Milikku

903 Kata
"Lakukan sesuatu. Aku merasa kepanasan, " ucap Asley. Dia mulai menempelkan tubuhnya ke Sei untuk mencari kenyamanan. Tidak ada rasa takut dari diri gadis itu padahal beberapa menit yang lalu ia memohon untuk diselamatkan. Sei melirik gadis di sisinya dengan santai. Ia hanya bereaksi ketika sampai di basement apartemen. Ia hanya butuh memastikan jika apa yang ia pikirkan adalah benar. "Ayo, aku akan menghilangkan rasa panas di tubuhmu," ucap Sei. Dia menyukai bagaimana cara Asley menggosokkan tubuhnya pada nya. Di matanya Asley seperti kucing yang minta dibelai. Penjaga pintu awalnya hanya menyambut kedatangan Sei dengan sopan seperti biasa. Namun sikapnya segera kaku dan wajahnya menganga kala melihat siapa yang ada di tangannya. "Se-selamat sore tuan." "Selamat sore, aku harap ini menjadi rahasia kita," ucap Sei. "Tentu saja, jangan khawatir. Aku akan tutup mulut." Sei tersenyum tipis, "Aku pasti akan memberi harga layak untuk uang tutup mulut mu." Penjaga pintu apartemen segera berbinar. Inilah yang ia suka dari Sei. Dia begitu dermawan. Sei menyelesaikan percakapan mereka sampai di situ. Dia segera menggendong Asley yang masih merintih dan meringik. Badannya bahkan mulai demam. "Sial, obat apa yang diberikan pada gadis ini." Biasanya obat perangsang tidak akan membuat orang demam seperti ini. Namun Asley justru sebaliknya. Dia seolah kehilangan kesadaran diri dan mulai membelai dirinya sendiri. Ketika mereka sampai di apartemen, Sei membawa Asley ke bak mandi. Ia berharap cara ini akan efektif. Namun ia harus menelan kekecewaan. "Dingin..." Wajah Asley justru semakin pucat. Dia gemetaran dengan bibir yang hampir membiru. "s**t. " Mau tak mau Sei membuka baju Asley. Dia membawanya ke kamar dan meletakkan di atas ranjang. Seharusnya bukan ini yang ia rencanakan tapi ia tidak memiliki pilihan. "Oh." Desakan Sei disambut rintihan lega dari Asley. Dia yang dalam posisi setengah sadar menggerakkan pinggulnya untuk mencari kesenangan yang lebih. "Lebih dalam, lebih cepat. " Sei yang memang sudah lama berpuasa karena tidak ada Neira pun mulai menggila. Ia menyambut apa yang gadis itu minta dengan goncangan tubuhnya yang semakin keras. Dia bahkan tidak perduli jika Asley meminta untuk berhenti atau berkata lelah. Sei berhenti saat ia sudah mencapai klimaks yang kesekian kali. Matanya mengarah pada sprei yang ada di bawah tubuh gadis yang tidak sadarkan diri. 'Tidak ada darah.' Sei pun membalikkan tubuh Asley untuk melihat setiap jengkal tubuh Asley. "Sudah aku duga, kalau dia tidak perawan, " guman Sei. Sei mengambil ponselnya lalu menghubungi Johan. Dia ingin pria itu datang untuk membahas masalah NeCosmetik. "Datanglah ke apartemenku, " perintah Sei. "Baik," jawab Johan dari telepon. Tak perlu waktu lama bagi Johan untuk sampai di apartemen Sei, atau Neira. Dia agar terkejut melihat penampilan Sei yang segar dan memakai kimono tidur. Ia yang sudah hafal dengan kebiasaan Sei tahu jika pria itu baru meniduri wanita. "Apa selera anda sekarang adalah jalang?" tanya Johan. Ia tahu jika Sei tidak memiliki kekasih pengganti Neira. Sally juga tidak mungkin karena ia mendekam di penjara. Jadi satu satunya yang mungkin terjadi hanyalah wanita panggilan. "Tidak, aku melakukannya dengan gadis ku. Kalau kamu penasaran kenapa tidak melihatnya," kata Sei. Johan memgernyit tapi ia tidak membantah. Jika Sei menyuruh sesuatu pasti karena ada maksudnya. "Baik." Sei duduk ke sofa sambil menyiapkan dokumen, lalu menunggu reaksi dari Johan saat melihat Asley. "Dia, dia..." Johan seolah melihat hantu. Bagaimana tidak, gadis yang ada di ranjang Sei adalah Neira. Ternyata dia hidup dan sehat. "Dia Asley, tapi aku yakin dia adalah Neira," ucap Sei. Johan butuh waktu untuk menenangkan diri. Gadis yang ia anggap meninggal tiba-tiba ada di depannya tentu saja ia terguncang. "Bagaimana mungkin, bukan kah Neira meninggal?" guman Johan. "Tidak ada bukti atau mayat yang ditemukan saat kecelakaan itu terjadi. Bisa jadi ia diselamatkan oleh seseorang dan menyembunyikannya. Asal kamu tahu dia hampir dijual menjadi jalang," jelas Sei. "Mungkin yang menyelamatkannya adalah sindikat perdagangan manusia." Itu alasan yang logis kenapa tidak ada laporan jika menemukan gadis yang tenggelam. Wajah Johan mengeras, ia tidak akan memaafkan siapapun yang berusaha menjual Neira menjadi jalang. "Kabar buruknya adalah, dia hilang ingatan. " Johan mulai ragu, jika saja ia tidak hilang ingatan mungkin ia bisa menerima jika gadis di ranjang adalah Neira. "Kenapa kita tidak mengetes DNA?" Saran Johan. Mana mungkin ia mau memberikan seluruh kekayaan Neira yang saat ini bertumpuk pada gadis yang mirip dengan Neira. "Bisa saja, tapi apa kau menyimpan rambut Neira, atau segala sesuatu yang dipakai Neira dan belum di cuci?" tanya Sei. Jawabannya jelas tidak, Johan tidak memiliki apapun. Semua bekas Neira jelas ada di rumah ini. "Aku akan berusaha mencari contoh DNA agar kekayaan Neira tidak jatuh pada orang yang salah." Johan adalah orang yang tidak percaya jika tidak ada bukti. Walau gadis di ranjang sangat mirip dan Sei memastikan jika gadis itu adalah Neira, ia masih ragu. "Ya sudah. Lakukan apa yang kamu inginkan. Aku ingin kamu membiarkan dia tanpa memberi tahu jika dia adalah Neira. " "Baik," jawab Johan. "Satu lagi, selidiki orang yang berusaha menjauh Asley, aku ingin informasi lengkap tentang orang itu besok." Johan mengangguk. Dia sendiri juga merasa sangat marah. Gadis lupa ingatan yang dijual oleh orang yang mengaku ibunya, sunggun menyedihkan dan kejam. Johan akhirnya meninggalkan apartemen Neira. walau besar harapannya jika gadis itu adalah Neira tapi ia tidak mau berharap banyak. Dan jika benar gadis itu adalah Neira maka ia bisa merasa lega karena beban yang ia bawa berupa kekayaan Neira bisa ia kembalikan. "Semoga saja kali ini aku tidak kecewa karena salah mengira kamu adalah orang lain, Neira. " Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN