Dunia kita adalah persepsi kita – George Berkeley Al mematut dirinya di cermin dengan senyuman puas. Ia merapikan kembali kemeja putih yang melekat di tubuhnya dan memasang kancing lengannya. Setelah itu, ia mengusap tatanan rambut yang semalam 'dioprek' di barbershop sepulangnya dari bekerja. Sempurna! Tangannya menyambar jas yang tergantung di lemari sambil bersiul-siul tidak jelas. Bibirnya tak henti-henti menyunggingkan senyum dan sesekali nyengir lebar seperti orang mabuk. Masih terbayang olehnya, ekspresi para karyawan di kubikel mereka yang memandangnya bingung, saat ia bertingkah seperti orang gila sesaat setelah menerima email berisi undangan menghadiri pengumuman lelang kemarin sore. Proposal yang nekat ia antarkan pada gadis itu, sepertinya tidak berakhir di tempat sampah.

