Ardan pov
Terkadang aku heran kenapa makhluk yang berjenis kelamin Perempuan itu sangat cerewet, contohnya seperti Cewe yang di sampingku ini, ya siapa lagi kalau bukan Alana, satu-satunya Cewe yang mengusik otak dan pikiran ku sejak pertemuan pertama. Yapp terserah kalian mau mikir kalo aku love at first sight samaAlana, karna aku gak akan menampik nya. Aku sendiri pun masih belum yakin apa yang kurasakan saat ini yang pasti saat berdekatan dengannya ada rasa nyaman apalagi kalo liat dia senyum kurasa segala keindahan di dunia ini akan kalah indahnya dengan senyum nya Alana, bukan maksudnya aku mau gombal tapi memang itu kenyataan nya menurut ku, gak tau yaa kalo menurut kalian hehe.
Kriiiinnggggg
Bel sekolah pun berbunyi.
"Siaran?" gumamku, mungkin terdengar samar-samar oleh Alana karna suara ribut di kelas.
"Iya." Jawabnya singkat sambil merapikan barangnya dengan tergesa-gesa lalu beranjak dari duduknya dan keluar kelas. Tak berapa lama terdengar suara merdu nan indah milik Alana.
"Selamat pagi menjelang siang, Amico radio balik lagi ni, seperti biasa Alana bakal nemenin kalian untuk 30 menit kedepan. Untuk hari ini bagi kalian yang mau tilam (titip salam) secur (sesi curhat) atau request lagu lama atau yang terbaru bisa langsung sms atau telpon ke nomer 08127635**** atau telpon on air di 021 5791***." Sapa Alana melalui pengeras suara yang kudengar. Kusenderkan kepala ku ke sandaran bangku dengan senyum tipis lalu kupejamkan mataku, inilah alasanku di jam istirahat pertama selalu di kelas karna ingin denger suara merdu Alana karna biasanya setiap istirahat aku dan genk ku selalu pergi ke warung belakang sekolah yang menjadi markas di sekolah kami.
"Oii Ar senyum-senyum aja lo, pasti gara-gara si Al-" Belum sempat Toni lanjutkan sudah di sumpel mulutnya sama Randi. kubuka mataku lalu menatap Toni dengan tatapan dinginku, terkadang Toni itu kalo ngomong asal ceplos dan gak liat sekitar.
"Si anying gue lagi ngomong malah di bekep." Maki toni sambil menghempaskan tangan Randi. "Tangan lu bau banget anjir." Lanjutnya dengan gaya pura-pura mau muntahnya.
"Makanya lo kalo ngomong liat-liat sikon, bagus gue yang bekep mulut lemes lo coba kalo Ardan pasti udah di jait tuh mulut." Cerocos Randi.
"Wah Toni bangunin macan nih." Seringai Bary.
"Hajar aja Ar, jangan kasih ampun." Timpal Jay.
"Siksa aja siksa jangan kasih kendor." Ledek Randi yang di tatap tajam oleh Tony. "Apa perlu kita yang siksa dia Ar?" sambung Randi lagi.
"k*****t! kompor meleduk lo semua." Kesal Toni yang membuat Teman-temannya tertawa kencang. Sudah kuduga pasti ujung-ujungnya seperti ini padahalkan aku hanya ingin menikmati suara indah Alana melalui pengeras suara dan lagi-lagi mereka selalu merusak suasananya.
"Bos maapin ya gue gak sengaja, mulut Dede emang kadang-kadang susah di rem." Ujar Toni menangkup kedua tangannya di depan d**a lalu menunjukan puppy eyes nya.
"Dih jijik banget anjir si Toni." Sarkas Bary sambil menjitak kepala Tony.
"Apaan si lu Bar, rese banget!" gerutu Toni mengelus kepalanya yang dijitak lalu berjalan ke arahku.
"Bos gue wakilin titip salam atau request lagu ya, lo mau request lagu apa Bos." Bisik Toni, kutatap Toni dengan mata tajamku tapi dasar Anak curut satu ini gak ada takut-takutnya malah nyengir kaya kuda.
"Salah lagi aja gue." Dengan tampang memelas Toni mengerucutkan bibirnya. "Ah gue tau ni harus gimana." Dengan senyum jahilnya Toni pun mengeluarkan handphone nya dan mengetik sebuah pesan, Aku si masa bodo aja apa yang dia lakukan yang penting ga ngerugiin aku. Selesai dengan handphone nya dia pun tersenyum lebar, serem sih ngeliat Toni kaya gitu, apa dia kesurupan ya. Hmm tapi gak mungkin juga si seorang Toni kesurupan karna setan mana yang mau masukin arwah nya ke badan dia. Oke ini keterlaluan dan melenceng kemana-mana jadi mari kita skip hehe.
"Ehm kantin ah kayanya hawa disini panas banget ya." Setelah tertawa seperti pasien sakit jiwa, Toni pun melenggang keluar kelas. Semuanya tampak acuh tak acuh dengan kelakuan absurd Toni itu.
Kurogoh ponselku yang bergetar sedari tadi di saku celana sekolahku, saat kulihat ada beberapa pesan dan yang paling banyak dari grup DF_Cakrawala'19 saat ku buka Ingin sekali aku mengumpati Toni di depan mukanya sekarang.
DF_Cakrawala'19
Toni bimantara
kepada seluruh masyarakat di grup ini, diperintahkan untuk mewakili Bos tercinta kita Ardana kavin abiputra untuk menitip salam dan merequest lagu Adera -lebih indah yang di khususkan untuk Wanita tercintanya Alana liora gantari
sekian Terimakasih.
•••
Ternyata dia membuat pesan murahan itu dan mengatasnamakan Aku, memang semua Anak-anak Dragonfury khususnya Anggota yang bersekolah di Cakrawala tau kalo aku suka sama Alana, maka dari itu enggak ada yang berani deketin Alana, tapi aku merasa harga diriku merosot ketika Toni bilang seperti itu seakan-akan aku pengecut padahal kan gak seperti itu, aku cuma bingung memulai nya bagaimana.
Kuberikan isyarat pada Randi dan Bary untuk mengeksekusi Toni, bagusnya 2 Teman ku itu mengerti dengan isyarat ku itu jadi aku enggak perlu cape-cape bicara.
Kulihat Randi dan Bary menyusul Toni, mungkin Toni sudah memperkirakan apa yang akan terjadi padanya setelah menulis pesan itu, makanya dia memilih kabur keluar sebelum kami menyadari pesan sialan itu. Kulihat Bary tengah menarik kerah baju Toni dan di ikuti oleh randy di belakangnya namun kelincahan Toni membuat pegangan tangan Bary di kerah bajunya menjadi kendor tak lama Toni pun berlari lagi dan di kerjar kembali oleh Bary dan Randy.
End ardan pov
•••
Cafe Sukahati
"Jadi benar kalo dia suka sama cewe itu?" tanya seorang pria dengan mata ambernya yang menatap tajam sebuah foto yang di bawa oleh informannya.
"I-iya." Gagap sang informan yang merasakan aura menyeramkan dari pria di depannya.
"Oke lo boleh pergi sekarang tapi, tetep pantau mereka dan jangan sampai ketahuan, kalo ketahuan gue harap lo bisa jaga bacot lo dan enggak nyeret nama gue atau genk wolfman paham lo!" perintah orang itu kepada informanya.
"I-iya gue paham, kita ada di pihak yang sama walau seandainya nanti gue ketahuan, gue gak akan bongkar identitas lo karna gue mau salah satu di antara kita harus berhasil buat hancurin dia." Jawab Pria berkacamata itu dengan berapi-api walau di awalnya dia merasa gugup kembali, lalu Pria tersebut yang tak lain adalah sang informan memberikan amplop coklat besar kepadanya.
"Brilliant." katanya dengan seringai tipis, lalu menerima amplop yang di berikan dengan alis terangkat. Mengerti dengan ekspresi bingung lawannya akhirnya dia pun memberitahu "Ah itu informasi tentang cewe itu, semoga bermanfaat walaupun gue yakin tanpa gue kasih info ini ke elo, pasti dengan mudahnya lo bakal dapet info detailnya." Dengan mengangkat kedua bahunya, lalu sang informan pun bangkit dari duduknya. "Gue rasa cukup buat hari ini, nanti kalo ada info lagi gue kabarin." Lanjutnya lalu berjalan keluar tanpa menunggu balasan sang lawan bicara.
"Ternyata akting nya gak bisa di raguin atau memang dia punya kepribadian ganda." Gumam Pria bermata amber tersebut, tak lama dia pun ikut pergi dari tempat tersebut.
•••
Dengan terburu-buru Alana pun berlari dari halte ke sekolah, hampir saja Alana telat sekolah lagi, kurang dari 5 menit bel sekolah berbunyi.
"Hah..hah..hampir aja telat." Gumamnya dengan nafas yang terengah-engah, sesekali menyeka keringat karna memang pagi ini udara nya cukup panas apalagi tadi Alana abis lari-larian.
"Ma-mau minum Lan?" tanya seseorang dengan gugup sambil mengulurkan sebotol air mineral dingin. Alana pun terkejut, kaget dengan datangnya seseorang yang tiba-tiba.
"Astaga gue pikir siapa, bikin kaget aja lo pagi-pagi." Gerutu Alana sambil menerima air tersebut. "Thank you ya." Ucap Alana yang di balas senyum sumringah oleh pria itu.
"Kayanya lo akhir-akhir ini sering telat ya Lan?" tanya Pria tersebut yang hanya di balas anggukan oleh Alana. Alana dan Malvin memang tak terlalu dekat tapi mereka cukup kenal karena dari kelas 11 Alana dan Malvin berada di kelas yang sama.
Sesampainya di kelas, Alana dan Pria yang bernama Malvin immanuel di sambut dengan tatapan heran seisi kelas kecuali satu orang yang menatap mereka dengan tatapan intimidasi nya, ya dia adalah Ardan yang menatap kedua Anak manusia itu dengan begitu lekat dan tajam tanpa berkedip sedetik pun. Tony yang melihat kearah Ardan pun langsung mencairkan suasana, Toni berjalan mendekati Alana. "Aah Ayang gue udah dateng tapi kok barengan ama si Cecep?" Cecep a.k.a Malvin, itulah Nama yang di berikan oleh Teman-teman mereka karna penampilan Malvin yang cupu. ahh entahlah siapa yang pertama melabeli Malvin dengan sebutan itu.
"Ayang-ayang pala lo peyang." Ketus Alana sambil berjalan menuju bangkunya.
"Ayang ko kamu gitu sih, aku ganteng kaya gini gak mungkin peyang lah." Jawab Tony dengan mengerucutkan bibirnya, tapi tidak di tanggapi oleh Alana.
Sadar dengan tatapan yang di berikan Ardan untuknya, Toni pun duduk kembali. "Bilang cemburu aja susah amat pak, gak usah natap-natap kek gitu dikira gak serem kali." Cerocos Toni pelan takut orang yang di omongin denger, ternyata memang suara Toni aja yang gak bisa pelan nyatanya bukan cuma yang di sindir aja yang denger tapi semua temen-temen nya juga denger. Dengan suara bergetar karna banyak tatapan yang mengarah kepada nya tony pun berkata. "A-apa?" melihat sekitar temannya Toni pun tersenyum dengan gaya bodohnya, ternyata pandangan temannya pun tak berubah tetap mengarah padanya dengan lebih seram lagi.
"kayanya ga aman ni, mending gue kabur."