bab 5

1548 Kata
"Selamat pagi kak, saya Ellen. Ada yang bisa di bantu ?" Tanya Ellen ramah. "Selamat pagi juga, kak. Iya, saya lagi butuh bantuan. " jawab salah satu wanita pelanggan Ellen. "Maaf, sebelumnya dengan kak siapa?" "Dengan Sinta. Dan ini Nanik." Tunjuk Sinta pada Nanik. "Baik kak sinta, ada yang bisa Ellen bantu?" Tanya Ellen mengulangi. "Ini kan saya pakai kartu Telkomsel, pulsanya masih ada. Tapi tidak bisa untuk buat telfon. Cuma, masih bisa buat menerima telfon. Bisa di periksa kak?. Apa masalahnya? Itu nomor sudah lama banget kak. Kalau mati kan sayang banget. Harus ganti nomor baru." Terang Sinta, menjelaskan panjang lebar permasalahan yang dialami. "Maaf kak, cooba saya cek dulu ya." Ellen mengambil ponsel Sinta dan menekan *888# Setelahnya, Ellen mencari nomor yang bertuliskan cek pulsa. Tak menunggu lama, keluarlah jumlah pulsa dan masa aktif. Setelah Ellen selesai melakukan pengecekan pulsa dan masa aktif, selanjutnya Ellen memberikan kembali ponsel Sinta, dan mulai menjelaskan permasalahan kartu yang dibawa sinta. "Kak, barusan saya mencoba pengecekan pada masa aktif, sisa pulsanya masih 152.000, tapi masa aktif hanya sampai 2 hari yang lalu." Ucap Ellen menjelaskan. Sinta hanya mengangguk-anggukkan kepala dan memegangi ponselnya. "Kalau nomornya mau aktif kembali, saran saya, perubahan saja bagaimana kak ? dari prabayar menjadi pascabayar." Lanjut Ellen menjelaskan pada Sinta. "Maksudnya? Gimana kak?" Sinta sedikit kebingungan, dengan penjelasan Ellen. Ellen mulai menjelaskan detail apa itu prabayar dan pascabayar. Tak lama, Sinta mulai mengerti dan tertarik dengan saran yang diberikan Ellen. "Berarti, nanti tidak perlu beli pulsa lagi, kak?" Tanya Sinta antusias. "Betul kak, nanti tidak perlu pakai pulsa lagi. Tapi prascabayar. jadi kak Sinta nanti pakai dulu, baru membayar jumlah yang di gunakan. Cara pembayarannya nanti juga sangat mudah, bisa lewat aplikasi s****e, m-banking, bisa ke indomart, alfamart. Dan masih banyak lagi kak. Jadi bisa lebih mudah. Untuk lebih jelasnya , kak Sinta nanti ke grapari terdekat saja." Lanjut Ellen menjelaskan. "Baik kak, terimakasih informasinya. Nanti saya ke grapari saja." Jawab Sinta. "Iya kak, sama-sama." Ellen tersenyum manis pada Sinta. Sedangkan Nanik, teman Sinta, mencoba mendekati Pak Bos Ady. Sok Imut, mepet-mepet dan sok dekat. Ellen yang sudah tahu watak Pak Bosnya, hanya tersenyum-senyum melihat Ady tidak memperdulikan tingkah Nanik, bahkan terkesan cuek padanya. Karna terlalu serius melamun sambil senyum-senyum sendiri, membayangkan Nanik dicuekin Ady, Ellen sampai tidak menyadari kalau Nanik dan Sinta sudah pamit meninggalkan Ellen dan Ady. "Nona Ellen?." Panggil Ady. Tak ada sahutan apapun dari Ellen. "Nona Ellen!" Panggil Ady lagi dengan sedikit keras, dengan menepuk pundak Ellen. "Eh." Ellen terkejut, karna di tepuk pundak Ady. " Ada apa? Kok melamun, pasti melamunin saya, ya?" Goda Ady pada Ellen. "idih. Bapak kok pede banget sih." Ellen membuang muka ke arah lain, karna mukanya memerah. "Kalau tidak melamunin saya, kenapa senyum-senyum sendiri sambil melihat saya?" Tebak Ady tepat sasaran. Ellen merasa sangat malu, dan bergegas menghadap kearah lain sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya. ______ Sore tiba, Ellen siap-siap membereskan barang bawaan yang di bawa ke tempat event. "Sudah berea semua, Nona ellen?" Tanya Ady. "Sentar lagi Pak. Sabar! Ini kan banyak Pak. Bantuin dong Pak! kan capek." Protes Ellen karna Ady hanya melihat Ellen membereskan, tanpa ada niat mau membantu. "Butuh bantuan?" Ejek Ady. "Bilang dong, kalau butuh bantuan." "Hallah! Gitu saja tidak peka!" Gumam Ellen lirih. Tiba-tiba Ady membantu Ellen, memberesi barang-barang keperluan event ke dalam tas. Ellen yang terkejut karna Ady tiba-tiba membantunya dan ingin maju sedikit, tapi malah tersandung kakinya sendiri, dan Ellen terjatuh dipangkuan Ady. "Cup" tak sengaja Ellen mencium pipi Ady. Ellen dan Ady pun sama-sama terkejut. tapi Ady segera menetralkan keterkejutannya. "Kalau jalan itu hati-hati nona, bilang saja mau kucium. Karna, kalau diam itu namanya mencuri." Ledek Ady. Spontan, Ellen langsung melotot padanya, tidak terima apa yang barusan di katakan Ady. Tapi, walaupun begitu, Ellen menyadari kalau memang Ellen yang salah, tanpa sengaja sudah mencium pipinya. "Sudah semua, ayo nona, jangan bengong terus, nanti kesambet." Ajak Ady dengan meniup telinga Ellen. "I-iya pak." Jawab Ellen tergagap, dan mukanya merah bagaikan kepiting rebus. _______ Didalam mobil. Selama perjalanan, Ellen mengarahkan pandangannya keluar jendela. Karna masih malu dengan kejadian di tempat event. Secara tiba-tiba Ellen merasakan, ada hembusan nafas di sampingnya. Tanpa berfikir panjang, Ellen langsung menengok, dan "Cup." tanpa sengaja bibir Ellen bersentuhan dengan bibirnya Ady. Sontak Ellen yang terkejut, melototkan kedua matanya dan berkedip cepat, Tak ada pergerakan apapun dari Ellen. Muka dan telinganya, memerah. "Ini pembalasan karna tadi kamu sudah mencuri ciuman dipipiku." Ucap Ady, dengan datar dan tanpa ekspresi apapun. Selama perjalanan, tak ada aobrolan apapun. Ellen maupun Ady tak ada yang membuka pembicaraan. Karna terlalu capek, tanpa sadar Ellen tertidur pulas didalam mobil Ady. Setelah sampai didepan kantor. Ady menengok kesamping, dan ternyata Ellen sedang tertidur sangat pulas. Ady bimbang. Dibangunkan kasihan, dibiarkan sudah malam. Karna Ellen pulang harus mengendarai sepeda motor menuju rumahnya. Akhirnya, Ady membiarkan Ellen tidur selama 10 menit lagi. Takut kalau kejadian tadi pagi terulang. Mengendarai sambil melamun dan mengantuk. Sepuluh menit kemudian, Ady memberanikan diri untuk membangunkan Ellen. "Sudah sampai Nona Ellen, ayo bangun." Ady menggoyang-goyangkan tubuh Ellen. "Sudah sampai mana, Pak?" "Kepinginnya sampai dimana?" Tanya Ady balik. "Aku langsung pulang ya Pak, capek." Pamit Ellen. "Iya Nona. Hati-hati." Pesan Ady pada Ellen. _____ Sebelum pulang kerumah, Ellen mampir dulu ke mall, beli cincin. Karna saat melewati mall, tiba-tiba Ellen punya keinginan untuk membeli cincin. Selain di pakai, bisa buat tabungan juga. Kadi kapanpun butuh uang bisa langsung di jual. Setelah mendapatkan cincin yang Ellen cari, bergegas Ellen pulang ke rumah Ibu mertuanya. Sampai dirumah Ibu mertuanya, Ellen memarkirkan motornya di depan rumah. Samar-samar, Ellen mendengar Ibu mertuanya tertawa dengan sangat lantang. "Nanti Ibu mau beli gelang, cincin, gamis dan sandal baru." Ucap Ibu mertua dengan keras dan jelas. Ellen tidak langsung masuk kedalam rumah, Ellen ingin mengetahui apa saja yang dibicarakan keluarga suaminya dibelakangnya. "Nah, gitu dong Mek, sebagai adik itu harus berbakti pada orang tua dan kakak." Sahut Ida menimpali. "Iya bu. Meki akan berusaha jadi anak dan adik yang baik dan berbakti." Lirih Meki. Setelah dirasa cukup menguping pembicaraan mereka. Ellen pun melangkahkan kakinya kedalam rumah, tanpa