Memberi Alibi yang Tak Terduga

1436 Kata
Malam ini, Caitlin membeli makanan dari luar untuk disantap oleh keluarganya. Karena sudah lelah untuk memasak dan kebetulan ada makanan favorit mereka, maka ia memutuskan untuk membawa pulang menu makan malam hari ini. Bevrlyne dan Velgard yang sudah kelaparan benar-benar menikmati makanan yang ibu mereka bawakan, keduanya segera melupakan apa yang mereka saksikan dari video yang dikirim oleh Jace pada Velgard. Acara makan malam yang dilakukan oleh tiga orang itu berlangsung cukup cepat karena tak ada kendala apa-apa. Hal yang ketiganya tunggu segera tiba setelah mereka selesai makan malam. Caitlin yang pertama kali memulai topik percakapan yang sudah bisa ditebak oleh Bevrlyne dan Velgard tentang apa yang hendak dibahas. “Jadi, bagaimana kewajiban kalian?” tanya Caitlin pada keduanya. Ia seperti meminta laporan dari kedua anaknya itu. Tentu saja Bevrlyne dan Velgard bisa menjawab dan memberi laporan dengan jawaban yang sebenarnya mengenai hal yang satu ini. “Soal tugas tambahan itu, aku sudah menyelesaikannya.” Velgard yang pertama kali menjawab. “Aku juga, itu membuatku harus pulang malam.” Bevrlyne menimpali dengan agak cemberut. “Bagus kalau kalian sudah belajar bertanggung jawab. Lain kali pikirkan dulu sebelum berbuat, aku tak ingin hal seperti ini kembali terulang. Ini benar-benar membuatku tak senang.” Caitlin berbicara begitu tegas saat memberi nasihat pada dua anaknya. “Kami tahu, itu sesuatu yang buruk,” ucap Velgard pelan, ia tidak mau mendapat omelan dari ibunya setelah sepanjang hari berurusan dengan kekuatan yang menyebalkan itu. “Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada kalian? Jangan ada rahasia di antara kita.” Caitlin akhirnya pada topik utama percakapan mereka. Inilah yang dirinya tagih sejak sore tadi, penjelasan yang belum sempat dirinya dengar karena ada urusan yang mendadak. Tentu saja, Bevrlyne dan Velgard juga sudah menduga akan mendapatkan pertanyaan ini. “Aku harap kalian tidak memulai menjadi berandalan yang suka minum dan mengonsumsi obat terlarang.” Caitlin melanjutkan ucapannya. Dan ini juga sudah dapat mereka duga, ibu mereka menganggap bahwa keduanya melakukan hal-hal yang terlalu nakal. “Sebenarnya ....” Bevrlyne sengaja memanjangkan ucapannya, ia menggantung sambil menoleh pada Velgard. “Kami melakukan truth or dare!” Velgard tiba-tiba berseru seolah ia tidak memikirkan atau menyerap apa yang hendak dirinya katakan terlebih dulu. “Apa?” tanya Caitlin begitu kerasnya. Bevrlyne sendiri hampir mengeluarkan kata yang sama karena ia sama sekali tak menyangka bahwa saudaranya akan memberikan alibi seperti itu. Untunglah ia tidak menyerukan kata apa pun sehingga ibu mereka tidak curiga, apalagi saat ini fokus keduanya sedang tertuju pada Velgard. “Bisa kau ulangi?” pinta Caitlin seolah ia salah dengar atau merasa bahwa putranya sedang bercanda. Rasanya tidak mungkin melakukan permainan bisa sampai membuat masalah sebesar itu. Velgard tampak memasang wajah biasa saja, ia tidak tampak seperti sedang berbohong atau bercanda, ia menanggapi ekspresi dua wanita di hadapannya biasa saja. “Kami melakukan truth or dare.” Velgard mengulang menegaskan apa yang dirinya katakan. “Tapi karena tantangannya biasa-biasa saja, kami memutuskan untuk memberi tantangan yang lebih menantang lagi. Kami tak menyangka bahwa semua permainan kami malah berakhir seperti ini.” “Kau tidak sedang memainkan lelucon padaku, bukan?” tanya Caitlin yang jelas sangat tak percaya. “Mom, aku mengatakan hal yang sebenarnya. Tantangan yang kuterima adalah membuat Mrs. Jordan marah. Tapi aku tak sampai menduga bahwa kemarahannya begitu parah sampai membuatku terancam terkena skors.” “Ya, aku juga, aku mendapat tantangan untuk mengusili teman sekelasku,” ujar Bevrlyne yang menimpali, ia mengikuti permainan yang Velgard lakukan agar kebohongan mereka bisa dipercaya. “Apa? Jadi kau juga?” tanya Caitlin pada Bevrlyne. “Ya, waktu di toilet juga, aku ditantang untuk menghancurkan cermin, tapi para wanita yang datang malah memarahiku, aku kesal dan kami terjadi adu mulut, lalu aku tak sengaja memukulnya, jadi terjadilah perkelahian di toilet.” Bevrlyne menerangkan sebisa mungkin ia berbicara begitu meyakinkan agar ibu mereka bisa percaya. “Lalu bagaimana dengan beberapa murid lelaki yang pingsan?” tanya Caitlin lagi. Karena rasanya ia mustahil bisa menerima anak perempuannya bisa menjatuhkan anak laki-laki sampai pingsan. “Ah, mengenai itu.” Bevrlyne seperti diingatkan. “Ada beberapa lelaki yang datang hendak memisahkan kami, tapi aku dan Helena mendorong mereka agar enyah. Salah satu dari mereka hendak mengancam kami agar berhenti tapi dia malah menjebol pintu bilik toilet dengan wajahnya sendiri.” Ia menuturkan alasan mengapa kejadian itu terjadi. Entah kenapa, ia bisa berbicara begitu mudah melanjutkan kebohongan itu begitu mudahnya seolah sudah direncakan sejak awal. Padahal nyatanya mereka sama sekali tak merencanakan kebohongan ini. “Yang benar saja.” Caitlin tampak masih tidak memercayai apa yang kedua anaknya katakan. Untung nya mereka tak terlihat seperti sudah mengonsumsi obat terlarang atau minuman memabukkan, maka dari itu meski tidak percaya, Caitlin masih lega melihat kedua anaknya yang tampak seperti biasanya. “Itu yang terjadi sebenarnya.” Bevrlyne menekankan. “Kalian tahu, permainan pun ada batasnya. Kenapa kalian melakukan truth or dare sampai seburuk ini? Tidakkah kalian memikirkan apa kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi sebelum melakukan semuanya?” tanya Caitlin disertai nada agak marah, tapi ia tidak sampai membentak. “Mungkin kalian melakukan permainan ini untuk lelucon, cari hiburan atau bahkan untuk menantang diri, tapi tetap ada batasan untuk melakukan ini semua. Tindakan yang kalian lakukan benar-benar buruk untuk dikatakan sebagai permainan.” “Maaf, kami memang tidak berpikir sejauh itu.” Velgard membalas mencoba meyakinkan. Caitlin menggeleng pelan lalu menarik napas sebelum ia kembali mengangkat wajah memandang kedua anaknya. “Baiklah, terlepas dari apa yang kalian katakan benar atau tidak, aku sudah tidak mempermasalahkannya selagi kalian menyesal dan sudah mau bertanggung jawab.” Akhirnya Caitlin mulai melembut. Sepertinya ia memang sudah merasa cukup dengan perbaikan yang kedua anaknya lakukan. “Yang kuinginkan selanjutnya dari kalian adalah untuk jangan berlebihan melakukan permainan, harus tahu batasan dan jangan sampai melanggar aturan sekolah. Aku ingin kalian tetap menjadi anak baik yang bisa kubanggakan.” Ia tersenyum saat mengatakan itu. “Kami tidak akan melakukannya lagi, sudah cukup masalah yang terjadi hari ini,” ucap Velgard yang terdengar tak mau melakukan kesalahan yang sama. “Aku juga. Itu membuatku terlihat benar-benar mengerikan.” Bevrlyne menimpali. Mereka selamat dengan melakukan kebohongan ini, bukan hanya kekuatan mereka bisa “Kabar buruknya, tak satu pun yang ada di tempat kejadian ingat apa yang telah terjadi, bahkan setelah rapat orang tua dan seluruh dewan sekolah, kami tak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Rapat itu mengharuskan aku meminta maaf lalu mencari solusi yang tepat untuk mengurus masalah ini. Untung saja kepala sekolah membantuku.” Caitlin menjelaskan panjang lebar. Ternyata urusan mendadaknya adalah pembahasan mengenai apa yang mereka perbuat. “Aku yakin besok akan beredar berita tentangmu dalam berbagai versi karena kejadian yang terjadi waktu itu benar-benar tidak jelas.” Caitlin memandang Bevrlyne. “Aku tak akan senang mendengarnya,” balas Bevrlyne sarkasme. “Karena semua sudah jelas, maka tidak ada lagi yang ingin kita bahas. Selamat malam, anak-anak.” Caitlin yang sudah merasa amat lelah lebih dulu meninggalkan ruang makan. Setelah mereka saling berpamitan, Velgard dan Bevrlyne merapikan alat makan mereka lalu membawa ke dapur. Tentu saja, tanpa harus disuruh mereka memiliki inisiatif melakukan hal itu karena ini sudah merupakan kebiasaan bagi keluarga kecil ini. “Bev, apa kekuatanmu yang membuat orang-orang lupa?” tanya Velgard. Ia tiba-tiba mendapatkan kesimpulan ini setelah mendengarkan penjelasan dari ibu mereka beberapa detik sebelumnya. Orang-orang yang terlibat dalam insiden itu melupakan kejadian yang sebenarnya, mungkin ada sebagian kecil yang tersisa atau mereka memiliki ingatan lain mengenai kejadian itu. Bevrlyne langsung menggelengkan kepalanya. Ia sendiri tidak merasa memiliki kekuatan semacam itu. “Aku tahu kalau kekuatanku tak terkendali, tapi membuat orang lupa ingatan bukan dari kekuatanku, apalagi dengan kepala sebanyak itu.” Ia menjawab sambil menaruh piring ke dalam bak cucian. “Ini aneh, apabila mereka benar-benar melupakan perbuatanmu, maka harusnya ada yang memiliki kekuatan untuk membuat lupa ingatan.” “Bagaimana denganmu? Mungkin saja secara tak sengaja kau yang melakukannya.” Bevrlyne menebak membuat Velgard bertanya-tanya dalam kepalanya. “Ada kemungkinan seperti itu, mungkin saja secara tak sengaja aku mengaktifkan nya ketika masuk untuk menyadarkan dirimu.” “Sudahlah, tak perlu dipikirkan, anggap saja itu kabar baik karena kita bisa aman untuk sementara waktu.” “Kau benar.” Setelah itu mereka meninggalkan dapur lalu kembali pada kamar mereka untuk segera tidur juga. Hari itu berakhir dengan masalah yang terselesaikan, meski tidak benar-benar selesai sepenuhnya, tapi mereka bisa lega karena tidak ada beban atau suatu tuntutan. Meski masih ada satu misteri yang membuat mereka bertanya-tanya, yaitu mengenai ingatan orang-orang yang hilang. Tapi karena hal itu bukan sesuatu yang burukーjustru itu sangat membantu, maka mereka memutuskan untuk tak memikirkannya. Apabila mereka harus mendapatkan jawabannya, mungkin mereka akan tahu dengan sendirinya nanti. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN