Shanna memasuki rumahnya yang berada tepat di sisi kanan Mansion Legiond.
Dia membiarkan supir rumahnya memasukan mobil ke dalam garasi rumahnya.
Bahkan sepertinya 'rumah' merupakan kata yang terlalu sederhana untuk menggambarkan tempat dimana Shanna tinggal.
Dia menatap ke ruang keluarga.
Mama dan adik adiknya ada disana.
"Kamu baru pulang? Mandi, makan lalu pergi istirahat. Mama tahu kamu pasti lelah." ujar Mama ketika melihat Shanna memasuki ruang keluarga masih dengan kemeja kerja yang yang dilipat sampai siku.
Shanna tersenyum dan mengangguk.
Tapi kaki nya justru mengarah pada sofa yang ada di sana dan membaringkan dirinya.
"Kali ini ada apa lagi?"
Shanna kembali membuka kedua mata nya dan menghembuskan nafasnya kesal.
"Seratus juta" jawaban singkat Shanna membuat Mama nya terkesiap
"Lalu bagaimana? Sudah menemukan solusi untuk menutupinya?" tanya Rachell, Mama dari Shanna
Shanna menggeleng pelan.
Rachell menghela nafasnya dan mengusap rambut anaknya dengan lembut.
"Nanti kita bicarakan dengan Papa. Mungkin perusahaan Papa bisa membantu atau Papa mempunyai solusi lain." ujar Rachell menenangkan
Shanna menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar.
Hanya di rumah ini dia bisa melepas wajah dingin nya.
Jadi tidak akan dia biarkan siapapun merusak kehangatan rumah ini.
Apapun akan Shanna lakukan. Jika itu demi keluarga nya.
Apalagi tadi Shanna sampai menampar Annie, anak dari Aunty tertua nya yang sangat di manja.
Bisa di pastikan Aunty nya itu akan berbuat sesuatu ketika mengetahui hal tersebut.
Harus Shanna bilang, Aunty nya sedikit gila.
Dia bisa melakukan apapun untuk membuat ambisinya jadi nyata. Bahkan itu hal buruk sekalipun.
Jadi, Shanna jelas harus melakukan hal yang sama kan?
Shanna menoleh ke kiri ketika pipi nya basah oleh ciuman yang di layangkan oleh adik nya yang paling kecil.
"Hallo, baby" sapa Shanna sambil tertawa kecil. Dia kembali duduk dan mengangkat adik nya dalam gendongan.
Adiknya tertawa ketika Shanna melayangkan ciuman bertubi tubi ke wajah mungilnya.
"Alanna, biarkan kakak mu istirahat. Kamu sama Mama ya!" ujar Rachell sambil mengambil baby Al dari gendongan Shanna
"Kamu mandi ya. Terus istirahat." lanjut Rachell pada Shanna
Shanna mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya.
Dia meninggalkan ruang keluarga dan memasuki kamarnya di lantai dua.
Shanna merebahkan dirinya di ranjang berukuran King Size. Dia menelungkupkan wajahnya pada bantal dan hampir saja tertidur jika saja dia tidak ingat belum membersihkan dirinya.
Shanna menatap langit langit kamarnya. Dia termenung memikirkan keluarga besarnya.
Kali ini..
Entah apa yang akan di rencanakan oleh Aunty nya. Yang jelas sudah pasti dia tidak akan membiarkan anaknya begitu saja di tampar oleh Shanna.
Shanna mengepalkan tangannya.
Aunty nya tidak akan menyerang Shanna secara langsung. Dia pasti akan memakai cara lain untuk membalas Shanna yang menampar Annie.
Aunty nya tidak ceroboh untuk mengetahui dengan jelas jika Shanna mendapat perlindungan penuh. Berbeda dengan adik Shanna yang memang lebih banyak diam di rumah dan lebih sedikit pengawalan.
Shanna meraih smartphone nya. Dia menatap Smartphone terbaru yang akan di launching dua bulan lagi.
Tapi Shanna memiliki kehormatan sebagai pemilik pertama nya.
Jarinya bergerak lincah menekan deretan angka acak yang sudah di hafalnya.
"Ya, Nona?" terdengar sahutan dari sana
"Tolong kerahkan beberapa pengawal untuk mengawal rumahku" perintah Shanna
"Tentu, Nona. Boleh aku bertanya berapa pengawal yang kau minta?" tanya seseorang dari ujung sana
Shanna beranjak dari ranjang nya dan menatap jendela kamarnya yang mengarah langsung pada gerbang rumahnya.
"Dua puluh. Aku butuh dua puluh. Usahakan jangan ada siapapun yang mengetahui hal ini. Tolong awasi mansion Legiond dan rumahku. Juga tolong kawal adik atau orang tua ku jika mereka keluar dari rumah." jawab Shanna datar
"Tentu, Nona." sahutnya dan Shanna langsung menutup panggilan suara itu.
Tatapan nya lalu mengarah pada mansion Legiond.
"Ku harap mereka semua tidak mengambil tindakan bodoh" gumam Shanna
♾♾♾
Shanna keluar dari kamar nya untuk jam makan malam. Rambutnya digulung membentuk cepolan tinggi. Memamerkan leher jenjang dan kulit putihnya.
Shanna melangkah ke meja makan, semua anggota keluarga nya sudah menunggu Shanna sambil berbincang ringan.
"Shanna setelah makan, kita ke ruang kerja papa ya." ujar ayahnya, Ryan ketika Shanna baru saja
Shanna mengangguk.
Dari kata kata nya, Shanna jelas tahu jika Mama nya sudah mengatakan tentang uang perusahaan yang hilang.
Tak lama kemudian, makan malam dihidangkan. Semua makan dengan tenang. Selain karena tata krama kesopanan, keluarga Legiond memang tidak terbiasa makan sambil berbicara.
Tata krama yang sudah di ajarkan sejak dini di keluarga Legiond.
Hanya dentingan sendok dan garpu yang mengisi keheningan itu.
Hingga lima belas menit kemudian, Shanna mengambil tissue dan mengusap ujung bibirnya. Hanya sekedar memastikan tidak ada sisa makanan yang menempel di sudut itu.
"Aku sudah selesai" ujar Shanna
Tak lama, anggota keluarga Shanna yang lain juga sudah menyelesaikan makan malam mereka.
"Shanna, ayo" ajak Ryan pada anaknya
Shanna mengangguk dan beranjak mengikuti langkah Ryan.
"Tadi Mr. Tanaka memberiku info tentang penggelapan dana perusahaan" ujar Ryan membuka pembicaraan sesampainya mereka di ruang kerja Ryan
Shanna mengangguk dan kembali menyamankan dirinya di kursi tamu yang bersebrangan dengan kursi kebesaran Ryan.
"Aku kira Mama yang memberitahu" sahut Shanna
Ryan terkekeh dan mengangguk.
"Mama juga. Begitu melihat Papa senggang, Mama langsung memberitahu Papa." jelas Ryan
"Shanna, jujur pada Papa. Sudah berapa kali ada penggelapan dana di perusahaan Legiond?" tanya Ryan. Dia menatap serius anaknya.
"Ini ketiga kali nya." jawab Shanna
Ryan menghela nafasnya. Sedikit terkejut juga kesal di saat yang sama.
"Kenapa kamu tidak memberitahu Papa? Jadi ini yang membuat mu gelisah selama ini?" tanya Ryan. Dia memandang anak sulung nya dengan raut kecewa.
"Bukannya aku tidak mau memberi tahu Papa. Tapi aku rasa, itu tanggung jawabku. Sebelum memutuskan untuk bercerita, aku harus mencari jalan keluar sendirian. Dan jika aku tidak menemukan hal itu, aku baru memutuskan untuk memberitahu orang terdekatku untuk meminta bantuan." jawab Shanna
Ya, ini alasan lain Shanna tidak ingin melibatkan kedua orang tua nya. Dia ingin mencari jalan keluar sendiri dari masalah di perusahaan yang ia pimpin.
Sudah seharusnya Shanna bertanggung jawab atas segala yang terjadi di perusahaan nya.
"Apa ada orang lain yang mengetahui hal ini?" tanya Ryan
Shanna menggeleng.
"Hanya Papa, Mama, Paman Tanaka dan Annie. Aku tadi pergi menemuinya untuk memaksanya membayar apa yang dia ambil." jawab Shanna
Ryan menghela nafas dan mengangguk. Dia cukup takjub dengan cara Shanna mengatasi masalah.
Menjadi pemimpin dari perusahaan raksasa memaksa Shanna untuk bersikap lebih dewasa dari usia aslinya.
Dunia orang dewasa itu menakutkan bagi Shanna.
Semua orang berlomba lomba memamerkan senyuman palsu hanya untuk kepentingan bisnis.
Karena itu Shanna tidak sesumbar tentang perusahaan nya yang sedang melorot.
Seratus juta mungkin adalah uang kecil bagi prusahaan raksasa seperti The Legiond.
Tapi harus diingatkan, seratus juta bisa menunjang kehidupan sepuluh karyawan yang bekerja di bawah naungan perusahaan nya.
"Annie juga yang kemarin mengambil uang puluhan juta. Yang pertama hanya empat puluh juta, yang kedua enam puluh juta dan kali ini seratus juta." gumam Shanna
"Entah apa tujuan nya. Tapi aku kira biaya kuliahnya baik baik saja. Aunty Jemma dan Uncle Jhon tidak jatuh miskin dan kesusahan membiayai kuliah nya, kan? Tidak mungkin orang licik seperti mereka jatuh miskin." sarkas Shanna
Ryan terkekeh pelan.
Sikap sinis istrinya menurun pada anaknya.
"Sepertinya Annie membeli mobil baru. Papa pernah melihat ada yang mengantarkan mobil nya ke rumah Jemma." ujar Ryan
Shanna mendengus keras.
"Aku tidak peduli." dengus Shanna
Tawa Ryan semakin keras. Terlebih melihat wajah anaknya yang datar.
"Papa kira kamu mau mobil baru?" goda Ryan
"Tidak. Lagipula aku selalu pergi dengan supir. Semua fungsi mobil sama dimata ku. Tidak peduli itu keluaran terbaru atau edisi lama" jawab Shanna sambil menggelengkan kepalanya
Ryan tersenyum ketika melihat Shanna yang menutup mulutnya dan menguap kecil.
"Pergilah tidur. Tentang penggelapan dana di perusahaan, Papa akan membantu" perintah Ryan
Shanna mengangguk dan beranjak.
"Selamat malam, Papa. Have a nice dream" ujar Shanna
"You too, baby" balas Ryan
Shanna berjalan menjauh dari ruang kerja ayahnya. Dia menatap lukisan di dinding.
The Legiond
Nama itu terukir di bagian bawah bingkai. Dengan ukiran huruf L yang terlihat mewah dan angkuh.
Wajah mereka semua terlihat tanpa senyuman dan menatap angkuh ke depan.
"Mungkin hanya disini keluarga besarku terlihat normal tanpa masalah" gumam Shanna
Dia memalingkan wajah dan kembali berjalan menuju kamar nya.
Sesampainya di kamar, pandangan Shanna teralih pada balkon kamarnya.
Udara malam yang menusuk kulit berhembus dari pintu balkon yang tidak tertutup itu.
Hal itu membuat Shanna berjalan menuju balkon kamarnya. Membiarkan angin malam memeluknya.
Tatapan datar Shanna mengarah pada hutan rimbun yang mengelilingi Mansion Legiond.
Gelap.
Kegelapan pekat.
Tapi Shanna tidak merasa gentar sama sekali.
Dan dari kejauhan, dapat Shanna rasakan tatapan seseorang mengarah padanya. Hal ini bukan lah perasaan semu yang timbul karena ketakutan atau apapun itu.
Intuisi Shanna terlatih dengan baik. Dia jelas mengetahui ada eksistensi lain yang sedang mengamatinya.
Shanna mengedarkan pandangannya. Berusaha mencari siapa yang sedang menatapnya.
Tapi nihil.
Tatapan itu berasal dari hutan rimbun yang gelap.
Shanna bukan Werewolf atau Vampire yang dapat melihat dikegelapan pekat seperti itu.
Terlebih rasa kantuk kembali menyerangnya dan membuat Shanna kembali masuk ke dalam kamarnya yang hangat.
Dia mengunci pintu balkon dan menutup tirainya.
Membaringkan tubuhnya dan mulai terlelap.
Tanpa memperdulikan senyuman ketertarikan dari sesuatu, yang kini berada di balkon kamarnya