SKYLIGHT #14

817 Kata
My Playlist : Dont Give up on me - andy Grammer     *** Mata Shelina yang mengantuk tiba-tiba kembali terbuka karena mobil Max terhenti, Shelina mengedarkan pandangannya kemudian mengernyit bingung. "Kenapa kita kemari?" tanya Shelina. Max mengacuhkan pertanyaan Shelina, Max membuka pintu mobil kemudian turun. Shelina pun menyusul Max. Shelina melihat ke kanan dan kekiri. Kini disekitar mereka terdapat banyak orang yang mungkin berjumlah puluhan. Sedangkan mereka berada di tengah lapangan luas. Tapi kebingungan Shelina akhirnya terjawab saat angin tiba-tiba berhembus kencang disertai suara bising dari baling-baling. Sebuah helikopter mendarat di dekat mereka, helikopter bertuliskan 'SKYLER' dengan huruf berwarna merah serta warna badan helikopter berwarna putih. Begitu kontras dan mencolok. Seperti perusahaan Skyler yang selalu menjadi pusat perhatian, dan memaksa semua orang hanya menatap kejayaan Skyler dengan tinggi. Helikopter itu contoh kecilnya. Shelina menatap kagum dengan desain luar helikopter milik Maximillian yang di desain cukup unik dan berbeda dari helikopter milik kebanyakan orang. Lamunan Shelina terbuyar saat tangan Max terulur, berniat menggenggam tangan Shelina untuk membantu wanita itu menaiki helikopter. Tapi Shelina menolak uluran tangan Max, "Aku bisa sendiri Max, aku bukanlah wanita manja." kata Shelina sambil menaiki helikopter itu sendiri. Max tersenyum miring, ia menyusul Shelina naik ke helikopter, tidak lama helikopter pun mulai terbang dan bergerak. Shelina memakai segala atribut yang diperlukan saat menaiki helikopter, ini pertama kali bagi Shelina menaiki helikopter. Dan dia merasa sedikit takut, sebelumnya Shelina hanya mau menaiki jet pribadinya saja. Tapi kali ini dia tidak menolak ajakan Max, karena wanita itu tidak ingin terlihat lemah dan payah. Max sesekali melirik wajah Shelina diam-diam, wajah Max berubah khawatir saat menyadari raut wajah Shelina yang memucat. "kamu baik-baik saja?" Shelina menoleh kearah Max, nafasnya sedikit memburu, tubuhnya duduk dengan tegang. Shelina mengangguk menjawab pertanyaan Max, angin berhembus cukup kencang, angin malam terasa semakin dingin menerpa permukaan kulit Shelina. Max merasa tidak yakin dengan jawaban Shelina, ia malah semakin mengkhawatirkan wanita itu. Sruk! Mata Shelina membulat, tubuhnya mematung di tempat, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa tapi ini benar-benar canggung. Sedangkan Max memeluk Shelina dengan erat, kepala Shelina bersandar di d**a Max. Max terlihat nyaman-nyaman saja malah sangat puas. Shelina ingin mendorong tubuh Max menjauh, namun pelukan Max rasanya sangat nyaman dan hangat. Tubuhnya jadi tidak kedinginan lagi. Tanpa sadar Shelina tersenyum tipis, dia tidak ingin bertanya pada Max alasan pria itu memeluknya, karena mungkin Max hanya bersimpati padanya yang kedinginan. "Oh iya Max, kamu bilang aku harus membantumu kemarin malam. Apa sekarang ini kamu membawaku ke Manhattan untuk melakukan itu?" Shelina sedikit mendongak agar bisa melihat wajah Max. Max hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, lalu tatapan Max turun dan langsung bertabrakan dengan manik mata milik Shelina. Mereka bertatapan cukup lama, Max seakan terhipnotis untuk tidak mengalihkan pandangannya. Cup! Mata Shelina membulat, ia merasakan sebuah benda kenyal berada di bibirnya, dan kini benda itu mulai bergerak menghisap dan menggigit kecil permukaan bibirnya. Shelina tersenyum tipis, apa pria ini tidak bisa berciuman?. Batin Shelina, Shelina sadar Max begitu menginginkan bibir miliknya. Tapi pria itu hanya megecup atau menghisap bibirnya, jadi Shelina menyimpulkan jika Max tidak lihai berciuman alias amatir. Walaupun Shelina juga sama, tapi dia sering melihat adegan ciuman panas dari teman-temannya ataupun film dewasa. Entah keberanian dari mana, tapi Shelina pikir dia perlu mengajari Max bagaimana cara berciuman dengan baik. Max terkejut saat merasakan bibir Shelina mulai bergerak membalas ciumannya, rasanya benar-benar berbeda. Biasanya wanita itu tidak membalas ciumannya dan sekarang ia merasa sangat bahagia. Max mengenyit tatkala lidah Shelina juga ikut bermain disana, masuk kedalam mulut Max, tapi mengantarkan sensasi aneh. Max mengikuti permainan Shelina, ia cepat belajar, jadi dia juga memainkan lidahnya di mulut Shelina. Ciuman Max yang lembut kian lama berubah menjadi ciuman kasar dan penuh gairah. Rasanya Max menginginkan lebih dan lebih, tidak tahu ada apa dengan tubuhnya. Ciuman Max terlepas dari bibir Shelina, Shelina mengambil nafasnya terengah-engah, sedangkan Max mulai menciumi leher Shelina. Menghisap kecil disana. Meninggalkan bekas kemerahan, bahkan membiru. Engh, tanpa sadar Shelina mengerang dan itu terdengar begitu seksi di telinga Max, tangan Max mulai meraba paha Shelina dengan usapan lembut. Ia merasa sesuatu dibawah sana terasa begitu sesak, ia ingat, ia pernah bermimpi kegiatan yang mirip-mirip seperti ini saat ia berusia 13 tahun waktu itu. Dan yang waktu itu yang dia lakukan adalah--. Wajah Max memerah, segera ia menghentikan kegiatannya dan menjauhkan diri dari Shelina membuat Shelina bingung, "ada apa Max? Aku tidak masalah, ini hanya sebuah ciuman." Max melirik kearah Shelina, "Apa benar tidak masalah jika aku melanjutkannya dan berakhir dengan dirimu yang telanjang?" Shelina tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan Max. Dia mengerti arti ucapan Max tapi haruskah Max berkata dengan begitu menggoda dan frontal. Shelina terdiam, dia tidak menjawab Max karena dia pun masih ragu dengan Max. Dia tidak ingin menyerahkan dirinya pada Max, pria yang berbahaya dan dingin. Dan lagi pula memang dia tidak siap, walau usianya sudah menginjak 24 tahun. dan kebanyakan dari teman Shelina sudah melakukan hal itu di usia mereka yang ke 18 bahkan 15 tahun. Suasana berubah hening dan canggung selama perjalanan, Shelina pikir ini mungkin lebih baik daripada harus bertelanjang di dalam helikopter yang sedang terbang di malam hari. Pasti sangat dingin. To Be Continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN