
Bab 1
"Udah sana nurut aja apa kata emak ya, demi pengobatan bapakmu," Emak yang terus-terusan membujuk ku agar aku ikut bersama bi Karsih seorang mucikari.
Emak tega, dia berusaha untuk menjual ku ke p****************g, dengan alasan pengobatan bapak dan biaya hidup.
"Iya mak, senja berangkat dulu ya," kataku sambil mencium tangan Emak, lalu aku memeluk bapak yang sedang terduduk di kursi roda.
Bapakku lumpuh semenjak kecelakaan di tempat kerja, terjatuh dari ketinggian membuat tulang ekor bapak patah dan akhirnya mengalami kelumpuhan.
" Bapak, Senja pamit dulu ya," aku mencium takzim tangan Bapak yang dulu gempal sekarang hanya tinggal tulang berbalut kulit.
Aku berjalan mengikuti langkah bi Karsih, melewati gang sempit lalu setelah sampai di jalan raya kami menaikki taxi online yang di pesan bi Karsih.
"Senja, nanti kalau sudah sampai kamu jangan panggil saya bi Karsih ya, panggil saya Madam, paham!" bi Karsih menjelaskan kepadaku.
Akupun mengangguk, sepanjang jalan aku melihat keluar jendela menyaksikan hingar bingar kota Metropolitan di malam hari.
"Apapun akan aku lakukan demi Bapak," ucapku dalam hati.
Kami pun sampai, tepat di depan gedung yang menjulang tinggi, setelah kami turun, aku di ajak bi karsih masuk dan menaiki lift untuk pergi ke lantai atas, setelah sampai kami pun di periksa oleh dua petugas lalu kamipun di persilahkan masuk.
Tampak jelas di depan mata berbagai jenis manusia, ada yang berpakaian mini bahkan adapula yang hanya menggunakan pakaian dalam.
Bi Karsih terus berjalan menuju tempat duduk yang paling ujung, terlihat di sana ada seorang pria yang tidak terlalu tua sedang duduk dan tepat di hadapannya tersaji berbagai macam jenis minuman.
Bi Karsih menarik ku dan menyuruhku duduk di samping lelaki itu.
"Buka jaket mu senja," ucap bi Karsih
Aku mengangguk sambil melepaskan jaket yang ku pakai, aku agak sedikit risih karena baju yang kupakai ini sangat kurang bahan.
"Gimana bos, oke kan?" tanya bi Karsih kepada lelaki itu.
Yang di tanya hanya melirik sekilas kepadaku lalu tersenyum ke arah bi Karsih.
"Ok kalau begitu, Senja tolong servis dengan baik!" bi Karsih mengacungkan dua jempol ke arahku.
"O-ok ma-madam," jawab ku gagap.
Setelah menerima sejumlah uang dari bos itu lalu bi Karsih pergi, dia memberiku kode agar nanti menelepon dia kalau sudah selesai.
Tinggal lah aku berdua dengan lelaki itu, aku masih canggung, tapi aku bertekad dalam hati aku harus bisa, demi bapak.
"Minum," pria itu menyodorkan segelas minuman kepadaku.
"Ak-aku belum terbiasa minum pak," jawabku gugup
"Bapak?, kau panggil aku bapak, oh ayolah jangan kaku begitu," ucap pria itu kepadaku, tercium bau minuman keras dari mulutnya, yang membuatku ingin muntah.
Tapi pria itu dengan kasarnya menegukkan minuman itu ke mulut ku tanpa henti yang membuat aku terpaksa meminumnya sampai habis. Setelah itu mataku berkunang-kunang dan...
Brrukkk.....

