Sepertinya kamar yang ini...
Kubuka perlahan knop pintunya. Takut-takut suaranya akan membangunkan Rezka.
"Awww! Wadooh!" Hah? Siapa itu yang memekik kesakitan? Kenapa bersamaan dengan dorongan tanganku pada pintu ini?
"Audi! Hati-hatilah! Kau membuat keningku benjol." Tiba-tiba pintu terbuka lebar, menampilkan wajah tampan Gestazh dari balik sana. Aku tak menyangka jika Dokter Gestazh ada di balik pintu ini. Ugh! Dia hanya memakai handuk di selingkaran pinggangnya. Apa dia sengaja?
"Sakit!" Dia memandangku kesal. Membuatku tersenyum kaku.
"Maafkan aku. Aku kira kau tak ada di sini. Aku mau menidurkan Rezka."Kututup mataku dan sedikit menunduk. Tubuh sexy-nya membuatku merona.
"Kenapa kau menutup wajahmu? Aku tau aku sexy." Di sela-sela pandangan malu-maluku, aku melihatnya tersenyum jail. Selalu saja seperti itu, mengesalkan dasar!
"Jangan menggerutu! Sana tidurkan! Oiya, aku ikut mandi di kamarmu ya. Shower di sini rusak."
"Kamarku yang di sebelah?" Dia mengangguk mantap. Tak mau repot-repot menjawab dengan suaranya, dia sudah menghilang di balik pintu. Oiya, apakabar keningnya? Benjol tidak?
******
"Awww pelan-pelanlah! Sakit!"
"Tahan sedikit. Sebentar lagi.Tangannya diam!"
"Ayolaah cepatlah sedikit!"
"Kau cengeng!"
"Heh!"
"Apa?" Kuperlihatkan wajah menantangku. Aku tak takut padanya. Dia pikir aku akan takut hanya dengan bentakannya saja. Bahkan hati hancur saja aku sudah kebal.
Aku benar-benar tak menyangka jika keningnya akan benjol jadinya. Untuk menebus rasa bersalahku, setelah mandi aku menariknya dan mengobatinya dengan cara mengompreskan es batu pada keningnya kurang lebih selama 15 menit. Dan ini baru 10 menit. Ayolah dokter cengeng, tahanlah!
"Untuk menebus kesalahanmu, kau ingin keningku sembuh kan? Dikarenakan aku adalah seorang dokter, aku tau cara paling ampuh untuk pertolongan pertama pada kasus benjol seperti ini."
"Serius? Apa?"
"Hukum alam mengatakan jika pertolongan pertama untuk orang benjol yang paling ampuh adalah mengompresnya dengan es batu selama 15 menit seperti yang kau lakukan untuk menghilangkan bengkaknya. Dan... berikan pelukan pada pasien untuk mengurangi rasa sakit. Dan... awww!!!" Aku benar-benar tak menyangka jika dokter ini tukang modus.
"Bukan! Aku tak modus. Hukum alam memang mengatakannya. Ettt ada satu lagi. Yang satu ini serius, aku yang bereksperimen sendiri," ucapnya. Sepertinya yang sekarang serius.
"Apa?"
"Untuk dokter tampan bernama Gestazh Aldy Hamizan, ayah dari Rezka Bagaskara Hamizan, berlaku ciuman wanita dewasa yang cantik untuk mengob__ aw aw aw sakit, Claudia Prillyameca! Stop it! Stop it!" Rutuknya ketika tanganku ini dengan kejamnya memberikan cubitan panas di area perut. Rasakan ini!
"Dasar! Mencari kesempatan di dalam kesempitan, eh?"
"Belum sempit! Masih longgar kok!" ujarnya disertai kekehan. Hah? Apa maksudnya? Matanya melirik ke arah bawah tepatnya ke arah... ahhh sialan! Dokter cengeng, dokter tukang modus, dokter mesuuum!!!
"Dokter apa lagi? Banyak sekali sebutannya!"
"Sudahlah! Obati sendiri! Kau mengesalkan ternyata." Tanpa merespons, tawanya pecah mengiringi langkah kesalku untuk keluar dari kamar maskulin ini. Lihatlah! Enak sekali dia tertawa sekeras itu. Tak ingatkah anaknya sedang tertidur pulas di sana?
Aku memasuki kamarku dan aaarrgh!! Apa itu? Siapa itu? Seorang wanita cantik berbalutkan baju putih sedang menyisir rambutnya di depan kaca rias. Hantu lagi? Iya ‘kah?
"Hai..." sapaku pelan.
"Kau bisa melihatku?" Sadar, Sharen, sadar! Dia benar-benar hantu? No no no, tidak boleh terjadi.
"Kau hantu atau manusia?" mendengar pertanyaan bodohku, dia terkikik geli. Semakin saja aku takut dengan tawanya itu.
"Aku mantan manusia!" Glek! Rasanya salivaku tersenggal sulit ditelan. Bangunkan aku, siapapun! Kemampuanku nyata. Bukan sekali dua kali aku melihat makhluk aneh di sekitar rumah sakit dan rumah ini. Selalu aku hiraukan karena aku belum menyadarinya, tetapi sekarang... Aaarrghh! Aku takut...
"Nyonya Sharen? Aku mantan manusia yang sekarang menjadi hantu cantik sejagat alam kubur!" Apa-apaan ini. Apa mungkin dia itu Gestazh yang menyamar? Hah, bodoh! Jelas-jelas baru saja kau meninggalkannya di kamar sebelah. Yang aku herankan, kenapa hantu ini terkesan tengil. Hantu sungguhankah?
"Aku cantik ‘kan?" Oh No! Dia mendekat padaku.
"Jangan mendekat!" Kupasang wajah tegangku. Karena memang aku belum bisa menerima ini. Aku tak terbiasa dengan kehidupanku kini, apalagi berinteraksi dengan makhluk yang beda alam denganku. Kalian pasti mengerti kan apa yang aku rasakan. Rasanya ingin menangis. Kenapa ini terjadi padaku? Memang sejauh ini aku bukanlah orang yang penakut, tetapi jika melihat dengan kasat mata ya tetap saja takut.
"Kenapa?" Dia malah semakin mendekat. Tubuhku serasa mati kutu tak bisa berkutik. Mataku perih karena air mata yang berdesakan di sana. Aku tak bisa seperti ini.
Husssss!!!!
Hah? Apalagi itu? Sesuatu melesat secepat kecepatan cahaya. Aaahh aku bisa gila jika seperti ini terus.
"Jason! Kau jangan bermain-main seperti itu. Kau menakuti Tante Sharen!" ucap hantu wanita yang baru saja berbicara padaku.
"Sharen kau ken__"
"Hentikan! Ini pasti mimpi, ini pasti mimpi!" Ku tampar pipiku sekeras mungkin.
"Kau kenapa?" Dia bertanya padaku.
Aaaa tidak mungkin!
"Jangan takut padaku. Aku takkan membunuhmu. Biar kuceritakan sudut pandangku terhadapmu. Pertama kali aku melihatmu, tepatnya pada saat kau berbincang dengan kakakku, Gestazh, di rumah sakit!" Hah? Dia adik Gestazh? Setauku Pak Dokter anak tunggal bukan?
"Aku adik dari Bang Gestazh yang meninggal dunia sewaktu melahirkan anakku, Jason. Aku sama sekali bukan hantu gentayangan. Tapi aku selalu ingin ke rumah ini. Selama hidup di dunia aku terkesan manja pada siapapun yang menjadi tempat berlindungku. Sampai sekarang aku masih tak menyangka. Kejadiannya berlalu cepat. Baru saja suamiku mati sia-sia karena mobilnya masuk ke jurang. Padahal saat kejadian itu aku sedang hamil anak kami. Beberapa bulan kemudian, suamiku menjemputku. Aku masih belum percaya!" Hei? Dia bercerita padaku?
"Iyalah, bodoh! Dengan siapa lagi kalau bukan denganmu!" aku baru tau jika ada hantu seperti ini.
Oh tidak! Dia mendekatiku lagi!
"Aaah! Arrghh! Jangan mendekatiku!"
"Apa aku semenyeramkan itu? Aku cantik, Sharen, walaupun sudah menjadi hantu," ucapnya kesal. Dia menjauhiku dan terduduk di tepi ranjang.
Actually, aku sedikit penasaran dengan ceritanya. Dekati atau tidak, ya?
"Kalau penasaran, kemarilah! Aku akan ceritakan semuanya!" Dia jinak kan?
"Huaaaa kau pikir aku ini binatang apa? Aku jinak, ayolah!"
Kenapa dia selalu tau apa yang kupikirkan? Kakak dan adik sama saja.
"Ya jelas aku tau, karena disamping aku hantu, akupun memiliki kemampuan seperti kakakku, Bang Gestazh," ujarnya lagi-lagi mengakui diri sebagai adik Gestazh.
"Kemarilah..." lanjutnya membujukku. Rasa penasaran ini mengalahkan rasa takutku. Akhirnya aku menghampirinya, menduduki kursi depan kaca rias tepat di hadapannya.
******
Aku sungguh tak menyangka dengan apa yang terjadi pada Dokter Gestazh dan Rezka. Selain menceritakan perihal sudut pandangnya padaku, Gloria, adik Gestazh yang menyebut dirinya mantan manusia itu, menceritakan perihal kakak iparnya yang mengkhianati Gestazh setelah umur Rezka genap tiga tahun. Gestazh yang sangat mencintai istrinya itu selalu mengelak kala Gloria mengingatkan jika Naura bukanlah perempuan yang baik untuknya.
Ya tentu! Gestazh orang baik, harus mendapatkan wanita baik pula. Mendengarkan apa yang dilakukan istrinya terhadap Gestazh mengingatkanku pada nasibku sendiri. Namun bedanya, Gestazh itu tampan dan Naura sangatlah bodoh meninggalkannya. Lelaki mana yang bisa membuat Naura berpaling.
Di lain sisi, tak munafik, aku selalu merasa tegang mendengar nama Naura. Apa Naura yang sama? Oh hentikan, Sharen! Nama itu banyak sekali di dunia ini.
Aku masih terdiam dengan posisi berhadapan dengan Gloria. Dia meneliti wajahku dengan berbinar. Apa aku secantik itu, sampai-sampai tatapan memujanya sangat kentara.
"Sharen,"
"Audi!"
Dua panggilan sekaligus. Dan yang satunya lagi terdengar nyata.