Part 6

1261 Kata
"Aku harap ini hanyalah sebuah mimpi, dan aku akan terbangun untuk keesokan paginya" ***** Atha merasa sudah di ujung tanduk, usahanya untuk kabur tidak akan membuahkan hasil sedikitpun. Dan hari ini tempat satu  pria bernama Dominick akan menjemput dirinya, dan membawanya pergi entah kemana. Atha sudah melakukan banyak cara untuk kabur, namun ada saja yang menghalanginya.  Dia  memang sudah tidak dipukuli lagi oleh Sherly, hanya saja wanita itu masih sering menjambak rambutnya jika dia melakukan kesalahan. Seperti kemarin malam, Atha menonjok wajah seorang pria tua yang dengan lancang meremas pantatnya.  Tanpa banyak bicara Atha langsung bertindak cepat dengan menampar pria itu. Dan keributan tak bisa dicegah lagi. "Apa yang kau lakukan, beraninya kau.. " desis pria itu yang kini tersungkur di lantai. "Justru aku yang harusnya bertanya padamu! Berani sekali tangan kotormu itu menyentuh diriku"  balas Atha tak kalah sengit. "Apa salahnya? Itu memang pekerjaanmu bukan? Kau memang seharusnya di perlakukan seperti itu. Karena wanita yang berkerja disini tugasnya melayani para tamu dengan tubuhnya" sentaknya marah, dia lalu mengelap darah yang merembes dari hidungnya. "Ha? Apa yang kau bilang pak tua?’’ ucap Atha tidak suka ‘’Aku bukan wanita seperti itu!!  Jangan asal bicara kau ya! Sampai kapanpun aku tidak sudi di sentuh oleh pria menjijikan seperti dirimu!!" bentak Atha kencang. Semua orang yang ada di club hanya mampu melihat tanpa ada yang mau bertindak, mereka juga terkejut atas kejadian ini. Pasalnya selama ini semua berjalan tanpa ada kejadian apapun, tapi kali ini ada wanita yang memberontak dan berani memukul pelanggan yang datang. Karena mendengar keributan Sherly segera turun dari atas, dan melihat langsung apa yang tengah terjadi. Dia lalu meminta maaf pada pria tersebut, dan menyuruh orang lain untuk melayaninya. ''Tuan Edward, maafkan atas ketidak nyamanan ini.'' ''Seharusnya kau mengajari wanita ini bagaimana cara melayani, bukan malah memukul pelangan’’ balas pria tua yang tak lain bernama Edward. "Tentu saja tuan, sekali lagi saya minta maaf" mohon Sheryl pada pria itu. ‘’Catrine, tolong layani tuan Edward’’ panggil Sherly pada pekerjanya yang lain. Wanita cantik berambut pirang langsung dating dan mengandeng Edward untuk pergi menjauh dari sana. Setelah itu Sherly langsung menatap Atha dengan tatapan tajam. "Kau ikut denganku!" desis Sherly marah. Atha tidak menyahut dia berniat untuk pergi ke meja bar,  namun langkahnya terhentu karena seseorang menghentikannya. Pengawal Sherly dan juga sekaligus pria yang Atha benci. Kenapa pria itu selalu saja berada di sekitarnya. Apa dia tidak memiliki pekerjaan?! Aoi! Pria keturunan Jepang ini memang sangat keras kepala jika menyangkut Atha. Dia seperti terobsesi dengannya. Dan dalam sekali gerakan dia menggendong Atha seperti karung beras di atas bahunya. Oh tidak lagi.  "Apa yang kau lakukan!! Turunkan aku! b******k! Kau berani menyentuhku lagi!"teriak Atha marah. Dia terus memukuli punggung Aoi.  Tapi Aoi tidak memperdulikan nya, dia berjalan ke arah kamar Atha. Dan disanalah Atha mendapatkan hukuman, tubuh Atha langsung di banting di atas kasur. Belum sempat Atha ingin berteriak tak terima, rambutnya sudah di jambak oleh Sherly. "A..kh!’’  ringgis Atha kesakitan. ‘’Kau, apa tidak bisa menurut sekali saja. Apa kau tahu? Bahwa pria yang tadi kau  tampar adalah pelanggan tetap di sini. Awas jika sampai dia tidak akan dating kesini, aku tidak akan pernah melepaskanmu’’ Ancam Sherly tepat di depan wajah Atha. Bukanya takut Atha justru membalas perkataan Sherly. ‘’Baguslah jika pria tua itu tidak dating, jadi orang-orang sejenis dia berkurang satu.’’ "Kau__"Sherly berniat untuk menampar pipi Atha. "Hentikan itu, atau uang sepuluh juta dollarmu akan melayang." potong Aoi cepat. Sherly mengertakan giginya, menahan amarah yang sudah berada di ubun-ubun. Tapi kemudian cengkraman di rambut Atha terlepas dengan cepat, Sherly segera beranjak dari sana. Tentu saja uang sepuluh juta dollar lebih berharga daripada Atha. Aoi, pria itu menatap Atha sebentar lalu menyusul keluar dari kamar tersebut. Sementara itu Atha hanya mampu melihat tak berniat untuk melakukan apapun lagi. Kepalanya sedikit sakit akibat tarikan keras di rambutnya oleh Sherly tadi. Atha benar-benar sangat kesal sekarang. Semoga saja wanita tua itu mati!!  Dan mayatnya membusuk di dalam tanah. Atha sangat membenci wanita tua itu.  Atha tengah berganti baju di kamarnya, tapi tanpa di duga pintu kamarnya di buka dengan keras. Membuat Atha tersentak dan tidak sempat untuk menutupi tubuhnya yang kini hanya berbalut bra dan juga celana dalam berwarna hitam. Dengan cepat Atha menoleh ke arah pintu , mencari tahu siapa orang kurang ajar yang berani masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ternyata Ia  mendapati pria yang bernama Dominick kini berdiri di sana dengan pandangan tanpa ekspresi.  "Cepat pakai baju mu, aku tunggu di depan" ucapnya dingin. "Aku tidak mau! Kenapa aku harus ikut denganmu"  tolak Atha dengan sedikit rasa takut. Perlahan Atha berjalan kearah  ranjang miliknya. Ia meraih selimut yang ada di ranjang  namun gerakannya terhenti karena cengkram kuat oleh Dominick yang berada di lengan kanannya. Gagal sudah Atha yang ingin menutupi tubuhnya. Kini dia terlihat dengan sangat jelas oleh Dominick. Atha sangat malu dengan keadaanya saat ini, rasanya ingin tenggelam di sungai saja.   "Aku tidak suka jika di bantah! Cepat ganti baju mu atau aku akan  menyeretmu dalam keadaan seperti ini!" Dominick berbicara dengan sangat sengit dan juga mengintimidasi. Atha yang tadinya masih berani menatap mata Dominick kini memilih untuk menunduk, dia tidak sanggup menatap mata abu-abu yang kini masih terus memandangnya.   "Ba.. Baiklah, aku akan memakai baju, keluarlah" cicit Atha pelan.   Dominick melepaskan cengkramannya pada tangan Atha, dia berjalan ke arah pintu keluar dan menghilang dari sana. Atha berlari ke arah pintu lalu menutupnya dengan kasar.  Jantungnya berdegup dengan kencang, dia benar-benar sangat takut.  Dominick tampak sangat menyeramkan tadi, tidak ada rasa belas kasih sedikitpun. Dia tidak main-main akan ucapannya. Dengan tangan yang gemetar Atha mulai memakai bajunya, memakai sebuah atasan bertali spageti  hitam dan juga rok pendek berwarna putih. Dia tidak punya cara lain, Atha harus melakukan hal ini. Hanya ini satu-satunya cara untuk kabur dari tempat terkutuk ini.   Atha akan memikirkan cara lain untuk kabur dari jeratan Dominick. Inilah kesempatannya untuk bisa kabur dari tempat terkutuk ini.  Setelah selesai menganti bajunya, Atha lalu berjalan ke arah pintu keluar. Disana dia melihat Dominick tengah memainkan ponsel dengan bersandar di mobil Suv miliknya. Dengan seorang pria yang mungkin saja menjadi supir pribadinya. Atha mendekat ke arah Dominick, membuat pria itu mendongakkan kepalanya dan melihat kearah Atha. "Masuk!" perintahnya dingin.  Dominick lalu masuk terlebih dahulu ke dalam mobil itu. Atha mengigit bibir bawahnya, dia berniat untuk melarikan diri sekarang. Tapi pria yang tadi berdiri di dekat Dominick mendekat ke arah nya. "Jangan melakukan apa yang tengah anda fikirkan, nona. Karena hal itu tidak akan bisa terjadi" ujarnya santai. Atha langsung menoleh ke arah pria tersebut. "Me.. Memangnya apa yang sedang aku pikirkan? Aku tidak ingin melakukan apapun." tanya Atha gugup. "Berlari untuk kabur, anda bisa melakukannya tapi pasti tuan Dominick langsung bisa mendapatkan anda kembali. Percayalah, dia bukan pria yang baik nona, jangan membuatnya marah" terangnya kini dengan nada suara lembut. Apa-apaan pria ini! Tadi berbicara dingin dan sekarang berubah pelan. Apa dia punya dua kepribadian??   "Aku tidak akan kabur! Kau saja yang berfikiran seperti itu!" Atha membalasnya dengan ketus lalu masuk ke dalam mobil. Atha membuang nafasnya kasar, rencananya kembali gagal. Dia tidak bisa lari dari Dominick. Ini sama saja keluar dari mulut singa masuk ke dalam mulut harimau.  Pria itu juga menyusul masuk, mengendarai mobilnya ke tempat tujuan Atha selanjutnya. Atha memilih untuk tidak bertanya lagi, dia sudah cukup lelah. Dia berfikir akan bisa kabur, tapi sepertinya dia sudah terperangkap dalam hal yang jauh lebih gila dari tempat yang baru saja dia tinggalkan. Sebenarnya apa yang sedang terjadi padanya, kenapa masalah terus saja datang menghampirinya sejak dia memutuskan untuk pergi ke Roma. . . . To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN