Villain: Chapter Satu
Shanna mendengus.
Mata nya menatap datar tumpukan file di depan nya.
"Apa lagi kali ini?" tanya nya
Pria di depannya menunduk dalam. Terlihat tertekan di bawah tatapan datar sang Nona.
"Berapa puluh juta yang menghilang kali ini?" tanya Shanna lagi
Pria di depannya menghela nafasnya. Dia menatap Nona di depannya dengan segan.
"Seratus juta, Nona." jawabnya
Shanna mengerjapkan matanya dan mengangguk pelan.
"Terserah. Memang selama ini aku yang bekerja dan mereka yang menghabiskan uang nya." sahut Shanna datar
"Nona, apa tidak sebaiknya Nona melaporkan hal ini pada Nyonya besar?"
Pria itu, Jiro Tanaka menatap Shanna dengan serius.
"Aku tidak mungkin membiarkan Nenek atau Kakek sakit begitu mendengar kabar ini. Beliau sudah seharusnya menghabiskan masa tua dalam kebahagiaan. Sangat tidak pantas jika aku membuat keduanya terkejut lalu jatuh sakit." jawab Shanna
Dia menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya.
Hidupnya cukup rumit karena drama picisan yang dibuat keluarga besar Legiond.
Lalu akhir akhir ini kehidupannya semakin dibuat rumit karena uang perusahaan nya terus menerus berkurang akibat ulah dari para sepupu nya.
Sungguh, demi apapun yang ada di dunia.
Shanna sama sekali tidak ingin memegang kendali penuh pada perusahaan Raksasa milik keluarga nya ini.
Dia justru berharap agar sepupu sepupu nya yang lain yang memegang kendali penuh. Karena mereka sudah menjalani kuliah dan mengambil jurusan Manajemen Bisnis untuk berjaga jaga jika Nenek atau Kakek menunjuk mereka sebagai pemegang kendali perusahaan.
Tapi justru Nenek dan Kakek nya malah menunjuk Shanna yang baru saja lulus dari SMA.
Hal itu tentu saja menyulut emosi orang tua dari barisan sepupu nya.
"Paman, tolong perintahkan seseorang untuk membuatkanku secangkir teh." pinta Shanna
Jiro mengangguk dan beranjak pergi dari ruangan sang Nona.
Di usia nya yang hampir setengah abad, dia jelas merasa khawatir dengan sang Nona.
Walaupun terlihat datar dan tidak peduli banyak hal, Nona nya itu terlihat sangat rapuh.
Di usia nya yang baru dua puluh tahun, Nona nya ditunjuk sebagai memegang posisi paling tinggi di sebuah perusahaan raksasa milik keluarga nya.
Hal itu membuat sepupu sepupu nya yang lebih tua menjadi seenaknya memperlakukan Shanna.
Mereka bahkan mengambil uang perusahaan berpuluh puluh juta dan membuat Shanna harus memutar otak untuk menutupi hal itu.
Shanna menghela nafasnya.
Kali ini apa yang harus dia lakukan untuk menutupi seratus juta?
Jumlah itu tidak bisa dibilang sedikit.
Shanna menghela nafasnya. Tangannya bergerak memijit dahi nya yang berdenyut pusing.
"Nona, permisi."
Shanna menoleh ketika seorang Office Boy datang dan memberinya secangkir teh hangat.
"Terima kasih." ujar Shanna. Tangannya mengambil teh hangat itu dan menyesapnya sedikit.
Tatapan datarnya mengarah pada tumpukan berkas yang ada di meja nya.
Hanya satu kata yang menggambarkan keadaan Shanna.
Lelah.
Shanna bangkit dari kursi kebesarannya. Kaki nya mengarah pada jendela besar yang menghadap langsung pada jalanan ibu kota yang tidak pernah sepi.
Tatapannya mengarah pada sekumpulan remaja di bawah sana yang bergerombol. Mengobrol sambil sesekali bertingkah gila agar orang di dekatnya tertawa.
Sedikit banyak Shanna merindukan kehidupan remaja nya. Bagaimana pun usia nya baru 20 tahun.
Seharusnya dia ada di posisi para remaja di bawah sana. Bukannya duduk di kursi kebesaran dan menjadi pemimpin dari ratusan orang yang berkerja di bawah naungan perusahaan milik keluarga nya.
Sejujur nya, jika melihat dari sisi luar Shanna jelas memimpin perusahaan dengan baik.
Saham perusahaan nya bahkan naik drastis.
Tapi bagi Shanna, perusahaan nya justru berada dalam bahaya selagi dia belum bisa mengambil tindakan tegas atas perlakuan saudara saudara nya yang mengambil uang seenaknya.
Sayangnya Shanna tidak bisa mengambil langkah tegas.
Bukan tidak ingin. Tapi para tante nya itu tidak akan segan berbuat kasar pada kedua orang tua dan adik adik nya.
Dan Shanna tidak mau itu terjadi.
Kedua orang tua dan adik adiknya adalah harta berharga yang Shanna miliki. Dan dia tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya.
Shanna mengepalkan tangan nya hingga buku jarinya memutih.
Dia mengingat ucapan dari tante nya tentang adik nya.
"Raphael, jangan seperti kakak mu. Dia tidak pernah pergi belajar di Universitas, tapi memegang kendali penuh atas perusahaan Legiond. Dia berdiri disana tanpa harus susah payah seperti Annie"
Shanna mendengus.
"Bodoh." gumamnya
♾♾♾
Shanna turun dari mobil nya. Dia memandang Mansion Legiond dengan wajah datar dan memasuki nya dengan langkah tegas.
"Kenapa juga semua anggota keluarga Legiond harus tinggal di perumahan milik Legiond." gumamnya
Ya, salah satu kekayaan milik keluarga nya adalah perumahan Elite yang ada di dataran tinggi.
Dan dari semua perumahan itu, ada Mansion pusat tempat semua keluarga Legiond berkumpul ketika hari besar tiba.
Sementara di sekeliling mansion, ada beberapa rumah.. Atau mungkin mansion mini? Yang dihuni oleh masing masing keluarga Legiond.
Dan masih banyak Mansion mini yang di huni oleh keluarga lain di perumahan milik keluarga Legiond.
Kedatangan Shanna disambut dengan baik oleh semua pelayan yang bekerja disana.
"Dimana Annie?" tanya Shanna pada salah satu pelayan
Yang ditanya terdiam dengan pandangan menduduk. Nona nya yang lain melarang nya untuk memberitahukan keberadaan nya pada Shanna.
Tapi pelayan itu jelas tahu siapa sang Nona utama yang harus di prioritaskan.
"Nona Annie berada di dalam kamar nya di lantai dua." jawab pelayan itu
Shanna menatap datar kamar Annie dari lantai satu. Kamar sepupu nya berada di dekat tangga.
Shanna beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kamar Annie sepupu nya.
Tangannya bergerak mengetuk pintu.
"SIAPA?!" teriak seseorang dari dalam kamar
"Aku" jawab Shanna datar
Pintu kamar terbuka, menampilkan wajah Annie yang menatap Shanna tidak suka.
"Kau mengganggu!" sentak nya pada Shanna
"Kali ini apa?" tanya Shanna sambil bersidekap
"Apa maksudmu?!" seru Annie kesal
"Kau tidak bodoh. Kau belajar ke Universitas, sedangkan aku tidak." sahut Shanna datar
"Seratus juta, Annie. Belum ada satu minggu sejak kau mengambil uang sebesar enam puluh juta dari perusahaan" lanjut Shanna
Annie berdecih dan memutar bola mata nya malas.
"Itu hanya uang kecil. Kau takut jatuh miskin hanya karena aku mengambil seratus juta dari perusahaan itu?" kesal Annie
"Aku tidak mau memutar otak untuk menutup uang itu. Kembalikan uang nya hari ini." ujar Shanna
Dia berbalik pergi dari sana. Tapi langkahnya tertahan karena Annie yang menjambak rambutnya.
"PENDIDIKAN MU RENDAH, TAPI KENAPA HARUS KAU YANG MEMEGANG KENDALI PERUSAHAAN LEGIOND?! AKU MEMBENCI MU SHANNA!"
Shanna meringis pelan. Kepalanya berdenyut sakit karena jambakan dari saudaranya itu.
Para pelayan yang melihat itu memekik kaget. Mereka segera bergerak memisahkan jambakan Annie dari rambut Shanna.
Tapi sulit.
Shanna bergerak menampar wajah Annie, sepupu nya yang lebih tua satu tahun itu.
Annie terpaku. Tamparan dari Shanna terdengar sangat kencang dan menyakitkan.
"Jangan mengungkit soal pendidikan ku. Ketika kau dan yang lainnya sibuk bermain, aku justru dituntut harus memahami berbagai bahasa. Ketika kau sibuk memahami Aljabar, aku justru harus memahami materi dasar bisnis yang bahkan tidak aku ketahui. Ketika kau sibuk bergosip, aku justru harus memahami materi akhir dari Bisnis Manajemen. Dan ketika kau pusing dengan semua tugas Universitas mu, aku justru harus menerima keadaan karena aku menjadi kepala dari sebuah perusahaan raksasa yang mempekerjai ratusan orang." desis Shanna kesal
"Jangan menyamaratakan pendidikan mu dengan ku. Kau jelas bukan level ku, Annie" lanjut Shanna sebelum akhirnya dia berbalik dan kembali keluar dari Mansion Legiond.