"Kamu hanya ingin tubuhku, tidak dengan hatiku."
*****
Mobil yang di tumpangi Atha kini membelah kota Roma, dengan kesunyian yang telah tercipta sejak mobil ini di lajukan. Para penumpang menutup mulut mereka masing - masing. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk membuka suara.
Suasana ramai yang tampak sangat indah di luar, tidak bisa membuat Atha bahagia. Semua tampak biasa saja untuk dirinya. Dia bingung, marah, kesal dan tak berdaya. Karena tidak bisa melakukan apapun untuk bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Atha bisa merasakan, bahwa pria di samping kirinya sekarang lebih berbahaya dari Aoi. Ia memiliki aura yang begitu menakutkan di mata Atha. Terbukti, saat tadi di dalam club dia tak berkutik hanya dengan tatapan tajam yang di berikan oleh Dominick.
Tapi, Atha selalu berdoa di dalam hati. Semoga nanti dia memiliki kesempatan untuk kabur dari jeratan Dominick.
Drt! Drrt!
Bunyi gentaran ponsel membuat Atha sedikit terkesiap dengan lamunannya. Dia menoleh ke sebelah tempat Dominick berada. Ternyata itu adalah getaran dari ponselnya. Ia segera menggambil ponsel itu dari saku jas hitam miliknnya.
"Hallo." Jawabnya singkat.
"..."
"Aku sedang menuju kesana. Dengan membawa wanita yang kubeli di club 996." ucapnya lagi membalas sambungan telpon.
Atha melirik pria di sampingnya dengan sinis. Rasanya dia ingin mengumpati Dominick saat ini juga. Tapi, dia urungkan karena sudah kehabisan tenaga. Karena sejak pagi sudah berteriak seperti orang gila.
"Ya, kau tidak perlu cemas. Aku akan menemuimu nanti. Sampai jumpa." Putus Dominick akhirnya.
"Kita ke sana, Rome." Ucap Dominick pada pria yang duduk di depannya.
"Baik, tuan."
Dominick segera mematikan panggilan di ponselnya, kemudian memasukan ponsel ke dalam saku jas di sebelah kanan.
Begitu pula dengan Atha, dia kini memilih untuk terus memandang ke arah luar. Dia sudah tidak tertarik untuk kembali melihat Dominick.
Mobil SUV hitam milik Dominick semakin lama pergi ke tempat yang tidak Atha ketahui. Perlahan - lahan pemandangan kota berubah menjadi jalanan panjang yang kanan dan kirinya terlihat padang hijau luas. Kemudian membelah hutan, membuat Atha sedikit merinding.
‘Kenapa malah msuk ke dalam hutan? Apa yang mau pria dingin ini lakukan padaku?’ gumam Atha dalam hati.
Atha ingin bertanya kemana akan di bawa dirinya, tapi pria yang kini duduk di sampingnya justru tengah kembali sibuk memainkan ponselnya dengan serius. Seperti tengah melihat sesuatu hal yang sangat dengan penting, hingga tidak menyadari bahwa Atha sejak tadi terus saja melirik ke arahnya.
Atha menyandarkan pungungnya pada tempat duduk mobil dengan masih sesekali melirik Dominick. Jika di lihat dari samping Atha bisa tahu pria itu adalah pria kaya, terlihat dari bagaimana cara dia berpakaian. Pasti seorang pebisnis yang hebat, tapi jika memang benar untuk apa pria sepertinya membeli seorang wanita di sebuah club malam.
Apa dia sudah kehilangan akal, sehingga tidak bisa berpikir logis.
Pikiran orang kaya memang sulit untuk bisa di tebak. Membuat Atha tidak menyukainya, tentu saja karena pria kaya selalu saja melakukan hal sesukanya. Dengan uang semua pasti bisa beres, seolah dia bisa membeli dunia hanya dengan uang saja.
Pria di samping kanannya adalah pria dengan rambut coklat yang menghiasi kepalanya. Dan jangan lupakan matanya yang berwarna abu-abu itu. Sangat tajam, bahkan hanya mentapnya saja sudah terasa diintimidasi. Terasa tak berkutik. Dia bisa mendapatkan wanita dengan mudah, bahkan rela berlutut untuknya. Tapi kenapa harus dengan cara aneh seperti ini jika hanya ingin seorang wanita?
Benar-benar sulit di percaya!
"Sampai kapan kau akan menatapku " ucap Dominick dingin tanpa menoleh ke arah Atha.
"Ah, ti..tidak. Ka..kau sedang melihat apa di ponsel?" Jawab Atha terbata - bata.
"Apa itu penting? Berhenti menatapku. Itu membuatku risih!" Ujar Dominick dingin.
Atha membulatkan pupil matanya. Tidak percaya dengan reaksi dari Dominick.
'Dasar manusia sombong.' Umpat Atha di dalam hatinya.
Atha tak membalas ucapanya dan memilih untuk memandang ke arah luar lagi, dia tidak ingin menghabiskan waktu untuk berdebat dengan manusia sombong seperti Dominick. Pandangan Atha di buat kagum ketika dia melihat hamparan rumput hijau yang terpampang jelas di depan matanya, sangat Indah.
Dari dulu Atha selalu suka melihat tempat dimana banyak pepohonan. Atau tidak dimana ada sesuatu yang berwarna hijau, orang bilang jiwanya itu bebas, tidak terikat dengan apapun jadi hal inilah yang bisa mengobati rasa kalutnya adalah ketika dia bisa berada dialam bebas. Dan itu sangat benar, she love nature so much. Banyak tempat yang dia kunjungi, semua adalah objek wisata yang berhubungan dengan alam.
Dasar bodoh! Disaat seperti ini Atha justru malah mengagumi pemandangan di luar mobil.
Setelah tiga jam perjalanan, mobil berwarna hitam yang ditumpangi berhenti di sebuah rumah di pinggir danau. Tempat ini pasti tak ada yang mengetahuinya, mengingat hanya ada bangunan rumah ini saja. Sangat jauh dari hiruk pikuk kota, alam sangat mendominasi. Ketika Atha sibuk melihat lihat, pintu mobil di sampingnya terbuka dan tampaklah seorang lelaki dengan jas hitamnya membukakan pintu. Awalnya Atha terkejut, membuatnyakikuk namun segera keluar dari mobil.
Perasaannya tak menentu, namun Atha memutuskan untuk melihat dengan jelas sekeliling. Dan reaksi yang di perlihatkan Atha adalah kekaguman yang luar biasa. Karena rumah di hadapannya sangat luas, seperti sebuah mansion besar di pinggir danau.
Bangunanya juga terlihat sangat apik, dan juga terawat. Dan tanpa sadar Atha membuka sedikit mulutnya saking kagumbya akan rumah yang ada di depannya.
Siapa yang tidak akan kagum melihat rumah sebesar ini, dan juga pemandangannya juga pasti indah jika di lihat dari lantai atas.
"Tutup mulutmu itu! Dan cepat masuk. Aku membelimu bukan untuk mengagumi rumahku." ucap Dominick dingin sontak membuat Atha tersadar dan menoleh ke depan.
"Itu terserah kan! Tidak ada yang melarang juga!" balas Atha ketus.
Ck! Lelaki itu tak bisakah tidak berkata kasar. Dia apa tak mengerti bahwa Atha tadi sedang senang.Dia lalu berjalan terebih dahulu ke arah gerbang meningglkan Atha dan juga supirnya tanpa berbicara apapun, lelaki yang sejak tadi berdiri di belakangku masih terdiam di sana.
Atha menghembuskan nafasnya keras, dia pasti akan membalas perlakuan Dominick tadi kepadanya. Pasti!
"Apa pria itu memang seperti itu ya?" tanya Atha sambil mengikut Dominick. Dia tengah bertanya pada sang supir.
"Iya nona, tuan Dominick tidak terlalu suka dalam berbicara."
Atha mengangguk paham, dia lalu melihat sang supir yang bernama Rome dengan dalam. Seperti pernah melihatnya di suatu tempat.
Atha mencoba mengingat - ngingat lagi, dan saat dia telah mengingatnya. Ia langsung berhenti dan menunjuk Rome tepat di wajahnya.
"Kau orang yang waktu itu di depan club bukan? Yang hanya melihat ku tanpa mau menolongku?" Atha berbicara dengan nada sedikit emosi.
Sementara pria itu hanya diam dan mengangguk, membuat Atha sedikit kesal.
"Kenapa kau tidak mau menolongku saat itu? Padahal kau bisa melakukannya?"
"Itu karena__"
"Sedang apa kalian disana. Cepat kemari!!" Suara lantang Dominick menghentikan kata yang akan Rome ucapkan.
Membuat Atha berdecak kesal. "Tidak bisakah dia menunggu sebentar.
Dengan wajah yang kesal, Atha kembali berjalan menuju Dominick berada. Perasaanya semakin kacau, ternyata Rome adalah pria yang mengabaikan dirinya. Dan tidak mau menyelamatkan walau Atha sudah berteriak meminta bantuan.
Atha kini sudah tepat di depan Dominick. Pria itu memasukan satu tanganke dalam saku celananya. Dan menatap Atha serius.
"Mulai saat ini kau tinggal disini, untuk pakaian dan kebutuhan lainya tak perlu kau risaukan. Karena akan ada pembantu yang ku pekerjakan disini, tak ada ponsel dan telpon di dalam rumah. Komunikasi sangat terlarang disini". Jelas Dominick di depan pintu gerbang.
Dominick menatap Atha semakin dalam, tatapanya tepat di mata Atha. Sontak saja gadis itu menundukan wajah, karena sungguh dia tak terbiasa dengan tatapan yang Dominick berikan. Dia tidak suka sorot mata tajam yang Dominick perlihatkan.
"Dan satu hal yang harus kau tahu,bahwa kau harus memberiku seorang anak."
Apa?!!
Setelah mengucapkan kata itu Dominick segera masuk ke dalam rumah yang telah di buka oleh supir pribadinya. Sementara itu Atha masih berdiri mematung di tempatnya.
Memberinya seorang anak?
Apa pria itu sudah gila? Kenapa dia bisa seenaknya saja berbuat hal semacam itu pada Atha.
.
.
.
To be continued