Aku masih meringkuk di bawah selimut. Terisak lirih sembari meremas kuat bantal. Tubuh ini lelah dan sakit, tapi ada yang lebih sakit daripada itu. Hati. Aku tak menyangka dia tega mengambil milikku yang paling berharga dengan cara licik. Sesuatu yang harusnya kuberikan dengan sukarela, nyatanya harus diambil secara paksa. Teringat apa yang terjadi pada kami berdua semalam membuatku merasa frustasi. Segala rasa campur aduk. Marah, kecewa, malu. Kutarik-tarik rambut dengan kuat, lalu sesekali memukuli kepala sambil merutuki kebodohan sendiri karena tak bisa menahan hasrat yang bergejolak. Aku tak bisa mengendalikan tubuh sendiri dan itu membuatku sungguh menyesal. Bahkan, kami melakukan itu tak hanya sekali. Mataku yang sedari terpejam dengan rembesan air mata, seketika terbuka saat mend

