Disa menghapus sisa air matanya yang membasahi pipi. Pelan-pelan ia menutup kembali buku catatan keuangan kakaknya, lalu meletakkannya dengan hati-hati di atas kasur. Napasnya berat, tapi ia tahu belum selesai. Ada satu sudut lagi dari kamar ini yang seperti memanggilnya. Ia menoleh ke arah pojok kamar, ke arah gantungan baju yang berdiri di dekat jendela. Di sana, tergantung satu set pakaian yang sangat Disa kenali—kaos sederhana warna krem dan rok selutut bermotif bunga kecil. Pakaian yang terakhir kali dikenakan Kak Dira. Yang seharusnya dipakai lagi sepulang dari melihat tempat dekorasi untuk persiapan pernikahan. Tapi hari itu, Kak Dira tak pernah kembali. Langkah Disa pelan saat mendekat. Pandangannya tak lepas dari baju itu, seperti sedang melihat seseorang, bukan kain mati yang

