"Kenapa kamu sembunyiin di bantal?" Aku bungkam. Untuk beberapa saat kami saling menatap dalam diam, lalu akhirnya dia beranjak menjauh dari atas tubuhku dan kembali duduk. Aku pun ikut bangun dan duduk bersandar kepala ranjang. "Kenapa kamu enggak pernah cerita kalau Asep kasih cincin?" Dia kembali menatapku. "Enggak ada gunanya. Waktu itu Mas tau sendiri hubungan kita kayak gimana, kan?" Aku balik bertanya. Gantian dia yang bungkam. "Siniin," pintaku sembari menengadahkan tangan ke arahnya. "Ternyata Asep serius juga, ya, sama kamu," ujarnya seraya meletakkan kotak cincinnya di telapak tanganku. "Dia emang enggak pernah main-main. Cuma akunya aja yang telat nyadar. Terlalu sibuk mengejar cinta yang susah dijangkau, sampai laki-laki yang serius dengan perasaannya malah kuabaikan,"

