Prolog : Perang Dunia Ketiga
5 September 2029, sebuah program yang digunakan untuk meluncurkan nuklir ke 5 kota penting. Shinten DC, Cambright, Roskoria, Hyejin, dan Seon menjadi hancur lebur karena ledakan nuklir yang dahsyat itu.
Karena dampak nuklir yang besar itu, memuat banyak negara menjadi ketakutan. Sampai 70 juta korban terenggut karena efek nuklir itu. Tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan. Mereka hanya bisa menangis keras dengan insiden ini.
Stok belanja mereka tak terhindarkan. Mereka mengalami panic buying dan menghabiskan semua perlengkapan supermarket. Semuanya kosong. Tidak ada yang tersisa.
Perusahaan game online dan brand terkenal terancam bangkrut. Bisa jadi para konsumen memboikot barang yang menganggap kehancuran ibukota tersebut. Para CEO menutup perusahaan mereka dan menyebabkan pengangguran yang membludak.
Keamanan menjadi langka. Ketakutan akan efek nuklir itu menyebabkan para rakyat harus sembunyi dan tidak terlibat dalam perang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan.
Alhasil, pemerintahan harus mengerahkan polisi yang ahli untuk mengatasi kekacauan karena ledakan nuklir yang merugikan 5 negara penting.
Karena itu, para warga harus mengikuti pelatihan militer untuk mengamankan diri mereka. Mereka mulai mengenal senapan yang mereka pegang dan meningkatkan kemampuan menembak dan bertahan diri.
Ledakan nuklir itu membuat perang yang tak terhindarkan. Kawasan Tengah menjadi lebih memanas karena konflik Negara adidaya terpancing karena insiden nuklir tersebut, sehingga mereka mengirimkan nuklir untuk memperburuk kondisi lingkungan.
Sehari setelah nuklir tersebut, sebuah pengumuman telah tersebar ke seluruh dunia. Dari Negara Liberal sampai Kanaria harus mendapatkan pil yang pahit. Mereka kehilangan sumber daya alam dan manusia. Ekspor dan impor tiba-tiba dihentikan.
Mereka saling menyalahkan satu sama lain, sehingga organisasi aliansi tidak bisa mendamaikan mereka. Banyak kerugian yang menyebabkan kehilangan kota dan naungan.
Yang paling menyalahkan ini semua adalah Negara Reshan, negara yang maju akan militer. Namun, Roskoria telah dihancurkan. Kini, Reshan tidak memiliki ibukota lagi dan kehilangan sebagian besar pasukan dan teknologi yang ada di dalamnya.
“Dengan kehilangan ibukota kami, kami akan menyatakan perang terhadap negara Reshan. Negara yang mengembangkan nuklir.”
“Kami menyatakan perang terhadap Negara yang menghancurkan ibukota kami. Karena kalian,yang mengembankan nuklir,negara kami sudah tidak bisa diperbaiki lagi.”
Sementara itu, Negara Reshan, negara terluas di dunia membuat sebuah pengumuman untuk memanaskan kondisi dunia. Tidak ada aturan yang tersisa. Hanya sebuah kekacauan yang terjadi.
“Kami kehilangan ibukota kami. Lalu, personil dan ekonomi kami menurun karena nuklir itu. Jadi, Liberal akan menyatakan perang terhadap orang dibalik biang kerok itu. Orang yang sudah meluncurkan nuklir.”
Tidak hanya itu, negara yang terkena nuklir harus terkena imbasnya. Pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya, dan ilmu pengetahuan merosot dengan tajam. Tidak ada yang menyangka insiden itu membuat dunia menjadi kacau.
Kurs beli dan jual meningkat dan terus meroket. Tidak bisa digunakan untuk bertransaksi. Karena tidak ada yang bisa dibeli, maka mereka harus bertahan hidup dengan sumber daya yang seadanya.
Sebuah gelombang yang disampaikan oleh sebuah pemberontakan memberi sebuah pesan untuk mengakhiri semuanya. Karena insiden nuklir tersebut, agen pemberontakan itu harus menghentikan semangat pemberontakan itu.
“Misi selesai. Perang Dunia 3 sudah meletus. Sekarang, kita akan bubar dan kembali ke tempat kalian. Tidak ada yang kalian bisa lakukan karena efek nuklir itu.”
“Roger that!”
Mereka menghilang tanpa jejak. Tidak ada yang bisa mencegah insiden itu. Pemimpin mereka sudah membuat keputusan untuk membubarkan pemberontakan dan kembali mengurus masalah mereka masing-masing.
“Sudah tidak ada yang bisa kami lakukan. Semuanya sudah berakhir. Tidak ada yang boleh membongkar identitas kalian. Kalian bisa hidup bebas sekarang.”
Semuanya kecewa. Mereka meninggalkan Dragon Sang Revolusi karena ekspektasi mereka dihancurkan oleh sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan itu seolah-solah menghancurkan semangat dalam pemberontakan itu.
Tak terkecuali dengan seorang wanita yang tengah hamil. Tangisan isaknya tidak bisa dihentikan karena kehilangan seseorang yang dicintai. Karena itu, dia menghilangkan diri ke desa.
[*^*]
Dua minggu setelah insiden nuklir, Kawasan Timur Euro. Pertarungan yang tidak bisa dihindarkan, Negara yang merdeka dari Reshan mulai menyiapkan pertahanan dan peralatan militernya.
Bahkan, mereka bersatu untuk memukul mundur Reshan berkat ide 2 jenderal dari negara yang berbeda..
Sebuah pesan yang disampaikan oleh seluruh pasukan militer. Tank, artileri, dan pesawat tempur. Kendaraan tu diberikan kode untuk mempertahankan negara mereka.
Bunyi alarm yang berdering yang bersiap untuk perang. Para prajurit berbaris rapi sesuai dengan arahan dan perintah bos mereka. Para sersan mengumpulkan bawahan untuk menjalankan misi mereka.
“Semua pasukan!”
“Siap!”
“Semua pasukan! Luruskan barisan kalian!”
Semuanya berdiri tegak. Otot mereka terbentuk dibalik seragam lengkap mereka. Tidak hanya itu, mereka memegang sebuah senapan yang lengkap di tangan mereka. Bertatapan di depan pimpinan mereka dengan tegas.
“Sekarang, kalian bersiaga untuk mempertahankan negara ini. Kalian tidak boleh lari dari perang ini. Perang ini akan menjadi perang terbesar kita. Kita akan menghadapi negara yang lebih kuat dari kita. Karena itu, kita akan menyerang mereka!”
“Angkat senjata kalian! Sekarang buatlah mereka menyesal karena membuat nuklir untuk menghancurkan kota kita yang tercinta ini!”
Semuanya bersorak kompak. Ucapan dan teriakan pimpinan berkumis itu membakar semangat para prajurit yang bersiap perang. Para prajurit yang lain bersedia untuk menghabiskan peluru mereka.
Tiga hari kemudian, Mereka mulai bertempur di udara. Daerah terdekat harus terlibat dalam pertempuran yang besar. Belum lagi masalah strategi dan taktik yang harus dilakukan untuk mengurangi prajurit lawan.
Tidak ada aturan lagi. Mereka melupakan perjanjian dan peraturan perang. Mereka harus menjadi egois dan menghilangkan sisi kemanusiaan karena 5 nuklir itu menyebabkan
Senjata bergas racun mulai memperparah peperangan. Masih berkutik dengan sejarah Perang Dunia. Hanya dikendalikan orang tertentu yang boleh mengendalikan gas beracun.
Mereka harus mengabaikan semuanya untuk menang. Dengan terpaksa, mereka harus lari dan berhadapan dengan roket modern yang dikendalikan oleh prajurit lawan.
“Serbu!”
Para pasukan berlari dengan amarah. Genggaman senapan mereka serta semua yang ada di samping mereka hanya fokus dengan wilayah di depan. Baju pelindung belum tentu bertahan dari serangan yang dahsyat itu.
Senapan yang mereka genggam mulai canggih. Ada kemungkinan para robot mulai ikut campur dalam urusan perang. Mereka mengeluarkan peluru dari senapan mereka dan mengarahkan ada lawan.
Ledakan dan peluru melesat dengan cepat. Tank mulai hancur karena terkena tembakan. Duel dengan senapan terjadi dengan sengit. Dengan dua negara adidaya, mereka harus berhadapan dengan
Datanglah seorang pemuda yang memegang sebuah AK-47. Lambang yang lengkap terpasang di seragamnya. Rambut kuning pendek dan mata biru yang menenangkan, namun sebenarnya dia adalah seorang yang sadis.
Dia berdiri di atas tanah dengan mayat yang berserakan. Tank dan robot tidak melukainya karena ia jauh lebih berbakat daripada prajurit yang lain.
“Yo! Aku adalah seorang sersan yang berada dalam kekacauan.”
“Dengan amarah dan ketakutan mereka, aku akan mengendalikan mereka. Dengan peluru yang melesat, aku akan menghabisi kalian semua. Dengan doa ini, kalian akan musnah dengan izin Kitab Suci!”
“Rasakan amarah ini! AKAN KUHABISI KALIAN SEMUANYA!”
Lingkaran sihir itu tiba-tiba muncul dari atas langit. Mereka menyadarinya, namun tidak bisa menghindar dari lingkaran sihir itu.
Seorang pemuda mengarahkan lingkaran sihir itu ke arah lawan. Dengan aba-aba, ia mengaktifkan lingkaran untuk mengurangi prajurit musuh.
“Rasakan neraka ini, dasar iblis!”
“The Saints : Ultimate of Goodness!”
Lingkaran itu mengeluarkan serangan cahaya yang tidak bisa ditangkis. Orang yang terkena lingkaran itu pasti akan mati. Tidak hanya itu, kumpulan tank dan robot akan meledak. Tidak ada yang bisa menangkis serangan tu. Seolah-olah itu adalah takdir.
Artileri tidak ada artinya. Semuanya menjadi fana dan hancur. Para lawan menjadi tidak berguna akibat doa dari pemuda itu. Ini menguntungkan pihak yang diikuti oleh pemuda itu, sehingga mereka mulai menyerang secara barbar.
“Serang!”
Para prajurit mulai menyerang. Tidak hanya itu, tank yang gagah perkasa ditemani oleh sejumlah prajurit agar tetap aman. Para alutsista tidak bisa menangani semua ini.
Terpaksa mereka meninggalkan perang yang tidak ada artinya tu. Mereka dikalahkan oleh pemuda yang membuat lingkaran sihir.
Setelah perang itu, ada seseoran gyang memanggil pemuda itu. Tampak seorang atasan yang berada dalam tatapan muka pemuda itu. Tidak ramah kepada satu sama lain. Meski begitu, pemuda itu masih memaklumi atasan itu.
“REIN! Kembali ke markas sekarang! Aku ingin membicarakan sesuatu padamu.”
“Huh? Aku sedang sibuk untuk mengumpulkan mayat dan robot. Aku tidak punya waktu banyak.”
“Terserah. Yang penting kembali secepatnya!”
“Baiklah! Seenaknya sendiri!”
Pemuda itu meninggalkan Medan perang dengan kecewa. Tidak bisa mengumpulkan mayat yang menjadi hobinya. Ia mulai meninggalkan mayat itu bersama dengan prajurit yang lainnya.
Mengeluh di dalam hati, ingin sekali ia menendang batu dan mengenai mata tahanan itu. Mereka meninggalkan lokasi dengan mengurung mereka hidup-hidup dan membiarkan mati kelaparan.
"Payah sekali! Aku ingin membakar jasad mereka. Mereka sangat bodoh sampai ingin mati di medan perang."
Pikiran pemuda itu terbilang kompleks. Ia malah menikmati peperangan dan bangga dengan kemampuannya. Namun, karena keputusan atasan, ia harus kembali dari markas dan mempertahankan Reshan.
Ia berada di dalam truk tentara yang mengangkut tentara yang tidak sedikit, menatap pemandangan dengan amat kosong. Lingkungan yang mulai rusak dan tidak dapat diperbaiki.
“Heh! Dasar bodoh! Aku harus kembali bersama orang bodoh ni.”
“Sepertinya, ini terlalu buruk. Aku tidak boleh diam saja dan menaikkan derajatku. Aku tidak mau berada di tengah orang pecundang seperti mereka.”
“Tidak bisa. Mereka tidak paham. Mereka hanya menggunakan nuklir untuk menghancurkan satu negara.”
Dia berhenti berpikir, kembali menarik nafas dan mengalihkan pemandangan rusak itu. Ia terdiam dan melirik sejenak.
Setelah kembali ke markas, pemuda serta prajurit lainnya masuk ke markas dan kembali berpatroli seperti biasanya.