menyapa Meki, Ida dan Ibu mertuanya. Tak berselang lama, Meki datang menghampiri Ellen yang sedang mencoba cincin baru. "Cincin baru Len? "Tanya Meki tersenyum getir. "Iya Mas, ini cincin baru. Tadi pulang kerja mampir beli. Nunggu kamu belikan gak tahu kapan. Jadi Ellen beli sendiri saja." Sindir Ellen pada Meki. Ellen tak menjawab apapun sindiran yang diberikan padanya. "Mas boleh pinjam uang 50 ribu? Buat beli bensin." Pinta Meki pada Ellen. "Uang gajian kemarin, habis Mas? Baru tanggal 2 juga kan ini." Protes Ellen padanya. "Uang Mas sudah habis semua Ellen. Hanya ada10 ribu." Ellen membuka dompetnya dan mengambil uang 100 ribu. "Nih mas, kukasih 100 ribu. Tadi bukannya ibi punya banyak uang? Buat apa mas? Katakan Mas? Untuk apa?. Desak Ellen sambil sesikit berteriak. " Iya, itu uang dari bank, 50 juta." Jawab Meki sambil menunduk dan menautkan kedua tangannya. "Oo. Mas jadi pengajuan, minggu lalu?" Cercah Ellen sambil berkacak pinggang. "Jadi Ellen, mau gimana lagi. Ibu yang minta. Apapun yang Ibu minta, pasti kuusahakan." Sahut Meki membela Ibunya. "Ya udah, terserah kamu Maa. Tapi, awas! Kalau sampai ada apa-apa, aku tidak mau ikut bertanggung jawab!" Ancam Ellen pada Meki. Keesokan harinya. "Wah. Baju ibu yang ini bagus bu, tas nya juga." Puji Ida pada Ibunya. Samar-samar, Ellen mendengar Ibu mertuanya heboh dengan Ida diruang tamu pagi hari saat Ellen sedang rebahan dikamar. Karna penasaran, Ellen keluar dari kamar untuk melihat apa yang terjadi. "Gelangnya bagus banget Bu. Mahal kok, ya pasti bagus ." Teriak Ida, sengaja memamerkan pada Ellen. "Banyak uang bu? kok blanja banyak." Tanya Ellen dengan melirik belanjaan Ida dan Ibunya. "Iya dong, di kasih Meki buat belanja. Tidak kaya kamu. pelit!." Bentak Ida dengan sinis. "Mas meki sayang banget ya sama Ibu dan Mbak Ida, sampai-sampai lupa kalau istri juga butuh uang." Sindir Ellen dengan tersenyum miris. "Heh! Yang namanya anak itu, harus sayang sama ibunya. Jangan mengajari anak saya durhaka pada ibunya. Kamu hanya orang luar. Tidak usah ikut campur!" Teriak Ibu mertua geram. "Sudahlah bu, ayo kita masuk kekamar saja. Buat apa mengurusi wanita mandul itu! Tidak penting, yang ada bikin darah tinggi." Potong Ida, sambil memberesi barang-barang belanjaan. Tak berselang lama, Meki keluar dari dalam kamar. "Lihat tuh mas! Kelakuan Ibu mertua dan kakakmu. apa salah jika aku juga minta nafkah lahir darimu? Sebenarnya siapa aku ini?" Tanya Ellen dengan mata berkaca-kaca. "Kamu tidak salah Ellen, tapi orang tua dan kakak ku harus aku dulukan, sebelum kamu. Apa salah aku membahagiakan keluargaku?" Kilah Meki. Ditengah-tengah perdebatan Ellen dan Meki, tiba-tiba dari luar ada mobil berhenti. Kalau di lihat-lihat seperti mobil rental. "Ayo bu, mobilnya sudah datang. Anak-anak juga sudah siap." Ajak Ida sengaja berteriak dan melirik Ellen. "Meki, kamu ikut apa di rumah?" Tanya Ida padanya. "Kalau si mandul ini sih, biarin aja di rumah." Lanjut Ida meledek Ellen. "Pada mau kemana bu? Kok sampai menyewa mobil." Tanya Meki penasaran. "Mau jalan-jalan saja! Bosen di rumah terus." Potong Ida dengan cepat. "Aku ikut bu, skalian cari angin. Ayo Ellen, kita ikut." Ajak Meki pada Ellen. Meki tidak memikirkan sama sekali perasaan Ellen. Yang sudah jelas kalau Ida tidak mau mengajak Ellen. "Tidak ah mas. Ellen di rumah saja. Ngantuk." Tolak Ellen tegas. "Ya sudah, aku keluar dulu ya?" Pamit Meki pada Ellen.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN