bab 3

1904 Kata
Secepat kilat Ellen menuju dapur, dan sesegera mungkin untuk memasak. "Besok sudah tanggal 1. Jangan lupa ibu minta uang buat beli gamis." Ucap Ibu mertua dengan sedikit menaikkan nada bicaranya. Seakan angin berlalu, Ellen tak menghiraukan apa yang di ucapkan Ibu mertua. "Tenonet... Tenoneeettt... Tenoneeeettt... " Telfon Ibu berbunyi dari dalam kamar, karna nada sambungnya keras, sampai terdengar sampai dapur. "Waahh, cucu ibu besok mau pulang, bakalan ramai. Nenek di sini kesepian. Ingin punya cucu tapi gak jadi-jadi." Sindir Ibu mertua Ellen padanya. Ellen tahu, kalau kakak iparnya sedang menggosip dengan Ibu mertuanya.Tapi Ellen tak memperdulikan apa yang diucapkan Ibu mertuanya. "Hati-hati. Jangan lupa oleh-oleh buat Ibu ya ?." Pinta Ibu mertua pada kakak ipar Ellen. ternyata benar itu kakak iparku. ternyata besok mau pulang, batin Ellen. "Besok Ida pulang, dia bersama suami dan ke dua anaknya. Jangan sampai kamu menggoda suami Ida. Secara Herman itu ganteng, banyak penghasilan. Jangan kegatelan." Kata Ibu mertua Ellen sambil menyunggingkan senyum sinis. "Berarti, Mas Meki tidak ganteng ya, Bu?." Sindir Ellen tepat pada Ibu mertuanya. "Besok jangan lupa masak yang enak-enak." Ibu tak menjawab pertanyaan Ellen, terlihat jelas Ibu sangat kaget dengan pertanyaan Ellen yang tiba-tiba membuatnya terpojok. "Pakai uang Ibu?." Tanya Ellen tak mau mengalah. "Ya, jelas pakai uang mu lah, kan kamu besok gajian. Jadi mantu jangan perhitungan. Pelit amat !." "Bukan perhitungan bu, tapi pengiritan." Kilah Ellen. "Terserah kau saja Ellen. Ibu tidak perduli, yang penting besok saat Ida sampai rumah harus ada makanan enak , titik." Teriak Ibu sambil berlalu dari dapur. ____________ Malam tiba, Ellen melangkahkan kakinya yang terasa pegal-pegal arah kamar untuk rebahan dan mengolesi balsem, berharap besok pegal-pegalnya hilang dan bisa bekerja. Tak berselang lama, Meki datang menghampiri Ellen. "Ada apa Mas?, senyum-senyum sendiri." Tanya Ellen yang masih mengoles balsem kekakinya yang terasa pegal. "Tidak kenapa-kenapa Ellen, ini teman Mas ada yang ngechat pakai aplikasi hijau." Tanpa melihat kearah Ellen, dan masih fokus kearah ponselnya. "Memang siapa mas?." Tanya Ellen lagi. "Ada, namanya intan. Dan kamu tahu ?, katanya mas masih ganteng kaya dulu." Ucap Meki pada Ellen tanpa rasa bersalah sama sekali. "Mantanmu Mas ?." Ucap Ellen cepat dengan memicingkan kedua mata kearah Meki. "Bisa di bilang begitu, tapi dulu Mas sama dia tidak ngapa-ngapain kok." Kilah Meki. "Sudah menikah ?." Desak Ellen. "Janda, tapi belum punya anak." Jawab Meki tanpa rasa bersalah sedikitpun pada Ellen. "Mau apa dia nge chat kamu, Mas ?." "Katanya, mau ngajak Mas makan siang besok. Sekalian minta di temani sebentar, katanya lagi galau karna bulan lalu baru bercerai." "Terus, Mas mau ?, hati-hati Mas, dia itu janda. Bisa jadi gatel kaya ulat bulu." Ellen bergidik ngeri mambayangkan ulat bulu yang bulunya bisa membuat tangan bentol-bentol. "Kamu kok gitu bicaranya." Meki menaruh ponselnya dan menghadap pada Ellen. "Terus aku harus gimana Maaasss ?, senyum-senyum sendiri karna suamiku besok mau jalan sama janda ?, iya ?. Kerja dimana dia ?." Ellen tak mau mengalah berdebat dengan Meki. "Saat ini Intan kerja di tempat karaoke. Orang nya cantik, putih, seksi." Jawab Meki sambil membayangkan Intan. "Maksud mu apa, Mas ? membicarakan wanita lain didepan istrimu ?. Mau mendua ?, apa bagaimana ?." Kali ini Ellen sudah tidak bisa sabar lagi karna ulah Meki. " Ngaco kamu. Ya tidak lah, Ellen. Mas sayang banget sama kamu. " "Terserah lah mas. Laki-laki memang tidak bisa dipercaya." Ellen menutupi semua tubuhnya dengan slimut, hancur hati Elen, di katain mandul sama kakak ipar, dikatain menantu tidak tau diri. Dan suami, terang-terangan membicarakan gadis lain di depan Ellen. Ellen tidak bisa membendung air matanya, karna terlalu sakit dapat perlakuan seperti itu dari keluarga suaminya. Tanpa terasa Ellen meneteskan air mata karna tidak kuat menahan air mata yang mendesak ingin keluar. "Eleen sayaaang...." Panggil Meki dengan goncang-goncangkan tubuh Ellen. Karna Ellen fikirannya lagi tidak baik-baik saja, Ellen membiarkan Meki melakukan apapun tanpa memperdulikannya. "Mas lagi pengen, mau ya ?, biar cepet punya baby." Katanya lembut dan memohon. Meki tidak mengetahui kalau Ellen lagi bersedih karna perlakuan keluarganya. "Gak mas, Ellen lagi gak pengen." kata Ellen sambil menepis tangannya. "Ayolah Ellen, dosa loh menolak keinginan suami." Rengek Meki pada Ellen. Dengan berat hati, Ellen menuruti apa maunya Meki. Meki dan Ellen pun melakukan hubungan suami istri. Tanpa ada rasa, karna Meki melakukannya dengan kasar. Tak ada kelembutan sama sekali. Selesai melakukan hubungan suami istri, Ellen bergegas kekamar mandi untuk membersihkan diri. Tega kamu mas, memperlakukan ku kaya p*****r, tidak ada kelembutan. tidak ada cinta lagi. dimana mas meki yang dulu, yang lembut, perhatian, cinta sama ellen . Ellen memukul-mukul dadanya dengan sebelah tangan, karna sesak mengingat dulu dan saat ini. Tak terasa, Ellen berada dikamar mandi sudah setengah jam, kemudian Ellen kembali ke kamar tidur, berharap esok nanti bisa melupakan kejadian yang menguras tenaga dan fikirannya. ________ Pagi tiba, Tak ada yang spesial dipagi hari, Ellen bangun pagi berangkat kerja dan pulang sore hari ke rumah. Sebelum pulang, Ellen bimbang, mau pulang tapi sesak mengingat kejadian yang membuatnya menguras air mata. "Kenapa tidak pulang Ellen ?? "Sapa Destri, dengan menepuk pundaknya. "Eh, lagi males pulang Des." Ellen yang terkaget sontak menoleh dan menjawab pertanyaan Destri. "Emang kenapa ?, ada masalah ?." "Hmm. Sampai rumah, Ibu mertua pasti nanti minta uang." "Bagai sapi perah. Lama-lama kok aku capek dan bosan Des. Huuuuaaaaaaaa.." Ellen menangis kencang dan memeluk Destri. "Emang suamimu tidak ngasih uang ke Ibu mertuamu ?." Tanya Destri dengan mengelus-elus rambut Ellen. Ellen pun mulai menceritakan semua, dari penghasilan Ellen sama Meki buat apa aja, dan kelakuan Ibu mertua Ellen yang suka sekali beli baju, dan perangkatnya. "Ya sudah, ayo makan dulu. Biar tenang, sekalian kita belanja aja. Dari pada buat Ibu mertuamu kan ?. Kamu juga perlu baju baru buat kerja, sepatu juga kan itu sudah jelek." Ajak Destri. Ahirnya, Ellen dan destri pergi makan, membeli baju dan sepatu baru. Karna keasyikan berjalan-jalan, tanpa terasa hampir jam 9 malam. Ellen sedikit panik. Karna sudah malam. "Des, ayo pulang. Sudah hampir jam 9. Ibu mertuaku nanti bisa marah-marah." "Di cariiin pak suami ?." Goda Destri. Ellen menggeleng-gelangkan kepala. "Enggak sih, hari ini Mas Meki ada Janji sama temannya. Lagi jalan mungkin mereka berdua, atau lagi seneng-seneng berdua." "Kencan ?." Tanya Destri terkejut. "yah gitu lah Des, apalagi ceweknya janda ." Jawab Ellen sedikit acuh. "Ya ampuuunnn Eleeeenn !!!. Otak mu kamu kemanain ?. Kok bisa laki mu jalan sama cewek, janda lagi. Kamu biasa aja kaya gini." Destri keheranan sambil geleng-geleng kepala. "Mau gimana lagi Des, Mas Meki maksa mau ketemu. Katanya seksi, cantik lagi." Ellen menceritakan pada Destri sambil menunduk dan membendung air mata. "Ya sudah, ayo pulang. Hati-hati di jalan. Jangan banyak melamun. Nabrak orang tekor, ya kalau hidup, kalau mati ?. bisa-bisa di hantui kamu. Begini nih . Eleeeennnn.... Eleeeennn... Kamu harus tanggung jawab karna sudah membunuhku.. " Ucap Destri, sambil memperagakan gerakan hantu dan suara di serak-serak in. " Sontak Ellen tertawa terpingkal-pingkal karna Destri. Gila kamu." "Dah ya, aku mau pulang, by Des. Hati-hati. Sampai bertemu besok." Ellen melambaikan tangan pada Destri dan berpisah diparkiran. Ellen dan Destripun pulang ke tujuan masing-masing. ________ Sampai rumah Ellen. Ellen berjalan mengendap-endap, berharap tidak bertemu sama Ibu mertuanya. Tapi apes, Ellen baru mau buka pintu kamar, tiba-tiba ada suara petir dari belakang. "Mana uang buat Ibu Ellen ?. Jangan sampai pura-pura lupa kamu." Bentak Ibu mertua Ellen. "Uang apa bu ?." Tanya Ellen balik, pura-pura lupa. "Uang buat beli baju gamis Ellen. Kamu beneran lupa ?. Dasar kamu memang mantu tidak tau diri." "Bawa apa itu kamu dalam plastik ?." Tanya Ibu mertua Ellen dengan memicingkan mata. "Ini ?. Ini baju kerja sama sepatu baru. " jawab Ellen enteng dan mengangkat belanjaannya. "Belanja buat Ida juga ?. Tanya Ibu mertua penuh harap. "Maaf bu, Ellen juga lupa." "Awas kamu ya, ku laporkan nanti pada Meki !." "Mekiiiii.... Mekiiii... Mekiiii." Teriak Ibu mertua di depanku. Sampai-sampai Ellen menutupi kedua telinganya, karna kerasnya jeritan Ibu Mertua . "Mas Meki lagi keluar bu, sama janda. Ups . " Ellen sontak langsung menutup mulutnya, karna keceplosan. "Keluar sama janda ?, cantik tidak ?, banyak uang ?, tapi baguslah biar kamu di ceraikan saja." Ejek Ibu mertua, lalu berlalu meninggalkan Ellen sendirian didepan kamarnya. Ellen tak menjawabi ucapan ibu mertuanya, Ellen membuka pintu kamar, dan menutupnya dengan sekeras mungkin. tak memperdulikan pintu kamarnya rusak. Yang terpenting bisa menenangkan fikirannya. Tak lama, Ellen mendengar Meki sudah pulang. Karna teriakan Ibunya. "Meki !. Kamu dari mana saja ?." "Dari luar bu, tadi temanku ngajak keluar sebentar. Kenapa bu ?." Tanya Meki sesikit waspada, karna Meki berdikir Ibunya tidak mengetahui kedekatannya dengan Janda kafe. "Kamu jalan sama janda ?." tanya Ibu langsung tepat sasaran. "Kok ibu tau ?." Jawab Meki sedikit was-was. "Cantik tidak ?, banyak uang apa tidak ?." Tanya ibu antusian. "Kalau banyak uang, tidak masalah, kamu ceraikan saja Ellen, lagian Ellen juga susah punya anak. Siapa tau kamu menikah lagi, bisa cepat-cepat punya anak." "Kok ibu bicaranya begitu bu ?." Tanya Ellen pada ibu mertuanya. "Biarin saja, kalau meki dapat yang lebih kaya. Kenapa tidak ?, mana uangnya !." Ejek Ibu mertua, sambil meminta uang sama Meki. "Ini bu, sejuta kan bu ?"Terang Meki "Enak saja !. Ibu minta 2 juta 500 ribu !." "Tapi bu, " sela Meki. Ellen tidak melakukan apapun, Ellen hanya melihat perdebatan antara anak dan orang tua di depannya dengan bengkng karna heran ada orang tua yang berbuat seperti itu, terlebih anaknya sudah menikah. "Sudahlah meki, jangan jadi anak durhaka. Kamu nurut saja sama Ibumu ini. Kamu lupa, dari kecil sudah ibu kandung, ku besarkan dengan kasih sayang, lantas mau balas budi kapan ?. Uang segini tidak ada apa-apanya Meki.." Sambil merampas uang yang di pegang Meki dengan kasar. "Naaah... Gini dong, kan enak. Bisa masuk syurga kamu nanti Meki. Berbakti pada orang tua itu perlu. " Sambil menghitung uang yang di rampas dari Meki dan tersenyum bahagia. karna Ellen geran dengan perlakuan Ibu mertuanya, Ellen memutuskan keluar mencari bakso mercon. Tak membutuhkan waktu lama, sampai dikedai bakso, Ellen segera memesan bakso spesial. "Pak bakso spesial satu. Minumnya es teh tawar pak. " "Baik neng." Jawab tukang bakso. "Lagi kenapa Nona Ellen ?. " Tanya Ady pada Ellen. "Heh." Ellen kaget, karna tiba-tiba ada Pak Ady disampingnya. "Pak bos Ady. Sejak kapan disini ?." tanya Ellen dengan malas. "Sudah dari tadi, Nona Ellen. Liatlah, baksoku tinggal setengah." Ady menyodorkan baksonya yang memang tinggal setengah mangkok. "Oooooo " jawab Ellen tanpa mengeluarkan suara, sambil manggut-manggut kepala. "Ini Neng pesanannya. " Ucap tukang bakso dengan menyodorkan pesanan Ellen "Iya pak. Terimaksih ." Ellen menuangkan sambal 15 sendok. karna hidupnya lagi kacau, kalau nangis tidak ketahuan lagi bersedih, karna kepedesan. "Jangan banyak-banyak Nona, nanti bisa sakit perut." "Tidak apa-apa Pak. Baru perut yang sakit. Semuanya sudah sakit." Terang Ellen tanpa melihat Ady. "Hah. Maksudnya ?." tanya Ady sedikit kebingungan, karna tidak faham maksud Ellen. Ellen pun memakan bakso dan tanpa memperdulikan lagi Ady disampingnya. Karna baksonya pedasnya puuuooolll. Ingus dan air mata keluar bersamaan. Mata merah, muka panas, perut juga ikut panas karna bakso yang Ellen makan. "Sudah puas Nona Ellen ?." Goda Ady pada Ellen. "Lho, belum balik Pak ?." Tanya Ellen dengan sesekali menyedot ingusnya yang keluar. "Belum Nona. Nungguin orang jorok makan." Jawab Ady enteng tanpa rasa malu sama sekali. Saat Ellen mau membayar baksonya, Pak tukang bakso mengatakan kalau Bakso Ellen sudah dibayar sama Pak Ady. "Ayo balik Nona Ellen, sudah malam. " Ajak Pak Ady. gegas aku berdiri dan kulihat banyak tisu yang tadi ku gunakan untuk membuang ingus.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN