02 : Bukan Pengantin Biasa

1786 Kata
Sumi terbangun saat merasa ada yang menjilati lehernya. Bukan cuma menjilat, ini lebih menjijikkan! Dia menghisap disana, seakan ingin meminum habis darahnya. "Drakulaaaa!" teriak Sumi histeris. Tiba-tiba dia teringat tentang cerita sandiwara radio yang rutin diikutinya sebelum dia minggat dari rumahnya. Judulnya ‘Drakulaku ganteng sekali!’. Sumi jadi penasaran, drakula yang sedang menghisap darahnya ini ganteng pakai banget ndak sih? Dia menoleh, dan langsung bertatapan dengan mata kelam yang zero ekspresi itu. "Mengapa kamu selalu menyangkal saya ini genderuwo?" Si pemilik mata kelam itu bertanya datar. "Karena ndak ada genderuwo yang ganteng, semua genderuwo itu jelek!" jawab Sumi polos. "Yang ganteng itu drakula!" imbuh Sumi sok tahu. Genderuwo ndak tahu, dia harus tersinggung apa tersanjung. Tapi dia ndak suka dianggap drakula (statusnya entah sahabat apa musuhnya!) yang songgong dan sok aristokrat itu. "Saya bukan drakula! Saya genderuwo! Dan selamat, kamu bertemu genderuwo ganteng untuk pertama kali," ucap Genderuwo sombong. Sumi menatap sosok antik didepannya sambil mengerjapkan matanya. Mendadak ia ingat penyebab dirinya pingsan dengan suksesnya. "Gen... gen... genderuwo!!" teriaknya sambil ancang-ancang mengambil langkah seribu. Tapi mengapa tubuhnya ndak bisa digerakkan? Cuma kakinya yang bergerak liar di udara seperti pelari cepat melintas di angkasa. Ada yang menahan tubuhnya, ternyata rambut genderuwo telah membelit kuat pinggang ramping Sumi, gadis blasteran bule itu. "Bukannya kamu memang berniat ketemu genderuwo, gadis rambut jagung?!" tegas Genderuwo. Sumi tersadar seketika. Astaga! Mengapa ia melupakan visi dan misinya nekat menjalani ritual bersama dukun botak itu?! Sumi ndak berontak lagi, kakinya menapak ke ranjang. Ia berbalik dengan perasaan was-was. Tabah Sumi, ingat visi dan misimu! ucap Sumi dalam hatinya. "Jadi karena kamu genderuwo sungguhan, apa kamu bisa membantu membalaskan dendamku?" tanya Sumi memastikan. "Tentu. Tapi kau tahu persyaratannya!" tuntut Genderuwo. Sumi menelan ludahnya gugup. Apa dia sudah siap menjadi Nyonya Genderuwo? Bukan pengantin biasa nih. "Ndak apaaaa... cuma tolong ka-kamu jangan tersinggung, Genderuwo. Bisakah saat bersamaku, tampilanmu yang cetar membahana begini saja. Kalau yang riwuk-riwuk itu munculnya didepan musuhku.. eh musuh kamu, eh musuh kita saja!" Lagi-lagi Genderuwo ndak tahu dia mesti tersinggung atau tersanjung. Dasar gadis sialan yang menggemaskan! Super juniior Genderuwo jadi gatal berlamaan di dekatnya. Sikat aja beuh! Udah dihalalin juga.. Eh, ada tah kata halal buat genderuwo? Secara genderuwo itu suka mencuri-curi kesempatan buat nananinaninok perempuan dengan menyamar jadi pasangan si perempuan! Genderuwo sudah lama ndak melakukan kegiatan b*****t seperti itu, dia bosan. Jenuh mengasah super juniiornya di sembarang milik perempuan. Tapi kali ini beda. Dia ingin melakukannya dengan pengantinnya sendiri. Mungkin jika halal, beda sensasinya kali. Jadi bisa dibayangkan, betapa membludaknya hasrat jin jantan ini setelah puasa selama seratus tahun lebih! Sumi terperanjat saat menyadari ada yang menggerayangi isi roknya. Disini cuma ada dia kan? Lalu, jika kedua tangan genderuwo asik memeluknya, siapa yang menggrepe-grepe miss V-nya? Eh, apa itu?! "Ulaarrrr!" jerit Sumi ngeri. Spontan Sumi mencengkeram ular nakal yang mengusiknya dan hendak melemparnya sejauh mungkin. Tapi mengapa ndak bisa dibuang?! Sumi menunduk dan memperhatikan benda apa yang dipegangnya itu. Pipinya memanas seketika, dengan mata mengerjap malu dia berkata, "mengapa kamu punya belalai di bawah, Genderuwo? Bisa tolong beritahu supaya dia sopan sedikit?" "Ndak bisa!! Dia sudah terlalu lama puasa. Dia pengin masuk ke guanya." Elah, frontal sekali. Sumi lupa dia berhadapan dengan makhluk astral yang nafsu jantannya ndak kira-kira. Apa dia siap diperkosa Genderuwo ganteng ini? Meski cetar membahana, tetap saja judulnya 'Genderuwo' dan belalainya serem! Bisa jebol dedel duel gua kerawangnya! Sumi berusaha mengalihkan perhatian Genderuwo supaya ndak nafsuan pengin menjebol gawang miliknya. "Ta.. tapi, kita belum nikah! Genderuwo, kalau orang mau menikah kita harus memanggil pendeta, pastur, pak penghulu atau apalah!" "Kau lupa, aku bukan orang! Aku genderuwo!" Napas Sumi tercekat hebat, belalai nakal itu sudah terlepas dari pegangannya dan mulai ngobok-ngobok liang senggamanya. "Begini caranya genderuwo kawin," ucap Genderuwo sambil menyeringai kejam. Asyemmmm!! m***m banget toh genderuwo satu ini. "Tu-tunggu, itu kan kawin. Bukan nikah. Apa kamu sudah pernah nikah? Pernah punya istri? Pernah jadi pengantin?" cerocos Sumi panik. Genderuwo menggeleng sambil menatap malas Sumi. Bawel banget toh gadis rambut jagung ini. Dan lancang! Lihat, beraninya dia mencabut paksa ular sancanya dari gua nyamannya. "Jadi, begini. Kalau ingin menikah, kita harus saling mengenal dulu. Siapa namamu?" Genderuwo mengernyitkan dahinya heran. "Aku Gandarewa atau Genderuwo." "Oh itu bukan nama. Itu jenis jin. Siapa nama yang diberikan oleh orang tuamu?" "Ndak inget!" "Mosok kamu lupa namamu sendiri?!" Sumi menggelengkan kepala prihatin. "Ndak inget punya orang tua!" Nah lho! Satu fakta lagi tentang makhluk genderuwo. Mereka itu anak durhaka! Masa orang tua sendiri bisa lupa?! Padahal Gandarewa memang ndak punya orang tua. Secara dia itu asal muasal makhluk genderuwo. Tapi mana tahu Sumi tentang hal itu, gadis itu masih berusaha memperdaya embah genderuwo yang tampilannya cetar membahana itu. "Wes. Ta kasih nama sendiri saja! Genderuwo... hmmm," gumam Sumi sembari berpikir dengan mengelus dagunya. Dia teringat, Mbah dukun memanggil genderuwonya Wowo. Dih, Sumi ndak suka nama itu. Kesannya lucu dan t***l! "Genderuwo... gen... Ge.... GEGE!! Wow, itu nama sing uapikkk!" pekik Sumi puas. Genderuwo yang baru saja ditahbiskan namanya menjadi GEGE hanya menatap datar. Sumi agak kecewa dibuatnya. "Kamu ndak suka? Ndak mau toh nama apik itu?" Genderuwo mendengus kasar. "Apa kalau saya menerima nama itu, berarti saya sudah boleh ngawinin kamu? Ya sudah, saya terima nama itu!" "Ikhlas?" "Iya." "Tulus?" "Hmm." "Senang?" "Hmm." "Bahagia?" Mana ada genderuwo yang bahagia? Yang bahagia itu menurut lagu JOJOBA... jomblo-jomblo bahagia. Padahal ndak semua jomlo itu bahagia, banyak yang ngenes! Terbukti dengan kondangnya istilah Jones, zomlo ngenes! Intinya Sumi cuma ingin mengulur waktu, biar belalai sang genderuwo mengkeret dan ndak sibuk nyoblosin nonik V di selangkangannya. Tapi heran, belalai nakal itu ndak mengkeret juga! Malah semakin liar! "Heh rambut jagung! Ndak usah nipu saya lagi! Stop bicara ndak ada guna! Mending mulut kamu dipakai untuk sesuatu yang bermanfaat!" erang Genderuwo. Sumi berniat membantah tapi mendadak lidahnya terasa kaku. Mulutnya ternganga, membuka lebar saat belalai nakal sang genderuwo menyumpal mulut seksinya. Mata Sumi membelalak lebar menerima serangan laknat itu. Grokkkk... grokkkk... grokkk.. Belalai besar dan panjang itu keluar masuk mulut Sumi dengan kasar. Menggenjot mulut Sumi dengan cepat. Ini pemerkosaan mulut! Sumi bahkan ndak punya kesempatan mengambil udara bebas di sekitarnya. Mulut mungilnya penuh sesak oleh monster belalai yang sibuk memperkosa rongga mulutnya. Sumi tersedak dan kehabisan napas. Perlahan-lahan pandangannya menggelap. Dia pingsan untuk kedua kalinya... *** Kata emak, anak gadis ndak boleh keluyuran menjelang maghrib. Bahaya. Itu saatnya setan-setan keluar semua! Oneng tahu itu. Tapi bagaimana lagi. Tadi angkot yang ditumpanginya mogok di tengah jalan. Jadilah dia kelaleran.. eh keleleran, di tepi jalan selama dua jam. Oneng ndak biasa memaki orang, jadi dia cuma bisa mendoakan si supir angkot. "Bang, aye doain sampai di rumah dengan selamat ya. Enggak digondol wewe gombel, diculik kuntilanak, atau dijahatin genderuwo!" Supir angkot jadi nyolot, "Neng, lo mendoakan gue apa nyumpehin gue sih?!" "Doain, Bang! Suwer! Kalau nyumpahin tuh gini... rasain lo! Moga-moga diperkosa genderuwo!" Oneng heran, setelah dia ngomong begitu supir angkot itu sontak melemparnya dengan kupluknya yang tebal. Untung meleset. Salah Oneng apa, coba?! Tapi gegara mendoakan orang seperti itu, sekarang hati Oneng jadi dag-dig-dug-der! Bukan berarti cewek montok bahenol bodi gitar salah cetak ini jatuh cinta. Cuma, mengapa ia merasa ada yang mengincarnya sedari tadi? Oneng paham, resiko jadi orang cantik itu banyak distalker-in. Tapi iya kalau yang menguntitnya manusia... pasrah deh kalau dicoblos guanya, daripada dibiarkan menganggur-gur seperti selama ini. Helow, cowok-cowok di desa ini pada buta kali?! Ada cewek cakep dianggurin lubangnya. Masalahnya, saat ini Oneng takut dikuntit setan tak bertuan. Pocong misalnya. Ealah, barusan ada perjaka expired yang dimakamin kan. Jangan-jangan dia menjadi roh gentayangan yang penasaran pengin menghilangkan keperjakaannya! Biar jelek ndak ketulungan, Oneng ogah dinananinaninok makhluk astral seperti itu. Upppsss, kok dia keceplosan menunjukkan kondisi fisiknya cihhh.. Krikkk... kriikkk.. krikkk.. Terdengar suara jangkrik mengerik yang membuat Oneng berjengkit kaget. "Kecoak sialan! Bikin orang kesereman saja!" sembur Oneng kesal. Dia mengambil sebutir batu dan menyambitnya kearah suara jangkrik yang diperkosa namanya menjadi kecoak oleh Oneng oon ini. "Aduuuhhh!" Terdengar pekikan suara cowok yang manjah-manjah menggoda gitcu. Oneng jadi bengong. Ada perjaka manjah di tepi hutan... si pocong bukan ya? "Lu pocong bukan sih?" tanya Oneng memastikan. "Bukan Kakak Oneng, aku Wowo. Bukan pocong. Bukan jangkrik. Apalagi kecoak," sahut suara itu manja. Oneng menghela napas lega. Yang penting bukan pocong. Lagian, bagaimana perjaka manjah itu tahu namanya? Pengagumnya kah? Oneng jadi deg deg deg serr... Bisa belah duren nih malam ini, dia udah bosan jadi perawan basi di desanya. "Ehmmm... Wowo, kok tahu nama Oneng toh?" Idih, Oneng ikut-ikutan manjah nih. Perlahan ia mendekati si suara manjah itu sambil melebarkan mata tuk menerawang sosok yang berada di kegelapan. "Wowo kan sudah lama kagum sama Kakak Oneng..." Suara manjah itu terdengar malu-malu. Yaoloh, gemesin banget. Pengin peyukkkkk.. "Masa sih?!" "Iya, Kakak Oneng. Kakak cantik. Tubuh Kakak bagus. Dingin-dingin empuk kali ya. Ih, Wowo pengin peyukkkk.." Astagah. Ndak kuat jantung Oneng. Pengin meledak dalam kebahagiaan. "Ya udah, peyukkk ajah!" desah Oneng mengundang. Bukan mengundang nyamuk loh, mau ditampol? "Ta.. tapi Kakak merem ya?" "Loh kenapa harus merem?!" protes Oneng kuciwa. Ndak bisa lihat kegantengan stalker manjahnya dong. "Wowo malu, Kak. Kalau Kakak ndak mau, ndak jadi deh." "Eitz! Jadiin dong! Masa batal?" teriak Oneng gemas. "Oneng udah merem nih." Oneng memejamkan matanya rapat-rapat. Sesaat ia merasa ada yang mendekat. Terasa hangat dan lembut bulunya saat si manjah memeluknya. Bujubuneng, banyak amat bulu si manjah! Agak sedikit berlebihan sih, tapi ndak papa. Pasti dia cowok macho berbulu yang manjah menggemaskan. Perpaduan yang WOW sekali. Oneng jadi penasaran, matanya membuka sedikit. Dia ingin tahu tampilan pujaan hatinya. Wajahnya memucat seketika. Sosok yang memeluknya jelas bukan manusia! Padahal tadi katanya bukan pocong! Tapi mengapa tampilannya super serem begini! Sekujur tubuhnya dipenuhi bulu hitam legam, matanya lebar dan besar. Dan dia punya taring yang tajam dan panjang. Juga ada cakarnya! "Siapa kamu? Kamu bohong ya!! Katanya tadi bukan pocong!" teriak Oneng girap-girap. "Wowo bukan pocong, Kak! Wowo ndak bohong! Wowo itu genderuwo," ucap Wowo memelas untuk membela dirinya. Apa?!! Genderuwo!! "Gen... gen.. gendengruwo!! Aaargghhhh!" Oneng berteriak ketakutan sambil berlari seribu langkah. Tinggallah Wowo tersedu sedan menangisi nasibnya. Gagal lagi deh belah durennya. "Wowo! Wowo!" Mendengar juragan dukunnya memanggil, Wowo pun menoleh dengan bersimbah airmata. "Kenapa Mbah?!" sahutnya ketus. "Eehhhh kamu itu. Pantes jomblo terus. Ndak bisa tahu mana yang berharga toh. Cewek itu tadi jelek banget tauk! Cewek yang Mbah pilih buat kamu ribuan kali lebih yahud, ngerti!" omel Mbah Dukun. "Gombal! Mana lho cewek itu?!" "Ngilang! Disabotase genderuwo lain. Salahmu toh ndak datang saat Mbah butuh!" Wowo melotot geram. Dia yang sudah putus asa gegara syusyah mendapat jodoh mana bisa merelakan pengantinnya digondol genderuwo lain!! "Mana Mbah genderuwo itu?! Biar Wowo hajar sampai terkencing-kencing!' "Kamu mampu toh?" sangsi Mbah dukun. "Pastilah," sahut Wowo sambil mengelus taring dan cakarnya. "Baik! Mari kita rebut pengantin genderuwomu!" Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN