Jay Ares menerima hadiah yang tidak diharapkan : Bayi yang baru lahir.
Saat ia melihat bayi yang terbungkus dan berteriak-teriak meminta makanan, lapisan es yang sangat tebal sepertinya menutupi wajah tampan Jay.
" Kemana Ibu dari anak ini? " ia bertanya sambil menggerutu, matanya berkedip penuh bahaya.
Berani-berani nya wanita itu mengambil benih nya dan menghindari tanggung jawab untuk merawat anak itu ?
" Maafkan saya, Tuan, " kurir menjawab. " Ibu dari anak ini telah meninggal dunia di rumah sakit karena distosia. "
Jay merasa tegang dan terdiam. Ia membutuhkan waktu cukup lama untuk memproses berita itu, nyala api dimata nya bercampur dengan sedikit keraguan.
" Meninggal? "
Orang itu mengangguk dengan muram, mengeluarkan ponsel nya dan menunjukkan foto mayat Rose kepada Jay.
" Tuan Ares, ini adalah foto Rose yang kami ambil di hari pemakaman nya. Aku bisa mengirimkan nya kepadamu jika kau mau. "
Mata Jay melirik ke arah layar telepon dengan cepat.
Wanita di foto itu tampak kembung dan wajah nya bengkak pucat seperti hantu. Matanya yang menonjol terbuka lebar, menatap ke arah layar.
Siapa lagi dia kalau bukan Rose ?
Ketika Jay, yang mengidap OCD, melihat foto Rose yang sudah tiada, semua simpati dan belas kasihan di dalam diri nya seketika sirna.
" Tidak ! katakan padaku dimana ia dikuburkan? "
" Dipemakaman No. 674 Dipemakaman Gunung Bercabang. "
Jay memeluk anak itu dan bergegas kembali ke dalam rumah.
Dari jarak dekat, Rose melihat dari jendela mobil cokelatnya saat sosok tinggi Jay masuk ke dalam rumah. Ada ekspresi masam dimata nya.
Bahkan berita kematian nya tidak mengunggah ekspresi tenang Jay.
Mungkin ia bisa menipunya dengan sangat mudah karena Jay tidak mencintai nya sama sekali.
Kerinduan nya pada pria itu mungkin akhirnya sirna, selamanya. Jika dua kehidupan dengan cinta yang menggelora tidak mampu meluluhkan hatinya, kenapa ia harus tetap bersikeras dan mencoba?
...
Lima tahun kemudian.
Diluar bandara di Ibu kota
Rose mendorong koper ke hadapan nya. Ia mengenakan topi baseball, kacamata yang sangat besar dan penutup wajah bewarna gelap.
Wajah seukuran telapak tanganya sebagian besar tertutup, memberi nya kesan penampilan yang agak lucu.
Dibelakang nya terdapat dua anak kecil yang sangat lucu.
Anak-anak berusia lima tahun itu, lebih tinggi dari pada teman sebaya nya.
Anak laki-laki itu mengenakan jersey bewarna merah dengan sayap dipundak nya, dipasangkan dengan celana panjang hitam dan sepatu nike hitam. skuter di bawah kakinya bergerak seirama dengan tubuh nya.
Gadis disebelah nya mengenakan kuncir dirambut nya. Ia mengenakan gaun putri merah muda dan wajah nya halus dan pucat seperti peri dari cerita dongeng.
Anak-anak itu tampak seperti pangeran dan putri dari sebuah komik.
Ketika mereka berjalan, banyak orang yang sedang berjalan juga melirik ke arah mereka.
" Betapa cantik dan tampan nya orang tua mereka sehingga bisa melahirkan anak-anak secantik dan setampan ini. "
Robert dan Rozette sepertinya sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Mereka bahkan berpose ketika orang-orang meminta mereka untuk berfoto bersama. Orang-orang yang lewat menyukai sesi foto bersama kedua anak itu dan mereka juga menyukai kelakuan kedua anak yang riang itu ketika berinteraksi dengan mereka.
" Aku Robert, kakak nya. "
" Aku Rozette, adik nya. "
Ketika Rose mendengar si kembar memperkenalkan diri nya lagi, ia merasa tak tenang. Saat ia telah berjalan lebih jauh ke depan, ia berbalik untuk menegur mereka.
" Robie! Zetty! Aku sudah bilang kepada kalian berkali-kali mengenai penculikan anak ! Apakah kalian ingin diculik? kenapa kalian memberi tahu nama kalian kepada orang yang tidak dikenal ? Apakah itu akan membuat mereka mati kalau mereka tidak mengetahui nama kalian? "
Kedua anak itu bergegas mengejar ibu mereka. Sang kakak laki-laki menatap wajah ibu nya yang kesal dan cemberut. " Mami, kenapa kau membalut tubuh mu seperti itu? Apakah kau belikov? "
Rose sedikit merasa bersalah. ia memilih untuk berpakaian seperti itu karena ia khawatir akan dikenali oleh Jay.
Bagaimanapun, ia telah menipu Jay lima tahun yang lalu dan bahkan memalsukan kematiannya. Jika ia tiba-tiba muncul dalam keadaan hidup didepan nya, ia mungkin akan membunuh nya dengan kedua tangan nya sendiri.
Ibu nya tiba-tiba sakit keras dan menginginkan untuk bertemu dengan anak dan cucunya untuk terakhir kali, kalau bukan karena itu, Rose tidak akan pernah membahayakan dirinya dengan kembali ke kota itu.
Rose berkata dengan nada meremehkan, "Apa yang kau tahu? ini disebut gaya. Ini adalah tren baru. "
Ketika Rose sadar anak kembar nya membuka kacamata mereka, Rose membentak mereka dengan keras, " Pakai kacamata kalian! "
Kedua anak itu mendesah pasrah dan memakai kacamata hitam mereka.
Kakak laki-laki, Si kecil Robie, tampak seperti orang dewasa saat ia menggembungkan pipi nya.
" Setidaknya menurut mami itu keren "
Rose menghela napas lega ketika ia melihat mereka mengenakan kacamata hitam mereka kembali dan menutupi mata mereka yang sangat khas.
Ibu dan anak-anak itu mengenakan jenis kacamata hitam yang sama, mereka bergandengan tangan dan berjalan keluar bandara.
Sambil berjalan, Rose menasihati kedua anak nya.
" Keamanan disini tidaklah begitu bagus. Banyak perdagangan manusia dimana-mana, jadi kalian jangan berlarian kesana kemari, ya. "
Sementara itu,dipintu keluar bandara.
Jay mendekati Rose. melihat sosok tinggi dan ramping yang tampak akrab itu, membuat Rose lengah.
Jantung Rose hampir keluar dari tenggorokan nya. Ia buru-buru menambahkan.
" Terutama pria yang terlihat seperti anjing dengan jas dan dasi. Siapa yang tahu ? Bahkan jika ia berpakaian bagus, ia mungkin adalah binatang buas dibalik pakaian itu. Lihatlah pria yang berjalan disana. Meskipun ia terlihat tampan dan berwibawa, ia mungkin adalah pria yang kejam. kemungkinan besar ia adalah pedagang manusia. Kalau kalian bertemu dengan pria seperti itu suatu hari nanti, pastikan kalian menjauhi mereka, mengerti ? "
Ketika Rose dengan panik mencoba untuk menemukan cara untuk menghindari Jay, Jay tiba-tiba menatap lurus ke arahnya dan tersenyum hangat.
Rose lansung terpaku ditempat. Tubuh nya membatu. Wajah nya tampak kacau.
Tidak mungkin. Apakah Jay telah berubah selama lima tahun kematian nya? Wajah sedingin esnya...Tersenyum?
" Karenaku? "
" Mungkin setelah lima tahun perpisahan, ia akhirny sadar apa yang telah hilang dari hidup nya? "
" Jay! " Suara lembut wanita dari belakang nya dengan cepat menghancurkan khayalan Rose.
Jay berjalan melewati Rose. Wajah santai nya membuyar kan lamunan nya. Jay berbelok untuk menghindari tiga orang tersebut yang menghalangi jalan nya.
Rose mendesah pelan. Benarkah? Kenapa pria itu tersenyum kepada wanita itu?
Jay selalu membenci wanita itu.
" Mami, pria itu tampak seperti orang baik. Bagaimana mungkin ia adalah seorang pedagang manusia! " mata nya menonjol dengan ketertarikan dan keceriaan, membuat nya tampak lebih lucu daripada apapun.
" Apa yang kamu tahu? kamu tidak bisa menilai seseorang dari penampilan nya. " Rose bergumam.
Ia menarik anak-anak nya dengan sangat cepat.
Sambil berjalan keluar bandara, Rose tidak bisa menahan diri nya untuk menoleh ke belakang. Ia melihat Jay tersenyum kepada wanita cantik itu.
Jay bahkan berinisiatif untuk membawa kan koper wanita itu, dengan lemah lembut dan penuh perhatian. Sisi dari Jay yang belum pernah ia lihat sebelum nya.
" b******n! " Rose mengutuk diri nya sendiri.
Ia tidak mengerti yang pria b******n itu lakukan. Mereka adalah tipe orang yang harus di urus bagaikan keramik mahal yang mudah pecah ketika disentuh.
Tentunya, mereka tidak bisa dibandingkan dengan Rose yang multitalenta, yang mampu melakukan segala macam hal. Ia tidak takut tangan nya kotor, ia adalah ibu rumah tangga yang baik yang bisa bekerja diluar juga, ia bisa melahirkan anak-anak nya dan membesarkan anak-anak nya dengan baik. Secara keseluruhan, ia adalah istri dan menantu yang di dambakan oleh semua orang di dunia