59. Berdua

1026 Kata
"Dras, di dunia ini masih ada yang namanya cerai. Ingat itu! Bukannya aku doain, ya? Cuman manusia baru kelihatan aslinya kalau sudah nikah," nasihat Harpa. "Memang Anda sudah pernah menikah?" Adras malah langsung mengeluarkan serangan tajam. "Aku pernah lihat orang julid, gak lama hidupnya berakhir tiba-tiba," sindir Harpa. Adras melirik ke arah CEOnya. "Kenapa? Ada yang nyumpahin?" "Memang sudah waktunya." Harpa nyengir kuda. Dia berdiri membuang tusukan kayu bekas sosisnya kemudian kembali duduk dan meminum sebotol s**u cokelat. "Oh iya! Aku mau nunjukin sesuatu." Harpa mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dia berikan itu pada Adras. "Itu sample album barunya Diamond. Ada satu lagu yang Dios bikinin buat aku. Jadi dia terinspirasi dari perjuanganku nyelesain skripsi. Manis banget, kan?" tanya Harpa. Padahal lagu itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Harpa, hanya sekadar pengakuan sepihak. "Anda ingin saya mendengarkannya?" tanya Adras. "Lihat doang covernya. Bagus, gak? Ini ada pola kayak batik dengan nuansa hijau tuanya dan simbol pewayangan," tunjuk Harpa. "Terinspirasi dari Nyi Roro Kidul?" terka Adras. Harpa tepuk lengan pria itu. "Kamu ini bisa gak bagi kebahagiaan sedikit sama aku? Padahal aku sudah baik banget kasih kamu spoiler! Sudah, ah! Ngomongin boy grup sama laki-laki itu sama kayak nanyain merk lipstick bagus ke tukang tambal ban! Beda aliran!" Adras mengantar Harpa sampai ke mobilnya. Dia membungkuk ketika mobil Harpa mulai melaju. Pertemuan yang singkat, tapi begitu penuh misteri. Adras hanya ingin makan nasi goreng hari itu. Dia pergi sendiri mengenakan motor sportnya. Tak disangka, dia malah melihat Harpa tengah sendirian. "Aku kayaknya bisa tidur nyenyak malam ini," ucap Adras. Malam itu dia berbaring sambil mendengarkan lagu Dios. Lagu yang enak didengar dan memang penuh dengan semangat. Di satu sisi, Adras semakin rendah diri. "Dia bahkan jauh lebih mengerti kamu. Sedang aku? Sampai sekarang saja masih sering bikin kamu naik darah," ucap Adras. Jam di nakas berbunyi. Adras lekas mandi dan mengenakan pakaiannya. Sedang Harpa masih sibuk bermimpi yang indah tengah terbang ke awan dengan unicorn, memakai gaun putri danau angsa dan bertemu di istana langit dengan pangeran. Ketika turun dari kuda Harpa tersenyum karena pangeran itu seorang idol Korea tampan yang juga disukai. Mereka berdansa dengan anggunnya. Hingga semua berakhir dengan bunyi ponsel yang mengganggu. Harpa terpaksa bangun. Dia menendang-nendang selimut dengan kakinya sambil memukul bantal. "Padahal mimpi gak bisa bersambung! Ngeselin banget!" omelnya. Dia pergi mandi walau matanya masih tertutup setengah. Tadinya Harpa berencana ingin berendam agar lebih segar. Namun, setelah berpakaian, tetap saja mengantuk. Semalam dia antusias menonton variety show di korea dan tak tahu kenapa ingin membuat, tapi versi agensinya saja. Turun ke lantai bawah, Harpa sudah bertemu dengan Adras. "Spoilernya sudah diungkap tadi pagi sekali. Dan langsung menyebar," ungkap Adras. "Karena hoax yang kamu bikin kemarin, aku jadi belajar. Rumor semakin santer jika kita diam tak memberikan klarifikasi," timpal Harpa. "Lusa akan mulai pre order. Apa Anda siap?" Adras menyimpan tablet PC ke dalam tasnya. Harpa tersenyum. "Tentu saja, aku sangat percaya diri dengan ini!" Dia benar-benar sangat ceria. Walau belum semua keinginanya terpenuhi, tapi semua ini sudah lebih dari yang dia harapkan. Beberapa hari berlalu dan perhitungan penjualan pun dimulai. Harpa menarik napas panjang. Sesuai dengan harapannya, fans Dios langsung memborong album di hari pertama. Penjualan langsung meroket dan naik ke trending satu. Harpa bertepuk tangan hingga membuat musik dengan tangannya di meja. "Selamat! Anda sangat brilian, Nona Kariswana. Memang sungguh keturunan Tuan Chaldan," komentar salah satu direktur. "Aku memang terlalu muda untuk jadi pemimpin. Tapi kalau ingin meraih hati fans, harus menjadi fans itu sendiri," timpal Harpa. Gadis itu mengambil cangkir kopi dan meminum isinya. "Hukuman skorsing Tuan Gera akan berakhir sebentar lagi. Beliau akan kembali aktif. Kalian pasti akan kembali mendukung dia lagi, kan?" Harpa langsung menunjuk begitu saja hingga para direktur terbatuk-batuk. "Kami lebih percaya dengan Nona Kariswana. Bukan hanya karena keturunan sah, pun dua kali proyek yang berasal dari ide Anda berhasil. Ke depannya kami sangat menantikan hal yang sama," jawab salah satu direktur yang Harpa tahu ada di pihak Gera. "Aku harap itu bukan hanya ucapan semata. Soal wahana, belakangan pengunjungnya semakin sedikit saja. Aku ingin menambahkan fitur lainnya." Rapat berjalan dengan baik. Ide Harpa disambut penuh semangat direktur lainnya. Semakin banyak proyek mereka untuk satu tahun ini. Setelah selesai, Harpa kembali ke kantor. Seluruh anggota Diamond datang memberikannya masing-masing satu buket bunga. "Kalian tak perlu begini sama aku. Aku jadi merasa spesial," ucap Harpa. "Anda memang spesial, Nona," timpal Regal. Harpa menunduk malu sampai menggeser-geser ujung sepatu kanannya ke lantai. Adras menatap satu per satu anggota Diamond. "Saya ucapkan rasa terima kasih sudah hadir ke mari dan memberikan ucapan pada CEO. Saya yakin apa yang Anda semua lakukan, akan membuat CEO semakin bersemangat dalam bekerja," ucap Adras kemudian membungkuk di depan mereka. "Tidak perlu begitu. CEO sudah berusaha keras untuk kami. Karena itu kami ingin mengungkapkan rasa bersyukur kami pada beliau," jelas Regal. "Padahal lagu yang Tuan Dios ciptakan untuk CEO saja, sudah membuat CEO senang," timpal Adras membuat suasana hening di antara mereka. Harpa melirik Adras dengan kaget. Karena malu, Harpa membuang muka menyembunyikan wajahnya yang memerah. "CEO sangat bersyukur karena perjuangannya terekam dalam lagu penuh semangat dan makna. Apalagi yang menyanyikan boy grup kesukaannya." Dios berusaha memahami kondisi. Dia melihat Harpa yang ketakutan hingga tak berani menatap wajah. Tak lama Dios tersenyum. "Dia lucu banget," batinnya. "Tentu saja. CEO seorang pejuang yang tangguh. Dia tak pernah menyerah akan mimpinya, baik dan tulus," komentar Dios. Harpa mengangkat wajah. Matanya dan Dios beradu. "Sebuah lagu tidak akan mampu menuliskan kekagumanku pada dia," tambahnya. Mata Adras bergiliran menatap Harpa dan Dios. Dia bisa melihat cinta di antara kedua orang itu dan sangat menyakiti jiwanya. "Oh iya! Kalian sudah makan siang? Gimana kalau kita makan siang sama-sama? Aku akan traktir," ajak Harpa. "Pasti sangat merepotkan, Nona," tolak Niel. Harpa menggelengkan kepala. "Aku senang kalau makan ditemani. Bahkan di rumah saja, aku makan dengan pelayanku di teras. Itu menyenangkan. Kamu ikut juga, Dras!" Harpa meraih lengan kemeja Adras. Sayang hati sekretarisnya itu telah hancur lebih dulu. "Saya makan di kantin saja dengan Okna. Dia tidak ada teman," tolak Adras. Harpa melepas lengan kemeja pria itu. "Biar saya siapkan makannya. Semoga hari Anda menyenangkan." Adras membungkuk dan pamitan meninggalkan ruangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN