4. Too Late

1067 Kata
  Ruangan yang ia tempati sekarang setidaknya jauh lebih baik dari sebelumnya. Kai memindahkannya kemari, sebuah kamar bercat putih dengan ukuran sekitar 4×4 sebelum pria itu pergi entah kemana, meninggalkan Clara sendirian ditempat yang begitu asing baginya, tanpa satu benangpun melapisi tubuhnya yang penuh keringat. Gadis itu melihat kearah ventilasi yang tepapar sinar kuning dari alam luar. Hari sudah menjelang pagi, sedangkan gadis itu harus kembali menerima kenyataan jika yang terjadi semalam sama sekali bukan mimpi, seperti yang ia harapkan. Badannya masih terasa nyeri, terutama di bagian bawah. Dia kembali mengeluarkan airmatanya ketika mengingat bagaimana Kai memperlakukannya, jauh dari kata manusiawi. Kai memaksanya untuk bertingkah layaknya p*****r murahan yang bisa ia mainkan sesukanya. "You know you are my s*x doll." "I am gonna punish you if you did things I don't like." "How? You like it? You like acting like a slut, dont you? "Yeah, because you are the cheapest one." Kai tidak hentinya meluapkan kata-kata kotor penuh penghinaan, menginjak-nginjak harga dirinya. Apa salahnya hingga Kai melakukan ini? Dia tidak dapat berpikir dengan baik. Tidak satu-pun jawaban yang bisa membuat hatinya merasa aman. Clara tahu bahwa Kai adalah orang baik, setidaknya sebelum ini. Itu terbukti dengan adanya perban pada lututnya yang sempat terluka ataupun salep pada bagian kulitnya yang lebam. Mungkin pria itu masih memiliki rasa kasihan. Ya, sekali lagi mungkin itu hanya harapannya. Apakah ini berarti dia masih memiliki harapan untuk menyadarkan Kai, sehingga ia bisa keluar dari sini? Jika sekali lagi dia mengingat bagaimana Kai yang ia kenal dulu. Tentu orang itu tidak mungkin melakukan ini. Apakah Kai berkepribadian ganda? Apakah dia psikopat? Kedua-duanya adalah alasan yang paling masuk akal. Tapi kenapa harus dirinya? Kenapa harus Clara? Clara pernah membaca nama Kai terpampang di majalah bisnis sebagai salah satu direktur muda yang berbakat. Bahkan sebuah situs news terkenal Prancis memasukkan nama pria itu dengan judul 50 pembisnis muda yang paling diidamkan wanita di dunia. Jadi, bukankah bisa dikatakan jika Kai dapat membuat perempuan mana saja yang ia inginkan bertekuk lutut dihadapannya? Lalu, apa tujuannya menyulik, mengurung dan melecehkan Clara seperti ini? Pintu kamar itu kemudian terbuka. Hadir sosok Kai dari-sana dengan pakaian formal yang rapi disertai jas hitam yang ia tenteng. Jika Clara tidak mau munafik sekarang, dia menilai bahwa Kai benar-benar tampan. Tapi mengingat bagaimana pria ini tak jauh berbeda dengan monster jahat, Clara tentu membuang jauh-jauh pujian itu. Bagi Clara, tidak ada apapun yang lebih menakutkan dari pria ini di hidupnya. Kai berhasil membuat dirinya trauma terhadap lelaki itu. Pria itu tersenyum senang melihat Clara yang sama sekali tak berdaya diatas tempat tidurnya. Kedua tangan gadis itu masih terikat keatas, dia meminjamkan kemeja-nya untuk menutupi tubuh polos gadis itu karena semua pakaiannya sudah ia rusak. Terlihat beberapa bekas dirinya di beberapa bagian tubuh Clara yang terekspos, membuatnya kembali terangsang. "Good morning, Cherie." Sapanya lembut, Kai mendekat. Membuat Clara menunjukkan raut takutnya beserta antisipasi. Dia berjuang untuk melepaskan ikatan pada tangannya, yang pada akhirnya hanya membuat kulitnya terluka. Dia tidak akan berhasil lolos dengan usaha sehebat apapun, Kai menjamin hal tersebut. Tubuh Clara membeku ketika Kai menyentuh pipinya yang masih memerah akibat tamparan yang diberikan pria itu semalam. Kemudian Kai mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Namun hal yang dilakukan Clara tentu membuatnya naik darah. Gadis itu mengelakkan kepalanya sebelum bibir Kai menyentuh bibirnya. "Sebenarnya ini adalah hari yang indah." Kai berkata sinis. "Sebelumnya kau menghancurkannya," lanjutnya disertai tangannya yang menarik rambut gadis itu dengan kasar, membuat Clara tersentak karena rasa sakit yang tiba-tiba. "Melihatmu membuat pagi cerahku hancur." Kalau begitu tak usah melihat kearahku! Dan ia cukup pintar untuk menahan kata-kata itu dalam hati. "Please...stop.." Clara memohon. Sedangkan Kai tidak akan berhenti, dia malah menjambak rambut Clara semakin kuat. Tangannya yang lain mencekek leher gadis itu, membuatnya terbatuk-batuk mencari udara. Clara benar-benar helpless dengan keadaan nya sekarang. Dia hanya bisa menghentak-hentakan kakinya dan wajah yang basah dan memerah untuk menggambarkan rasa sakit yang ia rasakan. Tetapi Kai malah tertawa. Seperti sama sekali tidak perduli dengan permohonan gadis itu yang tergambar jelas dari matanya yang terbelalak lebar. Ketika merasa cukup, dia melepaskan tangannya. Melihat gadis yang terengah-engah karena hampir kehabisan napas itu dengan senyum terhibur. "Apa....salahku?" dengan napas yang tersenggal-senggal, Clara berhasil mengeluarkan kata-kata itu dari bibirnya. Apa yang pria itu lakukan semalam sudah terbilang diluar batas. Clara pikir Kai akan berhenti. Tapi, melihat keadaan sekarang, yang akan menimpanya pasti sesuatu yang jauh lebih buruk lagi. Tatapan Kai memberitahunya itu secara tak langsung. "Kau tidak salah apa-apa. Aku hanya mencoba impas. Kau dulu memperlakukan-ku seperti sampah, sekarang aku ingin kau rasakan hal yang sama." Kai mengatakannya dengan begitu santai. Sedangkan bulu kuduk Clara berdiri setelah mendengar itu. Kai menghapus airmata yang kembali berjatuhan di wajah gadis itu. Dia tidak pernah tega melihat orang menangis sebenarnya. Akan tetapi dia rasa tidak apa-apa jika itu airmata Clara. Karena gadis itu pantas menderita. So, she is the one who turn a good boy became a monster like him. "Manusia selalu lupa perbuatan buruk yang dia lakukan, bukan?" tanya Kai menyindir. Segala hal yang berlangsung beberapa tahun yang lalu kembali tergambar dalam ingatan Clara. Dia tidak lupa apa saja yang telah ia katakan kepada Kai. Ia tidak lupa bagaimana dirinya mempermalukan Kai waktu itu. Dia tidak lupa bahwa dia menunjukkan raut bencinya dan memperlakukan Kai seenaknya. Tapi dia juga tidak lupa bahwa ia melakukan itu dengan alasan. “Maaf,” ucapnya lirih. "Sudah terlambat, Cherie." “Tapi, aku punya alasan kenapa melakukannya.” Clara masih berupaya.  Kai tersenyum menyeringai. Dia menatap dalam-dalam mata Clara yang masih keluarkan airmata. Dia sendiri tidak mengerti bagaimana dirinya bisa sampai sejauh ini. Dia merasa kasihan sebenarnya. Akan tetapi rasa benci dan dendamnya lebih besar dari apapun. Apa yang dia dapatkan sekarang semuanya karena Clara. Karena kebenciannya terhadap gadis itu. Satu-satunya tujuannya adalah untuk memiliki Clara. Untuk membuat gadis itu menyesal dengan apa yang dia perbuat dan untuk memastikan bahwa gadis itu merasakan sakit yang sama seperti yang ia rasakan dulu hingga hari ia menghembuskan napas terakhirnya. “Sayang sekali, aku tidak peduli.” Kai mendekat, ia mengeluarkan sesuatu dalam kantongnya, sebuah benda kecil berbentuk peluru yang agak panjang. Dia melebarkan kaki Clara yang sudah tidak berdaya. Sadar apa yang akan dilakukan Kai, Clara menggeleng. "Tolong, jangan!" Kai tidak mendengarkan, dia memasukkan vibrator itu ke dalam milik Clara, lalu menekan remot hingga benda itu bergetar di dalam, membuat gadis itu reflek menggeliat. "Kai! Hentikan, kumohon!" "a slut like you is gonna like it," katanya mengejek, tersenyum puas melihat bagaimana benda itu bereaksi di tubuh Clara. "Aku harus ke kantor, selamat bersenang-senang," katanya tak peduli, lalu keluar dari kamar dan meninggalkan Clara yang berteriak memanggil namanya, untuk mengeluarkan benda sialan itu dari selangkanganya. *** 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN