acak atau menurut abjad?" Tanya Anna pada Lina. "Entahlah" Jawab Lina yang memang tidak tau jawaban dari pertanyaan Anna. 'Aduh! gimana ni? jika menurut abjad maka aku yang akan dipanggil untuk pertama kalinya. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus pasrah?' Batin Anna terus bertanya seperti itu. Sampai Lina dipanggil lebih dulu. "Huftt, syukurlah." Anna menghela nafas lega setelah ia mengetahui bukan dirinyalah yang dipanggil untuk pertama kali. 30 menit kemudian.. "Anna Grace!" Panggil Andrian. Dialah yang mengabsen para pelayan untuk menghadap kepada Thomas. Anna yang merasa namanya dipanggilpun melihat sekelilingnya, hanya dialah yang berada disana. Dia yang menjadi pelayan terakhir untuk menghadap kepada Thomas. "Anna Grace!" Panggil Andrian sedikit berteriak karna yang ia panggil tak bergerak dari tempatnya. Mendengar namanya dipanggil untuk kedua kalinya Anna melangkahkan kakinya ke ruangan yang telah di sediakan dan tentu saja Thomas berada di dalamnya. 'Aroma yang sangat memabukkan. Apa mungkin orang yang telah menghancurkan hidupku adalah mateku?'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN