Her Acting

1746 Kata
1...2...3... Elena terlonjak kaget melepaskan diri dari pelukan Nicholas. "Ma..maaf Pak, saya tampar Bapak. Sakit ya Pak?" Gadis itu meringis melihat pipi Nicholas yang masih memerah bekas telapak gadis itu. "Kamu......hebat!" Nicholas menepuk tangannya dengan lambat. "You're act like a pro. Wow! I'm impress!!" Elena tersenyum malu tapi kembali menatap serius atasannya. "Maaf ya Pak." Gadis itu sedikit menyesal tapi juga puas bisa melakukan hal tadi pada atasannya. Kapan lagi pikirnya bisa menampar tanpa di omeli? hihi.. "It's okey.. saya justru tidak terpikir tindakan kamu tadi justru sangat meyakinkan kita sebagai pasangan." Elena manggut-manggut. Pandangan gadis itu berpendar saat menyadari mereka masih ada didalam kamar Nicholas. Gadis itu melirik tiap sudut kamar pria itu yang terlihat rapih dan bersih. Ranjangnya sudah dirapihkan, berarti tadi Nicholas dan Catherine tidak melakukan apapun. Fiuuh... Wait, kenapa aku harus lega.. Nicholas berdehem, membuyarkan tatapan Elena dari ranjangnya. "Apa yang kamu pikirkan?" Elena tersentak lalu wajahnya memerah. Lalu gadis itu keluar kamar. Nicholas tersenyum senang, wajah merah gadis itu terlihat menggemaskan membuatnya ingin terus mengganggunya. Nicholas mengambil kaos dan mengenakannya. Lalu menyusul Elena keluar. "Len". Pria itu memanggil saat Elena beranjak ke pintu. "Temani saya makan siang dan mencari hadiah siang ini. Saya tunggu jam sebelas dibawah." Elena hendak menyahut, tapi kembali menutup mulutnya dan mengangguk. Lalu gadis itu berlalu sambil berdebar. ^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^* Dua jam kemudian mereka berputar mencari hadiah untuk ulang tahun Mama Nicholas besok. Akhirnya Nicholas memutuskan membeli kalung berlian yang membuat mata Elena melotot saat melihat harganya. Setelahnya mereka hendak makan. Nicholas berhenti berjalan saat ponselnya berbunyi. Elena menjauh memberi kode pada pria itu bahwa dia mau membeli eskrim didekat sana. Elena mengantri dan melihat Nicholas berbicara entah dengan siapa, tapi membuat raut wajah pria itu berubah kesal. Pria itu mendengus kasar saat berjalan mendekat ke arahnya. Nicholas masih terdiam saat mereka berjalan ke arah restoran. Elena terdiam sambil terus menyuapkan eskrimnya. "Len, tolong besok temani saya ke acara ulang tahun Mom." "Hah? Kenapa..." "Catherine... dia di undang. Barusan kakak saya kasih tahu. Saya ga mau dia berbuat aneh kayak tadi pagi." Elena terdiam. Mereka pura-pura berpacaran hanya untuk menghindari Catherine, tapi kalau Elena ikut ke acara keluarga Nicholas otomatis lebih banyak orang yang terlibat. Tapi apa boleh buat, Elena sudah menyatakan bersedia membantu pria itu. "Jam berapa pak? Saya harus pakai baju apa?" "Pakai baju yang nyaman saja. Acaranya tepat pukul dua belas siang." Elena mengangguk. Gadis itu tertunduk lesu. Membayangkan apa yang akan terjadi besok. ^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^* Nicholas menyemprotkan parfum ke sekitar dada dan lehernya. Lalu memakai kaos hitam dan jaket abu-abunya. Pria itu kembali menatap cermin merapihkan rambutnya. Ini hanya acara keluarga, Nicholas tidak ingin terlihat formal. Ditambah lagi dia harus menyesuaikan pakaian Elena yang kemungkinan terlalu santai untuk acara ini. Nicholas berjalan ke nakas, mengambil dompet dan ponselnya. Lalu berjalan keluar menuju lift. Sesampainya di lobby, mata pria itu berpendar mencari Elena. Tapi gadis itu belum terlihat. Nicholas mendengus melirik jam tangannya, telat.. Tiba-tiba matanya menangkap sosok wanita berdiri disamping tangga menuju pintu darurat yang mondar-mandir sambil membawa buket bunga dipelukannya. Elena? Pandangan mereka bertemu. Elena dengan gugup melambai ke arah Nicholas. Pria itu berjalan menghampiri. Berusaha memasang wajah datar padahal hatinya tercengang dengan gadis itu. Elena tampak cantik dengan terusan floral berwarna merah. "Ehmm siang Pak." Gadis itu tertunduk malu. "Baju saya ini gapapa pak?". Elena menatap ke wajah Nicholas yang sedang "No probs!" Nicholas berdehem. Lalu berjalan ke arah mobil. Pria itu membukakan pintu untuk Elena, lalu berputar masuk ke kursi supir dan mulai melajukan mobilnya. Nicholas melirik gadis itu disepanjang perjalanan. Sikap gugup terlihat di raut wajahnya. Elena berkali-kali merapihkan bunga-bunga yang dibawanya. Nicholas memperhatikan wajah Elena, make up simple membuat Elena tampak cantik, rambutnya bergelombang alami diurai tanpa sentuhan khusus, ditambah dress merahnya membuat kulit putih Elena bersinar, Nicholas terpesona. Setibanya di hotel tempat acara ulang tahunnya. Elena merasakan dadanya semakin berdebar. "Don't worry and don't stay away from me. Oke Elena?" "Baik pak!" "And don't call me Pak". Elena mengangguk. Nicholas meletakan tangannya dipinggang Elena saat mereka berjalan. Gadis itu berubah kikuk. Mereka masuk kedalam ruangan private. Elena belum pernah datang sebelumnya ke acara seperti ini. Gadis itu terus berdoa semoga tidak melakukan kesalahan apapun. Nicholas menyapa seluruh sanak saudaranya sambil mengenalkan Elena. Entah sudah berapa banyak orang yang bersalaman dan memujinya. Elena menampilkan senyum terbaiknya. Sampai akhirnya pria itu membawanya ke arah pasangan paruh baya yang berdiri ditengah meja. "Mom, happy birthday." Nicholas memeluk seraya mengecup pipi wanita itu. Ibu Nicholas, Emilia sangat senang putranya menyempatkan waktu untuk datang. Lalu wanita itu menoleh ke arah Elena. "Siapa gadis cantik ini Nick?" "Mom, ini Elena. Kekasihku." Elena menelan salivanya. Lalu memberikan flower basketnya. "Selamat ulang tahun Nyonya. Maaf saya tidak membawa hadiah yang pantas." Emilia terpana melihat bunga itu. "Ini handmade! Apa kamu buat sendiri nak?" Elena mengangguk gugup. Nicholas tersenyum kagum. Satu lagi kelebihan Elena yang baru diketahuinya. Apalagi Momnya suka juga merangkai bunga. Pasti mom senang, batin Nicholas. "Wah, ini hadiah luar biasa. Panggil saya tante okey..". Elena tersenyum lega. "Tante...". Mereka semua menoleh. Catherine datang membawa buket bunga yang besar. Dibanding dengan yang Elena bawa, buket ini ukurannya 5x lipatnya. Tapi bukan tatapan senang yang dilihat dari wajah Emilia saat melihat Catherine, melainkan tatapan kebencian. "Apa yang kamu lakukan disini?!" "Saya diundang Patricia." Jawab wanita itu enteng. "Selamat ulang tahun tan.." Catherine menyerahkan buketnya tapi Emilia bergeming dan malah membuang muka. Seorang wanita cantik lainnya menghampiri kemudian menyentuh lengan Emilia. Lalu mengambil buket dari tangan Catherine. Sepertinya itu kakak Nicholas, duga Elena. "Mom, aku yang mengundangnya. Please, jangan buat suasana menjadi tidak nyaman." bisik Patricia. Emilia mendelik ke arah putrinya. "Seharusnya kamu memikirkan itu sebelum membiarkannya datang, Pat!" Emilia berlalu. Patricia menatap cemas ke arah Nicholas yang hanya mengangkat bahu. Elena merasakan tatapan tajam Catherine. Tapi gadis itu tidak menghiraukannya saat Nicholas mendorong pinggangnya ke arah bangku. Mereka duduk disebelah kanan orangtua Nicholas, sedangkan Catherine duduk sedikit jauh. Sepanjang acara itu, Nicholas tidak berhenti memperhatikan Elena. Sikapnya yang natural saat berbincang dengan saudaranya yang lain, saat makan, membuat gadis itu terlihat luar biasa. Nicholas melihat sisi lain Elena selain di kantor. Mamanya dengan sengaja menaruh buket bunga pemberian Elena di atas meja didepannya. Hal itu menarik perhatian banyak orang dan Emilia tidak ragu memuji gadis itu, membuat Elena bersemu merah dengan banyaknya orang yang memandangnya. Sedangkan di ujung sana, Catherine mendengus kesal melihat Nicholas tidak berhenti menyentuh Elena. Pria itu berbisik ditelinganya, tertawa kecil saat mendengar Elena berbicara, membuat Catherine tidak selera menyantap makanannya. Saat Elena beranjak menuju toilet, wanita itu mengikutinya. Elena membuka pintu bilik kamar mandi dan terkejut melihat Catherine. Tapi gadis itu memasang wajah datar. Gadis itu mencuci tangan lalu memperbaiki riasan wajah dan rambutnya sedikit. "Saya heran apa yang Nicholas lihat dari gadis cupu kayak kamu?!". Catherine melipat kedua tangannya didada, menatap angkuh pada Elena melalui pantulan cermin. Elena tetap diam dan tidak menghiraukan ucapan wanita itu. "Apa kamu hanya mengincar harta Nicholas? Huh!!" Elena tahu wanita itu sengaja memancing emosinya, mungkin dia berharap Elena akan melawan dan akhirnya terjadi keributan yang akan membuat Nicholas malu. Tapi Elena tidak akan terpancing. Elena memandang Catherine. "Silahkan anda berkutat dengan pemikiran anda. Saya tidak peduli." Elena hendak beranjak keluar tapi Catherine mencengkram pergelangan tangannya. "Kamu boleh senang sekarang. Tapi ingat, perempuan jalang seperti kamu ga pernah akan bisa masuk dalam kehidupan Nicholas! Kamu hanya akan menderita jika bersama dia! Karena saya ga akan biarkan Nicholas dengan perempuan lain tidak terkecuali kamu, perempuan kampungan!" Elena berusaha melepaskan tangannya. Tapi cengkraman Catherine semakin erat. Wanita itu tertawa sinis saat melihat Elena meringis. Kuku panjang Catherine sengaja ditekan ke dalam kulit Elena. Tak lama pintu terbuka, mereka melihat Patricia masuk. "Cath, stop! Astaga!! Apa yang kamu lakuin?" Patricia melepaskan tangan Catherine dari Elena. Gadis itu segera keluar tapi masih dapat mendengar ucapan kasar wanita itu. Nicholas sedikit gelisah. Sudah lima belas menit Elena pergi ke kamar mandi tapi belum juga kembali. Pria itu beranjak dari kursinya lalu berjalan ke arah kamar mandi yang terletak dibelakang taman. Nicholas menangkap sosok Elena sedang berdiri menghadap keluar. "Len.." gadis itu membuang muka dan menghapus airmatanya. Tapi Nicholas sudah terlanjur melihatnya menangis. Nicholas terkejut, tadi Elena masih baik-baik saja. "What's wrong?" Elena menggeleng. Nicholas menarik tangan Elena dan melihatnya meringis, dengan segera gadis itu menyentak tangannya. Elena mencoba menutupi tapi Nicholas sekilas melihat gurat merah kebiruan. Pria itu menarik tangan Elena dan sedikit mengangkat ujung lengan bajunya. Mata Nicholas melotot melihat memar dan bentuk sabit kuku tertancap yang mengeluarkan rembesan darah. "Who did this to you?" Mata pria itu berkilat marah ketika tidak lama kemudian pria itu melihat Catherine dan Patricia keluar dari arah kamar mandi. Nicholas hendak beranjak ketika Elena menarik jaketnya. "Nick, ja..jangan!" Elena menggeleng melarang pria itu menghampiri Catherine. Elena takut akan menimbulkan kekacauan di acara keluarga Nicholas karena dirinya. Nicholas menatap nanar saat memandang Catherine yang memperlambat langkah kakinya saat melihat mereka berdua. Lalu Nicholas kembali menatap Elena. "Are you oke?" Elena mengangguk. "I'm sorry." Nicholas terlihat sungguh menyesal, dia kembali memeriksa tangan Elena. Elena memandang manik mata Nicholas yang masih kesal. Entah dari mana suara gadis itu terdengar samar. "Kiss me, Nick". Nicholas menunduk mengerti maksud gadis itu. Catherine dan Patricia sedang memperhatikan mereka. Pria itu mengangkat luka ditangan Elena dan mengecupnya pelan lalu dia menangkupkan kedua tangannya di pipi Elena, mendekat dan mencium pelan bibir gadis itu. Elena menangkup tangan Nicholas, dan memejamkan mata. Catherine memandang marah ke arah mereka. Lalu wanita itu menghentakkan heelsnya berlalu dari hadapan mereka. Nicholas melepaskan ciumannya. Menatap wajah Elena yang sayu, dengan bibir sedikit terbuka. Pria itu tahu, Catherine sudah pergi, tidak ada alasan untuk terus mencium Elena. Tapi nalurinya menginginkan hal lain. Nicholas justru memegang tengkuk Elena saat kembali mencium gadis itu. Satu tangannya melingkar dipinggang gadis itu untuk mendekatkan tubuh mereka. Elena pun menurunkan kedua tangannya ke lengan Nicholas dan meremasnya saat merasakan lidah pria itu menelusup ke rongga mulutnya dan menjelajah disana. Nicholas mengerang didalam hatinya. Sudah lama Nicholas tidak merasakan keinginan kuat untuk terus mencium gadis manapun. Pria itu tidak sembarangan berhubungan dengan seorang perempuan. Ditambah pengalaman pahitnya dengan Catherine membuat Nicholas lebih berhati-hati untuk dekat dengan lawan jenisnya. Setelah Catherine, Nicholas baru bisa membuka hati setelah bertemu Arline. Tapi sayang mereka tidak berjodoh. Dari kejauhan Mama Nicholas melihat kejadian itu. Wanita itu tersenyum puas melihat Nicholas mencium Elena didepan perempuan jahat yang pernah menghancurkan anaknya. Kali ini Emilia tidak akan membiarkan Catherine kembali mengubur putranya hidup-hidup. Wanita itu akan menjauhkan Nicholas dari Catherine dengan segala cara. ^*^*^*^*^*^*^*^*^CUT^*^*^*^*^*^*^*^*^* Hmmm... Apa yang akan Mama Emilia lakukan? ???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN